27 Februari 2025
20:15 WIB
Harga Pangan Masih Mahal, Wamentan Minta Masyarakat Jangan FOMO Jelang Ramadan
Wamentan mengimbau masyarakat agar tak panik berbelanja karena fenomena FOMO. Meski begitu, harga pangan masih tinggi jelang Ramadan walau telah ada operasi pasar.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Khairul Kahfi
BOGOR - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono meminta seluruh masyarakat agar tetap tenang dan tak perlu merasa atau terbawa fenomena Fear of Missing Out (FOMO) dalam menghadapi kenaikan harga pangan menjelang Ramadan dan Idulfitri.
Pasalnya, jika fenomena tersebut berlanjut, akan mendorong kepanikan masyarakat untuk berbelanja, sehingga harga pangan justru makin melonjak.
"Sesuai instruksi Presiden Prabowo, kami ingin memastikan di Ramadan dan Idulfitri tidak ada lagi FOMO kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, akibat permintaan terhadap komoditas naik. Jadi, stok tercukupi, harga bagus, masyarakat dapat tenang," ungkapnya dari keterangan resmi yang diterima, Jakarta Kamis (27/2).
Baca Juga: Jelang Ramadan, Pemerintah Serentak Gelar Operasi Pasar Di 4.000 Titik
Sudaryono menjelaskan, dalam konteks ekonomi dan belanja, FOMO kerap mendorong masyarakat untuk berbelanja barang dalam jumlah besar, lantaran khawatir harga akan semakin naik atau kehabisan stok.
Untuk mencegah fenomena tersebut, pemerintah pun menyelenggarakan Operasi Pasar Pangan Murah untuk mengantisipasi potensi kenaikan harga pangan menjelang Ramadan dan Idulfitri. Operasi pasar diketahui melibatkan kerja sama antara BUMN Pangan dan PT Pos Indonesia.
"Setiap tahun kita menghadapi pola yang sama menjelang Ramadan dan Lebaran, yakni harga pangan mengalami kenaikan sementara. Namun, stok pangan nasional dalam kondisi cukup, dan pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas harga. Jadi masyarakat tidak perlu panik atau membeli berlebihan," lanjutnya.
Perlu diketahui, komoditas pangan yang dijual dalam Operasi Pasar Pangan Murah terdiri dari beberapa jenis. Namun yang utama ada lima, antara lain MinyaKita, bawang putih, gula konsumsi, beras SPHP, dan daging kerbau beku.
Operasi pasar ini berlangsung mulai 24 Februari 2025 hingga 29 Maret 2025 di seluruh Indonesia dengan target 4.500 titik. Kelima komoditas tersebut dipastikan dijual dengan harga di bawah Harga Eceran Rertinggi (HET).
Pantauan panel harga Bapanas, per 27 Februari 2025, kelima harga komoditas tersebut masih berada di harga tinggi atau di atas HAP/HET.
Harga MinyaKita, Bawang Putih, Gula, Beras, dan Daging Kerbau Beku Di Atas Acuan
MinyaKita tercatat masih di atas HET Rp15.700/liter. Saat ini, MinyaKita dibanderol senilai Rp17.655/liter dengan harga tertinggi ada di Papua Tengah Rp19.600/liter (24,84% di atas HET), dan termurah di Kepulauan Riau seharga Rp16.626/liter (5,9% di atae HET).
Selanjutnya, rata-rata harga bawang putih nasional tercatat masih tinggi di kisaran Rp43.119/kg atau di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) nasional Rp38.000/kg serta HAP Indonesia Timur dan 3TP Rp40.000/kg. Kenaikan tertinggi terjadi di Papua Barat Rp58.750/kg (46,88% di atas HAP), dan terendah ada di Kepulauan Riau Rp36.964/kg (2,73% di bawah HAP).
Baca Juga: Ada Operasi Pasar Pangan Murah, Lima Komoditas Ini Masih Mahal
Sama halnya dengan gula konsumsi, harga rata-rata nasional hari ini juga masih tinggi sekitar Rp18.541/kg atau di atas HAP Nasional Rp18.500/kg (5,95%). Harga gula tertinggi tercatat di Nusa Tenggara Barat Rp25.200/kg (44% di atas HAP) dan termurah ada di Kepulauan Riau Rp16.478/kg (5,84% di bawah HAP ).
Begitupun dengan beras SPHP yang harga rata-rata nasionalnya masih tinggi di Rp12.619/kg (0,95% di atas HET), dengan HET nasional Rp12.500/kg. Adapun HET beras SPHP zona I Rp12.500/kg, zona II Rp13.100/kg, dan zona III Rp13.500/kg.
Terakhir, harga daging kerbau beku pun masih tinggi untuk rata-rata harga nasional. Saat ini harga daging kerbau beku rata-rata ada di Rp105.838/kg atau 32,3% di atas HAP yang sebesar Rp80.000/kg. Harga tertinggi diketahui ada di Sumatra Utara Rp135.000/kg (68,75% di atas HAP) dan harga terendah ada di Kalimantan Utara Rp95.000/kg (18,75% di atas HAP).