c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

23 Oktober 2024

17:21 WIB

Transaksi Bursa Karbon RI Sepanjang 2024 Baru Rp6,15 M

IDXCarbon mencatatkan total transaksi sepanjang 2024, yakni mulai dari Januari 2024 hingga 18 Oktober 2024, baru mencapai senilai Rp6,15 miliar.

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p>Transaksi Bursa Karbon RI Sepanjang 2024 Baru Rp6,15 M</p>
<p>Transaksi Bursa Karbon RI Sepanjang 2024 Baru Rp6,15 M</p>

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi menteri dan pejabat terkait meluncurkan secara resmi Bursa Karbon Indonesia di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/9/2023). Dok/BEI

JAKARTA - Bursa Karbon Indonesia (Indonesia Carbon Exchange/IDXCarbon) mencatatkan total transaksi sepanjang 2024, yakni mulai dari Januari 2024 hingga 18 Oktober 2024, telah mencapai senilai Rp6,15 miliar.

Padahal, per 30 November 2023 lalu, total transaksi unit karbon baru mencapai sebesar Rp30,70 miliar. Dengan adanya penambahan transaksi sebesar Rp6,15 miliar sepanjang tahun ini, total keseluruhan transaksi unit karbon telah mencapai lebih dari Rp37 miliar.

"Untuk kelas aset yang baru, yaitu Unit Karbon, terdapat Rp6,15 miliar total transaksi sampai dengan 18 Oktober 2024," kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Tahun 2024 secara hybrid, Rabu (23/10).

Sebelumnya, pada Kamis (3/10), baru saja dilaksanakan Seremoni Peringatan Satu Tahun Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon). Sejak diluncurkan pada 26 September 2023 lalu atau dalam setahun terakhir, IDXCarbon telah menunjukkan perkembangan ke arah yang positif dan mendapatkan respons yang baik dari pelaku pasar. 

Hingga Oktober 2024, jumlah pengguna yang terdaftar di pasar karbon sudah mencapai 81. Adapun, BEI sendiri menargetkan pengguna jasa bursa karbon bisa tembus 100 hingga akhir 2024.

Selain itu, saat ini juga terdapat 1,7 juta ton CO2 ekuivalen unit karbon SPE-GRK (Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca) yang terdaftar di Bursa Karbon Indonesia dan sebanyak 613.894 ton CO2 ekuivalen yang telah diperdagangkan dengan nilai lebih dari Rp37 miliar, atau tepatnya Rp37,06 miliar.

Dari 613.894 ton yang diperdagangkan, ada lebih dari 420.150 ton unit karbon juga telah digunakan sebagai offset melalui proses retirement.

Sampai dengan hari ini, terdapat tiga proyek unit karbon yang telah terdaftar dan dapat diperdagangkan di Bursa Karbon Indonesia. 

Pertama, Proyek Lahendong Unit 5 dan Unit 6 dari PT Pertamina Geothermal Energi Tbk yang diperjualbelikan oleh PT Pertamina Power Indonesia. 

Kedua, pembangunan pembangkit listrik baru berbahan bakar gas bumi atau PLTGU Blok 3 BCB Muara Karang milik PT PLN Nusantara Power. 

Terakhir, pengoperasian pembangkit listrik tenaga air mini hidro atau PLTM Gunung Mugu yang terdaftar atas nama PT PLN Indonesia Power. 

Upaya Genjot Bursa Karbon
Sebelumnya, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menegaskan bahwa IDXCarbon terus melakukan pengembangan Pasar Karbon, antara lain pertama, melalui serangkaian diskusi dan sosialisasi. Sampai dengan saat ini, telah melakukan 185 kali sosialisasi offline maupun online.

Kedua, mendapatkan fatwa kesesuaian syariah dari DSN-MUI. Ketiga, melakukan integrasi sistem dengan kementerian ESDM untuk dapat memperdagangkan PTBAE-PU dalam waktu dekat.

Keempat atau yang terakhir, memperpanjang insentif untuk pendaftaran sebagai Pengguna Jasa, yang dibebaskan biaya pendaftarannya sampai dengan September 2025.

BEI juga terus mendorong dekarbonisasi untuk Perusahaan Tercatat, antara lain dengan melakukan sosialisasi berkala; IDX Net Zero Incubator yang saat ini sudah masuk ke modul 3, yang diikuti sebanyak 110 Perusahaan Tercatat, dengan tujuan meningkatkan awareness dan mengajarkan cara menghitung emisi karbon, termasuk menyediakan tools untuk membantu perhitungan.

Kemudian, mengembangkan sistem pelaporan ESG termasuk pelaporan emisi karbon; mengembangkan indeks terkait karbon (IDX – LQ45 Low Carbon Leaders); dan melakukan kajian IDX Green Equity Designation.

"BEI terus mendorong aktivitas perdagangan karbon, tetapi tentu saja terdapat banyak faktor di luar aspek perdagangan sekunder yang dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan karbon," pungkas Jeffrey kepada media, Jumat (26/9).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar