c

Selamat

Selasa, 14 Mei 2024

EKONOMI

04 Maret 2024

10:49 WIB

Harga Minyak Naik Usai OPEC+ Lanjutkan Pengurangan Produksi

Pengurangan produksi secara sukarela oleh anggota OPEC+ berlaku hingga kuartal II tahun ini, untuk menstabilkan harga minyak.

Editor: Fin Harini

Harga Minyak Naik Usai OPEC+ Lanjutkan Pengurangan Produksi
Harga Minyak Naik Usai OPEC+ Lanjutkan Pengurangan Produksi
Ilustrasi pengeboran darat minyak. Shutterstock/dok

JAKARTA – Harga minyak mentah naik usai OPEC+ mengumumkan perpanjangan pengurangan produksi secara sukarela hingga kuartal II tahun ini. Langkah yang diumumkan pada Minggu (3/3) ini merupakan bagian dari tindakan penyeimbangan berkelanjutan untuk menstabilkan harga minyak dengan mengurangi pasokan.

Dikutip dari Reuters, Brent berjangka naik 28 sen, atau 0,3%, menjadi US$83,83 per barel pada 0134 GMT, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) AS naik 20 sen, atau 0,3%, menjadi US$$80,17 per barel.

OPEC+, sebuah koalisi negara-negara penghasil minyak terbesar dunia, telah mengumumkan pengurangan minyak secara sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari pada bulan November.

Baca Juga: Menteri ESDM Minta Masyarakat Irit Pakai BBM

Arab Saudi, eksportir minyak terbesar, masih akan mengurangi 1 juta barel per hari. Namun Rusia dan Irak masing-masing akan mengurangi 471.000 dan 220.000 barel, sebuah penyesuaian turun dari 500.000 dan 223.000 barel yang diumumkan masing-masing negara pada awalnya.

Dikutip dari CNN, pengurangan produksi sukarela barel per hari negara anggota lainnya adalah Uni Emirat Arab sebesar 163.000; Kuwait sebanyak 135.000; Kazakstan sebanyak 82.000; Aljazair sebanyak 51.000 dan Oman sebanyak 42.000.

Sejak November, minyak mentah Brent, yang menjadi patokan global, telah meningkat hampir US$2 per barel, menjadi US$83,46. Pengurangan produksi dan kenaikan harga barel yang biasanya terjadi juga dapat menaikkan harga gas eceran di SPBU.

Namun meski para pengemudi di Amerika Serikat telah melihat kenaikan harga per galon dan AAA telah mengantisipasi lonjakan tersebut sekitar musim perjalanan liburan musim semi, para analis mengatakan lonjakan harga minyak mentah tidak mungkin terjadi.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya produksi di Amerika Serikat yang menekan harga minyak, dan hal ini menjadi salah satu alasan mengapa OPEC+ meningkatkan pengurangan produksinya.

Pada bulan Desember, Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak rata-rata tahun ini sebesar 12%, dengan mengatakan intensitas pengeboran minyak di Amerika Serikat akan menghalangi Brent mencapai perkiraan awal sebesar US$92 per barel. Sebaliknya, analis bank memperkirakan harga minyak Brent akan rata-rata US$81 per barel pada tahun 2024.

Baca Juga: Legislator Minta BPH Migas Perketat Pengawasan Penyaluran BBM Subsidi

Badan Informasi Energi bulan lalu melaporkan bahwa input kilang minyak, stok minyak mentah, dan produksi bensin semuanya meningkat. Harga minyak turun karena pengumuman badan tersebut bahwa persediaan minyak mentah komersial AS berada di angka 447,2 juta barel. EIA juga menambahkan produksi bensin rata-rata 9,4 juta barel per hari.

Negara-negara OPEC+ akan mengadakan pertemuan tingkat menteri pada bulan Juni untuk membahas target produksi.

Dilansir dari abc News, harga minyak mentah Brent, yang merupakan patokan internasional, berada pada kisaran US$83,55 per barel pada akhir pekan lalu, naik dari US$77,33 pada bulan lalu. 

Meskipun terjadi peningkatan baru-baru ini, harga Brent saat ini masih rendah–terutama jauh di bawah melonjaknya harga minyak setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022–dan sejalan dengan ekspektasi para analis sebelumnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar