c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

22 Januari 2025

20:22 WIB

Ditugasi Serap 3 Juta Ton Beras, Bulog Akui Butuh Biaya Rp57 Triliun

Direktur Keuangan Perum Bulog, Iryanto Hutagaol mengaku pihaknya butuh anggaran Rp57 triliun untuk menyerap beras dalam negeri hingga 3 juta ton.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Ditugasi Serap 3 Juta Ton Beras, Bulog Akui Butuh Biaya Rp57 Triliun</p>
<p id="isPasted">Ditugasi Serap 3 Juta Ton Beras, Bulog Akui Butuh Biaya Rp57 Triliun</p>

Pekerja memikul karung beras di Gudang Bulog, Medan, Sumatera Utara, Selasa (28/5/2024). AntaraFoto/ Yudi Manar

JAKARTA - Direktur Keuangan Perum Bulog, Iryanto Hutagaol menyampaikan, pihaknya membutuhkan anggaran mencapai Rp57 triliun untuk menyerap dan mengelola beras sepanjang tahun 2025. Jumlah tersebut naik dari perkiraan awal, mengingat jumlah beras produksi dalam negeri yang harus diserap Bulog akan naik dari sekitar 2 juta ton menjadi 3 juta ton tahun ini.

Iryanto menuturkan, saat ini terdapat stok beras sisa akhir tahun 2024 sebanyak 1,7 juta ton. Semula, Bulog ditugaskan menyerap beras produksi dalam negeri tahun ini 2 juta ton, sehingga total beras yang akan dikelola Bulog 3,7 juta ton.

Namun berdasarkan hasil rapat koordinasi kementerian/lembaga (K/L) bidang pangan pada Rabu (22/1), Bulog berpotensi mendapat tambahan penugasan untuk menyerap beras produksi lokal menjadi 3 juta ton. Artinya, biaya pengelolaan beras di gudang Bulog pun akan naik di tahun ini, untuk mengelola sekitar 4,7 juta ton beras.

Baca Juga: Sambut Panen Raya, Bulog Bakal Pinjam Gudang TNI, ID FOOD, Dan Kemendag

"Dengan kabar akan diminta menyerap 3 juta ton, artinya kita akan mengelola 4,7 juta ton. Kalau dihitung harga Rp12.000 per kg, artinya kurang lebih Rp57 triliun harus kita sediakan dalam mengelola beras ini oleh pemerintah. Kami kurang lebih 10% biaya pengelolaan, dan itulah yang kami butuhkan setiap tahun," kata Iryanto dalam Diskusi Bulog di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Rabu (22/1).

Terkait anggaran pengelolaan beras yang berpotensi bertambah itu, Iryanto mengaku telah mengajukan pada pemerintah agar diberikan bantuan anggaran yang lebih terstruktur.

Ia menjelaskan, selama ini skema pembiayaan Bulog selalu dibantu oleh perbankan. Sedangkan di sisi pemerintah, bantuan pembiayaan disalurkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang baru diperoleh ketika Bulog rampung menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP) ke masyarakat.

Baca Juga: Produksi Beras Naik, Pemerintah Tugaskan Bulog Serap 3 Juta Ton Beras

"Itu yang menjadi recovery pendapatan kami. Jadi kita beli (beras) dulu dan kita simpan atau perbaiki, dirapikan, lalu disalurkan, baru kita mendapat bayaran. Kira-kira begitu selama ini kita survive, walaupun dengan beban begitu berat harus meminjam dengan bank," ucap Iryanto.

Lebih lanjut, Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono menambahkan, di tahun 2024 saja pihaknya harus membayar bunga pinjaman bank mencapai Rp2,5 triliun untuk menyerap beras 3 juta ton. Biaya tersebut menurutnya akan diganti oleh APBN.

"Stok yang ada sekarang itu didanai dari pinjaman bank, karena kalau ngutang pasti ada bunganya. Ini struktur pendanaan kita. Sekarang beban bunga sekitar Rp2,5 triliun ya untuk penyerapan 2024 sebesar 3 juta ton," kata Wahyu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar