20 Agustus 2025
19:02 WIB
Hingga Agustus, BI Telah Borong SBN Capai Rp186,06 Triliun
Pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp137,80 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp48,26 triliun.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Ilustrasi bond atau obligasi. Shutterstock/ilikeyellow
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan telah membeli surat berharga negara (SBN) sebesar Rp186,06 triliun sejak awal tahun 2025 hingga 19 Agustus 2025.
Gubernur BI Perry Warjiyo merinci, pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp137,80 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp48,26 triliun.
Menurutnya, pembelian SBN dari pasar sekunder guna memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal pemerintah.
"Selama tahun 2025 (hingga 19 Agustus 2025), Bank Indonesia telah membeli SBN sebesar Rp186,06 triliun, yaitu melalui pasar sekunder sebesar Rp137,80 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp48,26 triliun," kata Perry dalam konferensi pers secara daring, Rabu (20/8).
Baca Juga: Sudah Beli SBN Rp150 T, BI Berkomitmen Untuk Lanjut Beli
Ke depan, Perry menuturkan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan likuiditas dan efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Dalam kaitan ini, instrumen moneter pro-market Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) terus dioptimalkan.
"Strategi operasi moneter pro-market terus dioptimalkan untuk mendukung peningkatan likuiditas di pasar uang dan perbankan," ungkap Perry.
Volume lelang dan posisi SRBI terus diturunkan. Hingga 15 Agustus 2025, total posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp720,01 triliun, menurun dari Rp916,97 triliun pada awal Januari 2025.
Untuk mendukung ekspansi likuiditas, operasi moneter juga diarahkan pada tenor yang lebih pendek. Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar.
Sementara itu, posisi instrumen SVBI dan SUVBI pada 15 Agustus 2025 tercatat masing-masing sebesar US$4,56 miliar dan US$460 juta.
Penguatan Kebijakan Moneter
Perry menegaskan, Bank Indonesia terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk memperkuat transmisi penurunan suku bunga dari BI-Rate ke suku bunga pasar uang dan perbankan.
"Penurunan BI-Rate sebesar 100 bps sejak September 2024 telah diikuti penurunan suku bunga di pasar uang, meskipun langkah lebih lanjut perlu ditempuh untuk mempercepat penurunan suku bunga perbankan," ujarnya.
Di pasar uang, sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Juli 2025 dan operasi moneter Bank Indonesia, suku bunga INDONIA terus menurun dari sebelum pengumuman penurunan BI-Rate pada Juli sebesar 5,14% menjadi 4,78% pada 19 Agustus 2025.
Baca Juga: Langkah Borong SBN Dikritik, Begini Tanggapan BI
Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan juga menurun dari masing-masing sebesar 5,85%; 5,86%; dan 5,87% sebelum penurunan BI-Rate pada Juli 2025 menjadi 5,28%; 5,32%; dan 5,34% pada tanggal 15 Agustus 2025.
Imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun menurun dari 5,86% menjadi 5,54%, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,56% menjadi 6,40%.
Suku bunga deposito 1 bulan juga mulai menurun, yakni dari 4,85% pada Juni 2025 menjadi 4,75% pada Juli 2025.
Sementara itu, penurunan suku bunga kredit perbankan masih berjalan lambat. Pada Juli 2025, suku bunga kredit tercatat sebesar 9,16%, masih relatif sama dengan bulan sebelumnya.
"Bank Indonesia memandang suku bunga kredit perbankan perlu terus menurun, sehingga dapat mendorong peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," pungkas Perry.