18 Juli 2024
10:12 WIB
Gubernur BI Pede Rupiah Menguat Ketika FFR Turun Lebih Cepat
BI memprediksi suku bunga acuan AS, Fed Fund Rate (FFR) bakal turun lebih cepat, yakni pada November 2024. Sejalan dengan terbukanya peluang tersebut, BI meyakini rupiah akan menguat ke depannya.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Petugas melayani penukaran uang rupiah di gerai penukaran uang Dolarasia Money Changer, Jalan Alternatif Cibubur, Bekasi, Jumat (15/12/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) meyakini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan menguat ke depannya, seiring dengan adanya peluang penurunan suku bunga AS Fed Fund Rate (FFR) yang lebih cepat.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan bank sentral AS The Fed berpotensi menurunkan suku bunga FFR satu bulan lebih cepat, tadinya akhir tahun menjadi November 2024. Dengan adanya peluang tersebut, ia pun optimis rupiah akan menguat setidaknya pada triwulan IV/2024.
"Rupiah probabilitasnya akan lebih menguat, akan lebih stabil setidaknya, dengan probabilitas Fed Fund Rate yang turunnya lebih maju," ujarnya dalam Konpers RDG BI, Jakarta, Rabu (18/7).
Perry mengungkapkan hal tersebut setelah BI menganalisis perkembangan perekonomian global yang terbaru. Bahkan, beberapa pelaku pasar keuangan meramal suku bunga acuan Fed Fund Rate tersebut akan mulai turun pada September mendatang.
Baca Juga: BI: Rupiah Membaik Walau Masih Alami Depresiasi
Namun, Gubernur BI sendiri tidak berani membenarkan proyeksi tersebut dengan melihat data-data terkini. Dia hanya memproyeksikan FFR bakal turun lebih cepat di November ini, dan berpotensi membuat nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS.
"Kami belum berani mengatakan (turunnya FFR) akan maju ke September, meskipun pasar ada yang memberikan masukan September. Kami perkirakan yang terkini nih, ada probabilitas Fed Fund Rate turun di November," ucapnya.
Adapun suku bunga acuan The Fed, FFR, saat ini berada di level 5,25-5,50%. Jika FFR turun lebih cepat, akan membuat tingkat bunga di AS menurun. Itu akan berimbas positif, karena aliran modal asing bakal kembali menuju negara berkembang, termasuk Indonesia, dan tidak berpusat di AS.
Sejalan dengan itu, Perry membeberkan faktor lain yang membuat kurs rupiah akan menguat. Ia menuturkan, penguatan rupiah didorong oleh penurunan FFR yang dibarengi dengan moderasi yield US Treasury, dan modal masuk yang membaik.
Perry juga memperkirakan, ke depan nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat. Itu sejalan dengan menariknya imbal hasil, tingkat inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang terjaga, serta upaya BI menstabilkan rupiah dengan memacu aliran masuk modal asing.
BI mencatat, nilai tukar rupiah pada Juli 2024 sudah mengalami penguatan, yakni sebesar 1,21% dibandingkan posisi akhir Juni 2024. Berdasarkan Jisdor BI, rupiah pada akhir Juni 2024 berada di level Rp16.394 per dolar AS, sedangkan pada 16 Juli 2024 senilai Rp16.203 per dolar AS.
Serangkaian aspek tersebut berpotensi membuat nilai tukar rupiah menguat ke depannya. Di samping itu, Gubernur BI akan meneliti lebih lanjut mengenai dampak penurunan FFR yang lebih cepat terhadap penurunan BI Rate.
Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan, Rupiah Ditutup Menguat di Rp16.100
Bagi BI, menurunkan suku bunga acuan BI Rate pun perlu mempertimbangkan banyak aspek. Perry tidak serta-merta mengatakan jika FFR turun, maka BI Rate akan turun. Adapun posisi BI Rate pada Juli 2024 tetap bertahan di level 6,25%.
"Untuk arah suku bunga BI Rate akan turun, kemungkinan masih sama, yaitu pada triwulan IV/2024, dan kemungkinan Fed Fund Rate (turunnya) lebih maju, kami akan lihat. Tapi tergantung bagaimana FFR-nya, US Treasury dan bagaimana dolarnya, seperti itu ya," tutup orang nomor satu BI.
Dilansir dari Antara, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi (18/7) turun 64 poin atau 0,40% menjadi Rp16.164 per dolar AS, dari sebelumnya sebesar Rp16.100 per dolar AS.