Pemerintah memastikan harga Gabah Kering Panen (GKP) petani tetap Rp6.500/kg, meski harga beras dunia mulai turun.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo memastikan pemerintah akan tetap menjaga harga beli gabah petani Rp6.500/kg di tengah penurunan harga beras global saat ini, Jakarta, Jumat (16/5). Validnews/Erlinda PW
JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi memastikan, pemerintah akan tetap menjaga harga beli Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani konsisten
Rp6.500/kg, walaupun harga beras global saat ini mulai menurun.
Menurutnya, upaya pemerintah dalam menjaga harga gabah petani telah dilakukan sejak tahun lalu, bersamaan dengan keputusan impor beras pemerintah. Arief kembali menegaskan, meski harga beras di pasar global saat ini sedang turun, pemerintah tetap akan menjaga harga GKP di petani minimal Rp6.500/kg.
"Komitmennya pemerintah, Pak Prabowo selalu sampaikan, petani kita dijaga. Jadi Rp6.500/kg GKP, mau harga (beras dunia) naik, harga turun, minimal Rp6.500/kg Bulog beli," tegasnya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, Jumat (16/5).
Baca Juga: Tanpa Impor, Stok Beras RI 3,51 Juta Ton Cetak Rekor Tertinggi Dalam 57 TahunMenurut dia, jika melihat kondisi nasional, harga gabah di petani pada dua hingga tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan. Ini sejalan dengan mulai selesainya masa panen raya, sehingga produksi gabah pun menurun. Di saat itu kata Arief, pemerintah pun tetap akan menjaga harga gabah minimal di Rp6.500/kg.
Sementara itu, dia menjelaskan turunnya harga beras di pasar global saat ini diakibatkan dinamika suplai dan permintaan pasar.
Pada 2023, lanjutnya, harga beras naik imbas India selaku salah satu produsen beras utama dunia
menutup keran ekspor, sehingga suplai beras yang tersedia tak mampu memenuhi permintaan dan harga melonjak naik. Pada waktu bersamaan, dunia menghadapi El Nino, sehingga produksi global pun berkurang.
Sedangkan, turunnya harga beras dunia saat ini juga disebabkan oleh India yang kembali membuka ekspor beras ke berbagai negara. Adapun Indonesia menghentikan importasi beras di tahun ini. Alhasil, jumlah pasokan beras di pasar global berlimpah sehingga membuat harga beras dunia terdepresiasi.
"Itu (pasokan) jenuh. Jenuh berarti harga turun. Harga yang tercatat itu angkanya sekitar US$390 sampai US$460 per metrik ton," sambung Arief.
Baca Juga: Rekor Produksi Beras 57 Tahun, Momentum RI Jadi Eksportir Saat Harga Global TerpurukArief mengingatkan, strategi pemerintah pernah mengimpor beras tahun lalu karena banyak daerah mengalami kekeringan akibat El Nino. Meski begitu, ia mengeklaim, upaya impor ini telah memperhitungkan neraca pangan secara terstruktur. Hal ini juga yang membuat harga gabah petani tidak anjlok saat itu.
"Harga gabah di petani waktu itu tidak jatuh, coba dicek saja. Harga gabah di petani tidak jatuh, harga di konsumen bisa di-
manage, inflasinya dijaga,
volatile food juga sangat baik.
Nah ini yang harus dipertahankan," tutur Arief.
Kementan melaporkan,
harga beras dunia saat ini anjlok tajam ke titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, terpicu melimpahnya pasokan beras dari India, Indonesia, dan negara-negara Asia lainnya. Kondisi ini mengguncang eksportir beras utama seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja yang mengandalkan pasar tradisional, termasuk Indonesia.