c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

15 Maret 2024

18:58 WIB

Ekspor Komoditas Unggulan Dan Industri Pengolahan Lesu

Kinerja ekspor RI melemah karena ekspor industri pengolahan anjlok, dan ekspor komoditas nonmigas unggulan Indonesia, seperti batu bara, besi baja, dan CPO, sedang lesu.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Ekspor Komoditas Unggulan Dan Industri Pengolahan Lesu
Ekspor Komoditas Unggulan Dan Industri Pengolahan Lesu
Ilustrasi kegiatan ekspor impor. Truk trailer melintas di kawasan penumpukan kontainer (container yard) PT Terminal Petikemas Surabay a di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/12/2023). Antara Foto/Didik Suhartono

JAKARTA - Kinerja ekspor Indonesia melanjutkan tren pelemahan lantaran ada penurunan nilai ekspor non-migas dan migas. Untuk sektor non-migas, faktor utamanya yakni penurunan ekspor pada industri pengolahan atau manufaktur.

Secara rinci, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan ekspor nonmigas menurut sektornya terbagi menjadi tiga. Itu terdiri dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, pertambangan dan lainnya, serta industri pengolahan. 

Dari tiga sektor tersebut, ekspor industri pengolahan paling anjlok. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan nilai ekspor sektor industri pengolahan turun 9,22% month to month (mtm) dan sebesar 11,49% year on year (yoy) pada Februari 2024.

"Penurunan terdalam terjadi pada sektor industri yang turun sebesar 11,49%," ujarnya dalam Rilis BPS, Jumat (15/3).

Baca Juga: Neraca Dagang RI Surplus US$0,87 Miliar pada Februari 2024

Berdasarkan kinerja ekspor per sektor, pertanian, kehutanan dan perikanan berkontribusi sebesar US$0,39 miliar. Kemudian, sektor pertambangan dan lainnya sebesar US$4,05 miliar dan sektor industri pengolahan sebesar US$13,64 miliar.

Adapun total ekspor nonmigas pada Februari 2024 tercatat senilai US$18,09 miliar. Amalia mengatakan nilai ekspor nonmigas menurut sektor meningkat secara bulanan, kecuali sektor industri pengolahan yang mengalami turun sebesar 9,22%.

"Penurunan nilai ekspor sektor industri pengolahan utamanya disebabkan oleh penurunan ekspor minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, besi dan baja barang perhiasan dan barang berharga, serta aluminium," terangnya.

Amalia menambahkan secara tahunan semua sektor mengalami penurunan, kecuali sektor pertanian yang kinerja ekspornya meningkat 16,91%. Sementara itu, sektor industri pengolahan anjlok 11,49%.

Ekspor Komoditas Unggulan Lesu
Amalia juga menyampaikan kinerja ekspor nonmigas sedang lesu lantaran 3 komoditas unggulan nonmigas yang biasa diekspor RI ke luar negeri tengah mengalami penurunan. Itu mencakup batu bara, besi dan baja, serta crude palm oil (CPO) dan turunannya.

"Nilai ekspor ketiga komoditas ini memberikan share sekitar 30,22% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Februari 2024," imbuh Plt Kepala BPS.

Ia pun memerinci tren ekspor ketiganya. Pertama, komoditas batu bara pada Februari 2024 anjlok 18,73% yoy, namun meningkat secara bulanan sebesar 7,50% mtm.

Kedua, ekspor komoditas besi dan baja anjlok secara tahunan 22,14% yoy, dan secara bulanan anjlok 27,08% mtm. Amalia menjelaskan ekspor besi dan baja melemah karena ekspor feronikel mengalami penurunan.

"Sebagian besar komoditas besi dan baja dan turunannya ini mengalami penurunan. Komoditas yang mengalami penurunan terbesar itu feronikel HS72026000, di mana barang feronikel ini turun US$383 juta atau 31,92%," ucap Amalia.

Baca Juga: Ekspor Indonesia Lanjut Melemah, Kinerja Impor Juga Turun

Ketiga, ekspor CPO dan turunannya pun menurun drastis sebesar 30,39% mtm dan 39,58% yoy. Amalia menerangkan ada 2 penyebab lesunya ekspor CPO, yakni penurunan permintaan negara mitra seperti China dan India.

"Kami mencatat China dan India saat ini memiliki stok CPO yang relatif masih tinggi, sehingga permintaan impor CPO relatif lebih rendah dibandingkan sebelumnya," tutur Plt Kepala BPS.

Kemudian, terbukanya jalur perdagangan baru yang membuat Eropa bisa menyuplai ekspor sunflower oil dengan harga murah. Ini imbas dari penandatanganan Black Sea Grain Initiative oleh Rusia pada 2022.

"Memang ekspor minyak ini terimbas dari langkah Rusia yang menandatangani black sea grain initiative pada 2022. Dengan adanya perjanjian itu membuka jalur perdagangan baru sehingga harga sunflower oil maupun biji-bijian lainnya bisa lebih murah," kata Amalia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar