07 Mei 2025
19:57 WIB
Gas Alam Sintetis Bakal Naikkan Nilai Ekonomis Batu Bara
Hilirisasi batu bara menjadi Gas Alam Sintetis strategis menggantikan proyek DME yang jalan di tempat. Teknologi pengolahan akan prospekstif bagi batu bara yang dianggap kotor kala transisi energi.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Pekerja di PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sedang melakukan pemeriksaan logistik batu bara sebelum dikirim. Dok PT Bukit Asam
JAKARTA - Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (PUSHEP) Bisman Bhaktiar mengungkapkan, hilirisasi batu bara menjadi Gas Alam Sintetis (Synthetic Natural Gas/SNG) cukup strategis untuk menggantikan proyek DME yang masih jalan di tempat, karena belum adanya investor yang masuk menggantikan Air Products.
Bisman meyakini, nilai ekonomis dari komoditas batu bara bakal terkerek naik apabila PT Bukit Asam Tbk bersama PT PGN Tbk berhasil menjalankan proyek gasifikasi batu bara menjadi Gas Alam Sintetis. Terlebih, dalam agenda transisi energi dunia, batu bara sering menjadi kambing hitam dan dianggap sebagai sumber energi kotor.
"Seiring dengan transisi energi, batu bara dianggap sebagai energi kotor dan akan ditinggalkan, jadi jika ada teknologi pengolahan hilirisasi akan sangat menarik bagi batu bara," imbuh Bisman kepada Validnews, Jakarta, Rabu (7/5).
Baca Juga: PTBA Bakal Sulap 8 Juta Ton Batu Bara Per Tahun Jadi Gas Sintetis
Karena itu, Bisman menegaskan, kerja sama antarperusahaan pelat merah, yakni PTBA dan PGN memegang peran yang strategis untuk menyukseskan agenda gasifikasi coal to SNG.
Namun begitu, kedua emiten pelat merah tersebut juga wajib memastikan pasar dan offtaker dari gas sintetis yang nantinya bakal mereka produksi.
"Tentunya, juga perlu menggandeng investor lain untuk masuk agar semakin kuat. Selain itu, juga perlu dasar hukum agar ada jaminan kepastian hukum dan antisipasi masalah di kemudian hari," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail menerangkan, SNG jadi salah satu opsi produk hilirisasi batu bara yang akan dijalankan oleh perusahaan.
Anggota Holding BUMN Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) itu berencana memanfaatkan 8 juta ton batu bara berkalori rendah di kisaran 3.731 kcal/kg GAR per tahun untuk menghasilkan SNG sebanyak 240 BBTUD.
Nantinya, PTBA bersama PGN akan bermitra membentuk joint venture (JV) pada pemrosesan batu bara dengan satu mitra tambahan untuk teknologi pendukung. Di samping itu, PTBA juga berperan sebagai pemasok batu bara, serta PT PGN Tbk sebagai offtaker dari SNG yang diproduksi.
Baca Juga: PGN Gandeng PTBA Sulap Batu Bara Jadi Gas Sintetis
Kedua perusahaan telah melaksanakan kajian bersama pada 2024 lalu. Dari kajian itu, ada proyeksi SNG bisa lebih kompetitif jika disandingkan dengan harga impor Liquified Natural Gas (LNG).
Kajian pun bakal dilanjutkan dengan studi kelayakan (feasibility study) di tahun ini, dan diharapkan Front End Engineering Design (FEED) dapat dilaksanakan pada 2026 yang diikuti penandatanganan perjanjian kerja sama, keputusan investasi final, pembentukan JV, hingga perizinan.
"Bila seluruh proses ini berjalan sesuai rencana, maka pekerjaan lapangan konstruksi ditargetkan mulai tahun 2028 dan operasional komersial pada tahun 2032," pungkas Arsal Ismail.