15 Agustus 2023
20:45 WIB
Editor: Fin Harini
JAKARTA - PT PLN Indonesia Power (PLN IP) bersinergi dengan Kemenko Perekonomian, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT PLN (Persero), USTDA dan NuScale Power melakukan studi pengembangan nuclear small modular reactor atau reaktor modular kecil di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, pada 2030.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Niaga PLN Indonesia Power Bernadus Sudarmanta di Jakarta, Selasa (15/8), dilansir dari Antara, mengatakan nuclear small modular reactor menawarkan operasi pembangkit sebagai pemikul beban dasar dan sekaligus memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk bersinergi dengan penetrasi pembangkit intermitensi solar PV yang direncanakan semakin masif ke depan.
Dilansir dari Asosiasi Nuklir Dunia, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mendefinisikan reaktor modular kecil sebagai reaktor nuklir dengan daya setara atau kurang dari 300 MWe, dirancang dengan teknologi modular menggunakan fabrikasi modul, dan dengan waktu konstruksi yang singkat.
Menurut Sudarmanta, untuk mencapai net zero emission pada 2060 dibutuhkan persiapan yang matang serta kerja sama dengan berbagai pihak agar transisi energi berjalan dengan baik.
Baca Juga: BRIN Gandeng Swasta Buat Prototipe PLTN
"PLN IP telah memiliki Peta Jalan Transisi Energi hingga 2060 untuk net zero emission dengan mengembangkan energi hijau untuk bumi yang lebih baik. Kami hadir di sini untuk mempersiapkan secara matang dan aman, sehingga sesuai dengan peraturan dan perizinan, tantangan tidak mudah sehingga dibutuhkan kerja sama berbagai pihak agar transisi ini berjalan baik serta memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat," ujarnya saat Kick Off Meeting Techno-Economic Assessment of Nuclear Small Modular Reactor (SMR).
Sudarmanta menambahkan sebagai perusahaan pembangkitan terbesar di Asia Tenggara, PLN IP terus melakukan upaya maksimal dalam mengakselerasi transisi energi di Tanah Air.
"Bersinergi dengan mitra strategis untuk membantu mencapai tujuan menciptakan energi masa depan yang berkelanjutan menjadi pilihan yang ditempuh korporasi," katanya.
Saat ini, PLN IP gencar dalam melakukan upaya untuk mengakselerasi transisi energi, yang mana proyek-proyek diluncurkan dengan mengajak mitra strategis yang mempunyai visi yang sama serta berkomitmen pada keunggulan dan tujuan utama yaitu terwujudnya transisi energi di Tanah Air.
Aturan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Sebelumnya, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menyebutkan pemerintah telah menargetkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terealisasi pada 2039 untuk mendukung target karbon netral atau net zero emission dan ketahanan energi nasional.
"Dalam skema energi transisi yang sudah dibuat, sejauh yang disampaikan pada saat presentasi nuklir itu (PLTN) targetnya di 2039," kata Direktur Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Haendra Subekti dalam diskusi "Mempersiapkan PLTN sebagai Opsi Energi Baru dan Terbarukan Menuju NZE dan Indonesia Mandiri Energi" di University Club UGM, Yogyakarta, Sabtu (4/12/2022).
Baca Juga: BRIN Tawarkan Pengelolaan Makanan Dengan Teknologi Nuklir
Menurut dia skema itu telah disiapkan Kementerian ESDM pada 2022 terkait NZE dan telah dibahas dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Ia mengatakan secara prinsip pengaturan izin PLTN sudah ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
"Artinya kalau masuk sebuah regulasi ya... kami dari Bapeten normatifnya harus sudah siap juga memberikan izin kapan pun diajukan. Katakanlah besok ada pengajuan maka besok ada evaluasi izin, termasuk inspeksi," katanya.
Bapeten, kata dia, sejauh ini telah menyiapkan regulasi infrastruktur penyelamatan nuklir mulai dari tahap evaluasi tapak atau lokasi pembangunan PLTN yang harus memenuhi syarat, di antaranya tidak boleh di daerah yang seismik atau tingkat kegempaannya tinggi.
"Kalau dari kami di Bapeten, penyiapan infrastruktur penyelamatan nuklir itu regulasi kenukliran sudah cukup lengkap," katanya.
Berikutnya, apabila memasuki tahap konstruksi, Bapeten harus bisa memastikan konstruksinya sesuai desain yang disiapkan.
"Kemudian setelah konstruksi selesai nanti ada uji coba untuk mencoba performa PLTN sampai sesuai yang diharapkan," tambahnya.