21 Juli 2023
16:59 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA - Proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) terhambat pascamundurnya Air Products. Hal itu diakui oleh Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif.
Kepada awak media, dia menyebut mundurnya perusahaan asal Negeri Paman Sam itu membuat jadwal hilirisasi batu bara menjadi terganggu. Air Products sendiri diketahui mundur dari kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk. dan PT Kaltim Prima Coal (KPC).
Meski begitu, Irwandy menyebutkan PT KPC maupun PT Bukit Asam sudah membuka opsi lain hilirisasi batu bara di luar produk DME. Misalnya, KPC mengusulkan hilirisasi menjadi ammonia.
Karena itu, pemerintah akan terus berkomunikasi dengan industri guna menjamin kepastian pasar terhadap produk tersebut.
"Itu usulan dari industri, tentu harus dikomunikasikan dengan pemerintah," ujar Irwandy di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (21/7).
Di sisi lain, jajaran direksi PT Bukit Asam Tbk. yang hingga kini terus 'ngotot' mencari mitra baru gasifikasi batu bara menjadi DME, juga membuka opsi hilirisasi ke produk lain seperti anoda dan grafit.
"Potensi anoda kan pasti dibutuhkan baterai yang sekarang itu HPAL dan sebagainya kan menghasilkan katoda, sedangkan anoda-nya belum," kata dia.
Baca Juga: Air Products Mundur, PTBA Tak Hentikan Proyek Hilirisasi Batu Bara
Irwandy pun mengakui bahwa hingga kini PTBA berupaya keras mencari mitra pengganti Air Products untuk proyek gasifikasi batu bara. Upaya itu dia sebut tidak mudah mengingat Air Products dikenal sebagai jawara untuk produk DME.
"Belum tau (mitranya), sedang dijajaki. Kita masih lihat apa ada yang sudah improve atau tidak," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Indonesia sudah mendapat pengganti Air Products and Chemicals, Inc.
Bahkan, pengganti Air Products yang ia katakan berasal dari China itu sudah punya teknologi untuk menginject CO2 ke dalam bumi sehingga harganya menjadi lebih murah.
"Teknologi Air Products rupanya juga dari China. Jadi kadang-kadang Amerika ini jualnya setinggi langit," sebut Luhut beberapa waktu lalu.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail pun mengakui ada calon investor dari Tiongkok untuk menggantikan Air Products and Chemicals, Inc. pada proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME).
Saat ini, Arsal menuturkan pihaknya tengah melakukan penjajakan dan negosiasi dengan perusahaan asal Negeri Bambu tersebut. Diharapkan, proses negosiasi berjalan lancar sehingga proyek hilirisasi itu bisa terus berjalan.
"Itu memang ada perusahaan dari China dan sedang berproses. Berproses ya bahwa kita sedang melakukan negosiasi," ungkapnya selepas Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PTBA di Jakarta, Kamis (15/6).
Baca Juga: Proyek Gasifikasi Batubara Ditargetkan Rampung 2027
Secara prinsip, Arsal menegaskan pihaknya mendukung penuh kebijakan pemerintah dalam hal hilirisasi. Sekalipun Air Products mundur dari proyek DME, PTBA akan tetap menjalankan tugas dari pemerintah, khususnya untuk menggantikan perusahaan asal Amerika Serikat itu.
PTBA pun ia katakan secara internal sudah menyiapkan kawasan industri sebagai lokasi gasifikasi batu bara. Dari sisi sumber, Arsal memastikan cadangan batu bara yang tersedia berada di kisaran 3 miliar ton.
"Secara internal sudah disiapkan kawasan industrinya dan dari sumber batu baranya kita memang punya cadangan hampir sebesar 3 miliar ton, sehingga tinggal proses negosiasi saja dengan China atau siapapun investornya tentu akan kita diskusikan lebih dalam," tandas Arsal Ismail.