13 Januari 2025
18:36 WIB
IDXCarbon Catat 1 Juta Ton Unit Karbon Terjual Di Awal 2025
Pada awal 2025, IDXCarbon turut mencatatkan penambahan tiga proyek unit karbon atau SPE-GRK.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Khairul Kahfi
PLTM Gunung Wugul menjadi pembangkit listrik tenaga air pertama di Indonesia, yang resmi melantai di Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) dengan jumlah SPE terverifikasi sebesar 12.932 CO2e, yang dapat diperdagangkan. Antara /HO-PLN IP.
JAKARTA - Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) mencatatkan, pencapaian volume perdagangan unit karbon mencapai 1 juta ton CO2 ekuivalen (tCO2e) secara kumulatif, sejak diluncurkan pertama kali di 26 September 2023.
Pencapaian positif juga diikuti oleh pertumbuhan jumlah pengguna jasa IDXCarbon yang pada akhir 2024 mencapai 100 pengguna jasa. Jumlah ini menunjukkan peningkatan lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah pengguna jasa yang tercatat pada 2023.
"Hal ini menunjukkan perdagangan karbon semakin berkembang di Indonesia, sejalan dengan upaya Indonesia untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan mitigasi perubahan iklim," kata Sekretaris Perusahaan PT BEI Kautsar Primadi Nurahmad dalam siaran resmi, Jakarta, Senin (13/1).
Baca Juga: Bursa Karbon Akan Dievaluasi, OJK Sambut Positif
Selain itu, pada awal 2025, IDXCarbon turut mencatatkan penambahan tiga proyek unit karbon atau Sertifikat Pengurangan Emisi-Gas Rumah Kaca (SPE-GRK).
"Hal ini semakin memperkaya jumlah unit karbon baru," imbuhnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, proyek pertama merupakan milik PT PLN Indonesia Power yang mencatatkan unit karbon yang berasal dari proyek Pengoperasian Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Priok Blok 4 sebesar 763.653 tCO2e, dengan tahun penyerapan atau pengurangan emisi terjadi dengan tahun vintage 2021.
Selanjutnya, proyek PT PLN Indonesia Power, yaitu Konversi dari Pembangkit Single Cycle menjadi Combined Cycle (Add On) PLTGU Grati Blok 2, yang mencatatkan unit karbon sebesar 407.390 tCO2e dengan tahun vintage 2021.
Kemudian, proyek ketiga adalah konversi dari Pembangkit Single Cycle menjadi Combined Cycle Blok 2 PLN NP UP Muara Tawar yang dikelola oleh PT PLN Nusantara Power yang mencatatkan unit karbon sebesar 30.000 tCO2e dengan tahun vintage 2023.
Seluruh proyek tersebut diperdagangkan dengan klasifikasi IDTBS, yaitu klasifikasi untuk unit karbon jenis reduction berbasis teknologi yang berasal dari Indonesia.
"Dengan adanya pencatatan proyek baru tersebut, IDXCarbon kini memiliki enam proyek unit karbon yang dapat diperdagangkan," terang dia.
Menurutnya, perkembangan positif di awal tahun ini memberikan harapan besar bagi peningkatan volume transaksi karbon, serta tumbuhnya industri berbasis ekonomi hijau yang mendukung transisi energi di Indonesia.
Baca Juga: Transaksi Bursa Karbon RI Sepanjang 2024 Baru Rp6,15 M
Di sisi lain, sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) memastikan, Indonesia siap meluncurkan perdagangan karbon luar negeri pertama, yang menurut rencana dimulai pada 20 Januari 2025.
KLH menyampaikan, perdagangan karbon luar negeri pertama itu dilakukan melalui Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon). Perdagangan ini melibatkan beberapa proyek energi strategis sebagai bagian dari upaya mencapai target iklim Indonesia.
Hal tersebut sudah dikonfirmasi oleh Menteri LH/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq yang menyebut bahwa peluncuran itu dilakukan dengan memastikan optimalisasi Sistem Registri Nasional (SRN), selain juga persiapan infrastruktur dan instrumen lain.
Hanif memastikan, perdagangan karbon itu dilakukan untuk mencapai target iklim Indonesia yang tertuang dalam dokumen National Determined Contribution (NDC).
Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Gunung Wugul menjadi pembangkit listrik tenaga air pertama di Indonesia, yang resmi melantai di Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) dengan jumlah SPE terverifikasi sebesar 12.932 CO2e, yang dapat diperdagangkan. Antara /HO-PT PLN Indonesia Power (PLN IP).