13 Juni 2025
10:41 WIB
Ekonom: RI Perlu Hati-Hati Ambil Peluang PMA Imbas Perang Dagang AS-China
Di balik potensi PMA, Indonesia perlu mewaspadai potensi dijadikan sebagai proksi atau negara ekspor platform oleh China untuk bisa memasukkan produknya ke AS.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi INDEF Andry Satrio Nugroho mengatakan, Indonesia mesti waspada dalam menyikapi peluang investasi berupa penanaman modal asing (PMA) dari China, dalam bentuk relokasi atau pengalihan pusat industri sebagai imbas dari perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Andry menilai, China berpeluang menjadikan Indonesia sebagai negara transit atau ekspor platform untuk bisa mengekspor produk-produknya ke AS. Akibatnya, Indonesia bisa menjadi terkena imbas sanksi atau biaya tambahan atas ekspor dari AS, apabila hal tersebut terjadi.
“Jangan sampai Indonesia sebagai proxy atau sebagai negara ekspor platform saja untuk ke AS. Karena ini bisa jadi AS akan memberikan berbagai trade remedies, kebijakan masuk anti dumping untuk produk yang ternyata tidak diproduksi oleh industri domestik,” ujar Andry dalam agenda Kadin Global & Domestic Outlook Q1/2025, Jakarta, Kamis (12/6).
Baca Juga: Bersaing Dengan Vietnam, RI Berpeluang Jadi Tujuan Relokasi Pabrik Dari China
Sedikit informasi, Donald Trump melalui akun Truth Social pribadinya pada Rabu (11/6) mengatakan bahwa negosiasi dengan China sejatinya sudah selesai.
“Kesepakatan kami dengan China sudah selesai, tinggal menunggu persetujuan akhir dari Presiden Xi dan saya… Kami (AS) akan mendapatkan total tarif sebesar 55%, sedangkan Tiongkok akan mendapatkan 10%. Hubungan kami sangat baik!” tulis Trump mengutip The Guardian.
Meski Trump dan China nampak membaik, Andry kembali mengingatkan, kesepakatan tersebut bisa saja kembali berubah dan memberikan dampak lanjutan terhadap tensi perang dagang global, terlebih Trump biasanya melakukan langkah yang sulit ditebak.
Investasi China Buka Peluang Lapangan Kerja
Terpisah, Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan justru menyebutkan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk mendapatkan PMA dari China, sebab negara tersebut memutuskan untuk merelokasi pusat industri mereka ke kota-kota kecil di Jawa Tengah, alih-alih di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang telah disiapkan pemerintah.
“Mereka tidak masuk ke zona-zona ekonomi khusus (KEK), tapi mereka ke kota kecil dengan alasan sederhana fengsui yang bagus. Ini di luar prediksi kita, tapi nyatanya mereka telah mempekerjakan 10.000 orang,” ujar Luhut dalam International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di JICC, Senayan, Kamis (12/6).
Baca Juga: Pemerintah Waspadai Indonesia Jadi Transit Barang China Ke AS
Luhut mengatakan, hal tersebut tetap menjadi sinyal positif lantaran adanya peluang pembukaan lapangan kerja di daerah-daerah. Bahkan, dirinya meyakini jika peluang relokasi yang dilakukan China dapat memunculkan 67.000 pekerjaan yang tersedia sebelum akhir tahun ini.
Menanggapi pernyataan tersebut, Andry kembali menegaskan pemerintah perlu berhati-hati dalam menggencarkan narasi peluang investasi dari China. Sebab, hal tersebut berpeluang menjadikan Indonesia target selanjutnya yang dijadikan negara transit oleh Negeri Tirai Bambu tersebut.
“Pada akhirnya industri domestik yang akan menanggung biaya tambahan yang diberikan oleh AS. Ini tidak kita inginkan ya, praktik-praktik dumping yang sebetulnya kita tidak lakukan tapi kita kena imbasnya sendiri,” pungkas Andry.