10 April 2025
20:06 WIB
Ekonom: Penundaan Tarif Resiprokal Trump Jadi Kesempatan RI Berbenah
Penangguhan tarif resiprokal selama 90 hari oleh AS tak hanya merelaksasikan kondisi ekonomi tanah air, namun sekaligus jadi kesempatan bagi pemerintah untuk melakukan pembenahan.
Penulis: Siti Nur Arifa
Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Virginia, Amerika Serikat, Jumat (25/9/2020). ANTARAFOTO/REUTERS/Tom Brenner
JAKARTA - Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian mengatakan, keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menunda kebijakan tarif resiprokal selama 90 hari harus dimanfaatkan pemerintah untuk melakukan konsolidasi terhadap kebijakan perdagangan, terutama berkaitan dengan kebijakan dagang dengan Amerika Serikat.
Dengan adanya perang dagang, peluang re-shoring dari beberapa negara yang diekspektasikan akan terkena dampak lebih besar dibandingkan Indonesia seperti Vietnam, Bangladesh, China, dan Thailand bisa dioptimalkan.
Fakhrul menyorot, industri seperti tekstil garmen, sepatu, dan furnitur bisa menjadi industri yang memiliki prospek positif untuk Indonesia.
"Terkait dengan hal ini, kebijakan terkait dengan deregulasi untuk perizinan usaha dan kemudahan ekspor harus dipercepat," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis, (10/4).
Baca Juga: AS Tunda Tarif Resiprokal, Indonesia Masih Antri Nego
Sementara itu di sisi neraca dagang dengan AS, peluang untuk meningkatkan impor dari Negeri Paman Sam terkait dengan sektor perminyakan, bahan kimia, serta bahan pangan merupakan poin negosiasi yang juga perlu dimaksimalkan.
Ditambah lagi, perubahan TKDN juga jadi hal penting yang harus dilakukan secepatnya.
"Banyak perusahaan Amerika Serikat yang ingin berinvestasi di Indonesia, terhambat karena hal ini," tambah Fakhrul.
Ke depan, Fakhrul menyebut semua pihak perlu sadar bahwa volatilitas adalah hal yang jamak terjadi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia, termasuk Indonesia akan mengalami perlambatan di tahun 2025.
Sebab itu, dengan adanya tensi perang dagang masyarakat diharapkan dapat mendukung sirkulasi ekonomi domestik Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kondisi Pasca Penundaan Tarif
Penundaan tarif resiprokal Trump termasuk bagi Indonesia memberikan pengaruh signifikan di pasar saham.
Terbukti, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini ditutup ke zona hijau pada sesi terakhir perdagangan, dengan menguat 286,04 poin atau 4,79% ke 6.254,02, bahkan sempat mencapai level tertinggi di 6.310.
Merujuk data RTI, terdapat sebanyak 553 saham ditutup menguat, dengan hanya 84 saham yang melemah, sementara 160 saham lainnya stagnan.
Baca Juga: Trump Tunda Tarif Resiprokal Untuk Puluhan Negara, China Naik jadi 125%
Dari segi transaksi, tercatat nilai cukup tinggi yakni mencapai Rp15,45 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai 22,72 miliar lembar, dan frekuensi perdagangan lebih dari 1,2 juta kali.
Meski demikian, sejauh ini belum ada pernyataan lebih jauh dari pemerintah terkait ditangguhkannya tarif resiprokal AS terhadap 75 negara mitra termasuk Indonesia.
Sedikit berbicara, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pihaknya masih menunggu reaksi dari berbagai pihak terkait kebijakan tersebut.
"Kita lihat bagaimana reaksi banyak pihak dari berbagai negara," ujarnya dalam agenda Percepatan KopDes Merah Putih di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Kamis (10/4).