25 Oktober 2023
09:18 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA - Potensi sumber daya nuklir di Indonesia mulai dilirik sejumlah perusahaan asing. Hal itu dikonfirmasi langsung oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Yudo Dwinanda Priaadi.
Dia menyebut saat ini sudah ada dua perusahaan, yakni NuScale dari Amerika Serikat dan Rosatom dari Rusia yang berminat membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia.
NuScale ia katakan telah menjalin kerja sama dengan PLN Indonesia Power dalam rangka menggarap studi seputar nuklir di tanah air. Sedangkan, Rosatom telah menyampaikan minatnya saat gelaran International Atomic Energy Agency (IAEA) General Conference beberapa waktu lalu di Wina.
"Kalau NuScale dia itu untuk skala yang kecil yaitu Small Modular Reactor (SMR) yang lebih advance dan lebih aman. Ini cocok di Indonesia khususnya tempat terpencil dan pulau-pulau," tutur Yudo saat dijumpai di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (24/10).
Sementara untuk Rosatom, Yudo mengatakan biasanya perusahaan yang bermarkas di Moskow itu membangun pembangkit listrik dalam skala besar. Saat ini, Rosatom diketahui tengah membangun PLTN berkapasitas besar di Bangladesh.
"Mereka lagi bangun di Bangladesh, cukup besar itu skalanya sudah Giga Watt (GW). Tapi mereka juga punya SMR yang sekarang beroperasi di Rusia untuk kapal pemecah es, tempatnya di utara sana," kata dia.
Baca Juga: Pemerintah Kembangkan Hidrogen Hingga Nuklir Dukung Transisi Energi
Secara garis besar, dia menegaskan pemerintah sangat terbuka bagi investor yang ingin mengembangkan potensi nuklir di Indonesia.
Namun demikian, pengembangan potensi nuklir juga harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Pasalnya dalam skenario pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan, dibutuhkan juga pembangkit listrik untuk menopang beban listrik dasar (baseload).
"Perlu dibackup dengan yang namanya baseload. Selain daripada hidro dan geothermal, kita harapkan suatu saat nanti barangkali bisa melakukan nuklir yang sekarang studinya sedang dilakukan dan sudah ditandatangan antara NuScale dan Indonesia Power," ungkapnya.
Rencana pembangunan PLTN di Indonesia, sambung Yudo, seyogianya dilakukan dalam skala kecil atau SMR. Hal itu dikarenakan Indonesia punya banyak kepulauan daerah terpencil yang juga harus dijangkau oleh PLTN.
Baca Juga: PLN IP Studi Pengembangan Reaktor Modular Kecil Di Bengkayang
Di sisi lain, pembangkit nuklir berkapasitas besar juga dapat dikembangkan di pulau-pulau besar, seperti Bali, Lombok, Jawa, maupun Madura.
"Kalau Jawa sendiri potensi renewable sudah tidak banyak lagi. Matahari juga lahan terbatas dengan 148 juta orang (populasi), ada juga opportunity cost lahan itu dipakai untuk pertanian," ucap Yudo.
Lebih lanjut, Yudo menerangkan pembangunan PLTN berskala kecil atau SMR juga sebagai jawaban atas tantangan pengembangan nuklir di Indonesia.
Adapun tantangan yang dia maksud adalah terkait teknologi, dimana pemerintah ingin menggunakan yang terbaru dan paling aman.
"Tantangannya teknologi, kalau kita katakan yang finance nuklir, kita ingin yang terbaru, yang paling aman, salah satunya SMR. Kalau lima tahun lagi ada peningkatan, baru kita bisa bangun lagi seperti baterai," tandas Yudo Dwinanda Priaadi.