c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

05 Mei 2025

12:18 WIB

Ekonom: SLIK OJK Permudah Bank Salurkan Kredit

Kehadiran SLIK OJK mendukung kelancaran penyaluran kedit perbankan ke masyarakat. SLIK merupakan alat bantu bank memastikan kredit diberikan kepada orang yang tepat dan menghindari masalah kemacetan.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Ekonom: SLIK OJK Permudah Bank Salurkan Kredit</p>
<p>Ekonom: SLIK OJK Permudah Bank Salurkan Kredit</p>

Seorang pegawai melayani nasabah di Kantor Bank Muamalat, Jakarta, Jumat (28/1/2022). Antara Foto/M Risyal Hidayat/wsj.

JAKARTA - Ekonom Senior Segara Research Institute Piter Abdullah Redjalam menilai, kehadiran Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendukung kelancaran penyaluran kredit perbankan ke masyarakat.

"SLIK OJK sesungguhnya dimaksudkan untuk memperlancar penyaluran kredit perbankan dengan menyediakan layanan informasi keuangan, termasuk menyediakan informasi mengenai debitur (iDeb), yang pada akhirnya mempermudah perbankan dalam menyalurkan kredit," kata Piter melansir Antara, Jakarta, Senin (5/5).

Baca Juga: BI: Penyaluran Kredit Kuartal I Melambat, Optimis Bangkit Di Kuartal II

Dia menuturkan, SLIK OJK berfungsi untuk memberikan layanan kepada perbankan agar bisa mendapatkan informasi yang lengkap terkait calon debitur sehingga penyaluran kredit bisa lebih cepat dan aman.

“Kita kan tidak ingin bank salah menyalurkan kredit, kita juga tidak mau terjadi kredit macet. Apabila terjadi penumpukan kredit macet yang membahayakan bank, kita semua yang akan rugi, karena uang yang ada di bank tersebut adalah milik kita," ujarnya.

Menurut Piter, SLIK merupakan alat bantu bagi bank untuk memastikan kredit diberikan kepada orang yang tepat dan tidak akan mengalami permasalahan kemacetan.

“Fenomena melambatnya penyaluran kredit perbankan saat ini adalah sebuah kewajaran, yang terjadi disebabkan oleh kondisi makro perekonomian," tuturnya.

Di tengah gejolak ekonomi global saat ini, dia menjelaskan, Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter ketat. Ditandai oleh tingginya suku bunga acuan, dalam rangka stabilisasi perekonomian termasuk menjaga nilai tukar dan inflasi.

Akibatnya, likuiditas di perbankan menjadi terbatas. Di tengah keterbatasan likuiditas, perbankan mengerem penyaluran kredit. Sehingga pertumbuhan penyaluran kredit menjadi rendah.

Baca Juga: OJK: Perbankan Wajib Siaga Hadapi Dampak Tarif Trump

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melalui hasil Survei Perbankan mencatat, penyaluran kredit baru pada kuartal I/2025 terindikasi tetap tumbuh positif, meski lebih rendah dibandingkan kuartal IV/2024 sesuai dengan pola historisnya.

“Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru triwulan I/2025 sebesar 55,07%. Pertumbuhan penyaluran kredit baru tersebut didorong oleh seluruh jenis kredit,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, Senin (28/4).

Merujuk data hasil Survei Perbankan Bank Indonesia, nilai SBT penyaluran kredit baru pada kuartal I/2025 lebih rendah apabila dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 97,90%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit baru pada seluruh jenis kredit terindikasi tetap tumbuh. Seperti kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi dengan SBT masing-masing sebesar 60,35%, 35,62 %, dan 59,25%.

Kendati capaian itu lebih rendah dibandingkan SBT pada kuartal IV/2024, yang masing-masing sebesar 91,70%, 88,50%, dan 62,90%.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar