c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

23 September 2025

16:36 WIB

Demi Kejar Produksi Padi, Kementan Akui Produksi Jagung Menurun

Kementerian Pertanian membeberkan produksi jagung jadi alasan harga jagung mulai naik dan mendorong lonjakan harga daging ayam dan telur ayam ras.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Demi Kejar Produksi Padi, Kementan Akui Produksi Jagung Menurun</p>
<p id="isPasted">Demi Kejar Produksi Padi, Kementan Akui Produksi Jagung Menurun</p>

Petani memanen jagung di persawahan Desa Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (24/1/2024). Antara Foto /Anis Efizudin

JAKARTA - Staf Ahli Menteri Bidang Investasi Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengungkapkan alasan kenaikan harga daging ayam dan telur ayam saat ini didorong oleh kenaikan harga pakan ayam, yang bahan utamanya berasal dari jagung pipilan kering. Produksi jagung saat ini sempat tertinggal karena pemerintah tengah menggenjot produksi padi.

Suwandi menjelaskan, panen jagung pada tiga bulan terakhir yakni Agustus hingga Oktober mengalami penurunan. Alasannya, pemerintah di Januari-Juli 2025 tengah menggenjot percepatan tanam padi. Langkah ini sejalan dengan perkiraan iklim oleh BMKG yang menurut Suwandi masuk kategori kemarau basah, sehingga komoditas padi lebih diutamakan.

“Kontribusi jagung yang tiga bulan terakhir menurun karena di lapangan, kita kebijakan Bapak Menteri Pertanian percepatan tanam (padi)… Jadi daerah-daerah yang sekarang ada di lahan tadah hujan, lahan kering, ngejar (produksi) padi termasuk padi gogo,” kata Suwandi dalam Rapat Koordinasi Inflasi, secara daring, Selasa (23/9).

Baca Juga: Jagung Di Peternak Mulai Mahal, Bapanas Usul SPHP Jagung

Ia pun memastikan setelah produksi padi selesai, maka pemerintah akan mengejar produksi jagung terutama di lahan-lahan yang sulit ditanami padi. Suwandi pun mendorong agar produksi jagung dapat ditingkatkan melalui peningkatan indeks tanam.

“Yang terjadi sekarang, sebagian ditanami jagung. Di lokasi yang bagus untuk padi, bahkan berebut ditanami tembakau kemarau kemarin di Juli-Agustus seperti Madiun, Jawa Timur, Jawa Tengah. Sehingga solusi yang akan dilakukan bagaimana supaya produksi padi aman, jagung aman, tembakau aman nggak berebut dengan melakukan perluasan dan meningkatkan indeks tanam,” tambah Suwandi.

Suwandi pun mencontohkan Blitar dan Kediri yang berhasil meningkatkan indeks pertanaman melalui penanaman kacang hijau, cabai, dan kedelai sebelum panen jagung. Skema penanaman tersebut terus silih berganti sehingga lahan tidak menganggur.

“Bahkan padi kalau kebijakan Bapak Menteri Pertanian jarak dari panen ke tanam lagi maksimal 14 hari. Kalau bisa 10 hari setelah ditraktor, olah tanah, dikasih biodekomposer. Langsung semai, tanam, begitu. Jadi memampatkan indeks pertanaman,” jelas dia.

Komponen Harga 
Ia menambahkan, saat ini harga pokok produksi (HPP) live bird atau unggas hidup sebelum dipotong ada di Rp18.000/kg. Sementara harga ayam potong atau ayam broiler rata-rata saat ini di Rp22.000/kg. 

Harga ayam potong tersebut menurut Suwandi berada di bawah harga acuan pembelian (HAP) tingkat produsen sebesar Rp25.000/kg, sesuai Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan Pangan) Nomor 6 Tahun 2024.

Persentase jagung dalam pakan ayam pedaging sebesar 40% dan untuk ayam petelur sebanyak 50%. Padahal komponen terbesar dalam peternakan ayam petelur dan pedaging berasal dari biaya pakan.

Oleh karena itu, terkait mahalnya harga pakan ternak yang dominan berasal dari jagung, Suwandi mendorong adanya operasi pasar komoditas jagung terutama di Blitar dan Kendal sebagai wilayah mayoritas peternak. Sisanya beberapa dapat dilakukan di Lampung.

“Hanya itu supaya menjadi fokus penanganan Bulog. Dan dari Kementerian Pertanian sudah menyampaikan daftar peternak yang akan mendapatkan bantuan SPHP jagung. Nanti pihak Bulog segera stabilisasi harga jagung,” kata Suwandi.

Baca Juga: Stabilisasi Harga, Pemerintah Alokasikan Rp78,6 M Untuk SPHP Jagung

Ia pun meminta agar kenaikan harga ayam dan telur saat ini jangan terlalu dipermasalahkan, mengingat harga jual masih berada di bawah HAP. Oleh karena itu, Suwandi meminta agar BPS memperhitungkan kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras yang masih dalam batas toleransi.

“Usul Pak Menteri (Dalam Negeri), keluhan peternak selama ini harga masih di bawah HAP. Tapi karena kenaikan ini, jangan ditekan-tekan. Si peternak pengen nikmati harga daging dan telur yang baik juga. Jadi usul Bu Wini (BPS) berapa persen sih yang bisa ditoleransi kenaikan harga daging ayam dan telur ayam,” tandas Suwandi.

Berdasarkan panel harga Bapanas, per hari ini, Selasa (23/9) harga rata-rata nasional ayam ras pedaging hidup di peternak sebesar Rp23.112/kg atau 7,55% di bawah HAP nasional Rp25.000/kg. Lalu, harga telur ayam ras sebear Rp25.733/kg, juga berada 2,89% di bawah HAP Rp26.500/kg.

Adapun harga jagung pipilan kering di tingkat produsen saat ini rata-rata nasional ada di Rp5.562/kg atau 1,13% di atas HAP nasional Rp5.500/kg.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar