11 Desember 2024
18:18 WIB
Delapan Kawasan Ekonomi Khusus Belum Optimal dan Butuh Perbaikan
Sedikitnya ada 8 KEK yang belum optimal dan perlu diperbaiki agar bisa mendatangkan investasi dan menunjang perekonomian.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Pembangkit listrik tenaga biogas yang memanfaatkan limbah cair kelapa sawit di Sei Mangkei, Simalungun, Sumatera Utara. ANTARA/HO-Pertamina
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, sedikitnya ada 8 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tersebar di Indonesia yang belum optimal dan butuh perbaikan.
"Kami melihat Bapak Presiden mengarahkan agar KEK terus ditumbuhkembangkan. Kita bisa melihat beberapa KEK yang masih butuh perbaikan," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi 2024, Rabu (11/12).
Airlangga menyebutkan, antara lain, yakni KEK Arun Lhokseumawe, Sei Mangkei, Nongsa, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Mandalika, Likupang, dan Morotai. Adapun hingga saat ini, Indonesia memiliki sebanyak 22 KEK.
"Yang saya sebut yang belum optimal, artinya yang pada waktu evaluasi kita berpikir untuk apakah fasilitas perlu dilanjutkan atau tidak," tuturnya.
Baca Juga: Menko Airlangga Lapor Tiga Proyek KEK Bermasalah Ke Presiden Prabowo
Airlangga pun membeberkan beberapa KEK yang perlu diperbaiki. Contohnya, KEK Arun Lhokseumawe yang berpotensi menjadi lokasi tujuan investor, terutama bagi yang mau mengembangkan sektor energi dan pengolahan.
Untuk diketahui, KEK Arun Lhokseumawe berfokus pada beberapa sektor yaitu energi, petrokimia, agro industri pendukung ketahanan pangan, logistik serta industri penghasil kertas kraft.
Dari sektor energi seperti minyak dan gas, nantinya akan dikembangkan regasifikasi LNG, LNG Hub/ Trading, LPG Hub/ Trading, Mini LNG Plant PLTG dengan pengembangan pembangkit listrik yang ramah lingkungan atau clean energy solution provider.
"Di Arun Lhokseumawe, padahal potensinya besar, CCUS (Carbon Capture, Utilization and Storage), di situ investasinya salah satu yang terbesar. Kemudian ada klaster industri pupuk, ini menjadi salah satu penggerak ekonomi di Aceh," kata Airlangga.
Tak Banyak Industri Tumbuh
Namun, ia melihat tidak banyak industri yang tumbuh meski sudah ada KEK. Ia berharap ke depannya, sederet pabrik, seperti semen, kertas dan pupuk di Aceh bisa tumbuh dengan adanya revitalisasi KEK.
Terlebih lagi, sambung Airlangga, apabila suntikan modal dari perusahaan migas Mubadala Energy telah terealisasi. Ia mengatakan pernah meminta industri itu untuk melakukan pengembangan lepas pantai (offshore) di KEK.
"Kita tahu bahwa di zaman Pak Soeharto, orde baru, di sana banyak tumbuh industri, yang industrinya sekarang malah terhenti. Mulai dari pabrik semen, kertas, pupuk Asean Aceh. Nah dengan adanya revitalisasi KEK, diharapkan ini bisa tumbuh," ucap Menko.
Baca Juga: Kadin Minta Pemerintah Terbitkan SK Pokja Percepatan KEK
Selanjutnya, ia menilai KEK Sei Mangkei juga belum optimal lantaran hanya PT Unilever Oleochemical yang melakukan pengembangan di lokasi tersebut. Adapun usahanya berupa hilirisasi industri kelapa sawit.
"Sei Mangkei juga belum optimal, masih baru Unilever. Nah ini tentu untuk pelabuhan harus didorong," kata Airlangga.
Menurutnya, pemerintah perlu mendorong penyediaan pelabuhan sekaligus bandar udara lokal untuk menunjang aktivitas di sana. Itu termasuk untuk mempermudah akses logistik dan turis.
Ia pun menambahkan, ada beberapa KEK yang bernasib serupa. Di antaranya, KEK Nongsa, Tanjung Kelayang yang notabene lokasi pariwisata, Tanjung Lesung, Mandalika, Labuan Bajo, Likupang, serta Morotai.
"Contohnya, pariwisata di Tanjung Kelayang. Kalau tidak ada pesawat langsung dari luar negeri atau minimal regional, itu turisme di sana akan terganggu. Orang enggak mungkin ke Jakarta dulu baru ke Bangka Belitung atau ke Palembang dulu, pun sekarang bukan menjadi pintu internasional," ujar Airlangga.