c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

10 April 2025

08:47 WIB

Trump Tunda Tarif Resiprokal Untuk Puluhan Negara, China Naik jadi 125%

Meski menunda tarif resiprokal, tarif dasar sebesar 10% tetap berlaku.

Penulis: Fin Harini

<p id="isPasted">Trump Tunda Tarif Resiprokal Untuk Puluhan Negara, China Naik jadi 125%</p>
<p id="isPasted">Trump Tunda Tarif Resiprokal Untuk Puluhan Negara, China Naik jadi 125%</p>

Donald Trump pada hari pelantikannya sebagai Presiden AS di CapitalnOne, Washington, AS, Senin (21/1/2025). ANTARA/REUTERS/Mike Segar/Tom 

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan penangguhan tarif selama 90 hari untuk lebih dari 75 mitra dagang yang tidak membalas setelah Negara Adidaya tersebut mengumumkan kenaikan tarif impor yang besar.

China, yang mengenakan tarif balasan yang tinggi pada barang-barang AS, kini akan dikenakan kenaikan tarif yang lebih besar lagi pada produk-produknya, dengan total 125%.

Dilansir dari CNBC, Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan tarif yang diumumkan seminggu yang lalu sebagai cara mengajak negara-negara untuk datang ke meja perundingan.

Perubahan sikap Trump pada Rabu (9/4), terjadi kurang dari 24 jam dari rencana pemberlakuan tarif baru yang tinggi untuk sebagian besar mitra dagang.

Baca Juga: Ada Kebijakan Tarif Resiprokal Trump, Ini Respons Bank Indonesia

Rencana Trump memberlakukan tarif resiprokal telah menimbulkan episode volatilitas pasar keuangan paling intens sejak awal pandemi covid-19. Pergolakan itu menghapus triliunan dolar dari pasar saham dan menyebabkan lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang meresahkan yang tampaknya menarik perhatian Trump.

"Saya pikir orang-orang agak sedikit keluar jalur, mereka menjadi bersemangat, Anda tahu," kata Trump kepada wartawan, dikutip dari Reuters, setelah pengumuman itu, mengacu pada istilah golf.

Sejak kembali ke Gedung Putih pada bulan Januari, Trump telah berulang kali mengancam serangkaian tindakan hukuman terhadap mitra dagang, lantas mencabut beberapa di antaranya pada menit terakhir. Perubahan kebijkan itu telah menimbulkan kebingungan para pemimpin dunia dan membuat takut para eksekutif bisnis, yang mengatakan ketidakpastian membuat sulit membuat proyeksi kondisi pasar.

Peristiwa ini menunjukkan dengan gamblang ketidakpastian seputar kebijakan Trump, bagaimana ia dan timnya membuat serta menerapkannya. Meski Bessent menegaskan tarif sebagai cara membawa negara-negara ke meja perundingan, namun Trump kemudian mengindikasikan kepanikan di pasar yang terjadi sejak pengumumannya pada tanggal 2 April telah menjadi faktor dalam pemikirannya.

Meskipun bersikeras selama berhari-hari bahwa kebijakannya tidak akan pernah berubah, ia mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu untuk menjadi fleksibel. Namun, ia tetap menekan China, pemasok impor AS nomor 2

Trump mengatakan ia akan menaikkan tarif impor China menjadi 125% dari level 104% yang berlaku pada tengah malam, yang selanjutnya meningkatkan konfrontasi berisiko tinggi antara dua ekonomi terbesar di dunia. Kedua negara telah saling menaikkan tarif berulang kali selama seminggu terakhir.

Pembalikan tarif Trump tidaklah mutlak. Bea masuk menyeluruh sebesar 10% untuk hampir semua impor AS akan tetap berlaku, kata Gedung Putih. Pengumuman tersebut juga tampaknya tidak memengaruhi bea masuk untuk mobil, baja, dan aluminium yang sudah berlaku.

Pembekuan selama 90 hari tersebut juga tidak berlaku untuk bea masuk yang dibayarkan oleh Kanada dan Meksiko, karena barang-barang mereka masih dikenakan bea masuk terkait fentanil sebesar 25% jika tidak mematuhi aturan asal usul perjanjian perdagangan AS-Meksiko-Kanada. Bea masuk tersebut tetap berlaku untuk saat ini, dengan pengecualian yang tidak terbatas untuk barang-barang yang mematuhi USMCA.

Bursa Menguat
Pengumuman tarif resiprokal Trump menimbulkan kepanikan di pasar saham. Anggota parlemen dan orang kepercayaan Republik secara pribadi memperingatkannya bahwa tarif dapat menghancurkan ekonomi.

Pasar saham naik segera setelah perubahan arah tersebut. Indeks saham AS melonjak lebih tinggi setelah berita tersebut, dengan indeks acuan S&P 500 (.SPX), ditutup 9,5% lebih tinggi. Imbal hasil obligasi turun dari level tertinggi sebelumnya dan dolar menguat terhadap mata uang safe haven.

Baca Juga: Sri Mulyani: Ilmu Ekonomi Gagal Paham Penghitungan Tarif Trump

Kelegaan menyebar melalui pasar-pasar Asia saat dibuka pada hari Kamis (10/4) dengan indeks Nikkei Jepang (.N225), melonjak hampir 9%.

Analis mengatakan lonjakan harga saham yang tiba-tiba mungkin tidak membatalkan semua kerusakan. Survei telah menemukan perlambatan investasi bisnis dan pengeluaran rumah tangga karena kekhawatiran tentang dampak tarif, dan survei Reuters/Ipsos menemukan bahwa tiga dari empat orang Amerika memperkirakan harga akan naik dalam beberapa bulan mendatang.

Goldman Sachs memangkas kemungkinan resesi kembali menjadi 45% setelah langkah Trump, turun dari 65%, dengan mengatakan tarif yang masih berlaku kemungkinan masih akan menghasilkan peningkatan 15% dalam tingkat tarif keseluruhan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar