c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

04 Oktober 2024

17:09 WIB

Deflasi 5 Bulan Beruntun Akibat Harga Pangan Turun, Menkeu Sri: Bagus!

Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai capaian deflasi Indoensia selama lima bulan berturut-turut disebabkan penurunan harga pangan. Hal itu dinilai positif bagi daya beli.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Deflasi 5 Bulan Beruntun Akibat Harga Pangan Turun, Menkeu Sri: Bagus!</p>
<p id="isPasted">Deflasi 5 Bulan Beruntun Akibat Harga Pangan Turun, Menkeu Sri: Bagus!</p>

Menkeu Sri Mulyani menilai capaian deflasi Indonesia selama lima bulan terakhir secara beruntun merupakan perkembangan positif, di Jakarta, Jumat (4/10). ValidNewsID/ Khairul Kahfi

JAKARTA - Menkeu Sri Mulyani menilai, capaian deflasi Indonesia selama lima bulan terakhir secara beruntun merupakan perkembangan positif. Pasalnya, capaian deflasi ini terjadi karena penurunan harga pangan.

Selama ini, lanjutnya, pemerintah terus berupaya menjaga level inflasi tetap rendah untuk menjaga daya beli. Sri mengungkapkan, Indonesia memang sudah mengalami kenaikan inflasi yang tinggi semenjak tahun lalu, yang banyak dipengaruhi oleh harga makanan.

“Jadi kalau di deflasi 5 bulan ini terutama dikontribusikan oleh penurunan harga pangan, itu menurut saya merupakan suatu perkembangan yang positif,” katanya usai The 8th Annual Islamic Finance Conference, Jakarta, Jumat (4/10).

Dia menekankan, kondisi inflasi akan sangat menentukan daya beli masyarakat. Terutama masyarakat kelompok menengah-bawah yang sebagian besar pengeluarannya berupa bahan makanan.

“Jadi kalau harga pangan stabil atau bahkan menurun, karena waktu itu memang sempat meningkat (tinggi), itu adalah hal yang positif,” jelasnya.

Ditilik lebih dalam, inflasi yang utamanya berasal dari komponen inti secara tahunan masih sebesar 2,09% (yoy), Sri nilai masih tidak terlalu tinggi. Menurutnya, inflasi ini juga bisa memperlihatkan perkembangan inflasi nasional berasal dari agregat demand

“Ini artinya demand masih tinggi, meskipun di situ juga ada harga emas, di mana kenaikan harga emas di dalam core inflation pasti mempengaruhi,” sebutnya.

Baca Juga: Kemendag Akan Kaji Penyebab Penurunan Harga Pangan

Sri kembali menyampaikan, perkembangan deflasi lima bulan beruntun terakhir merupakan penurunan harga yang berasal dari volatile food. Kondisi ini juga menjadi harapan pemerintah untuk bisa menciptakan harga makanan di level yang stabil-rendah, terutama untuk konsumen menengah-bawah yang sebagian besar penghasilannya habis untuk belanja makanan. 

Meski demikian, pihaknya juga akan meneliti pertumbuhan komponen inflasi inti apakah merefleksikan kenaikan permintaan. Jika yang terjadi demikian, maka bisa dipastikan perekonomian Indonesia masih dalam suasana bertumbuh sebesar 5%, “Itu adalah hal yang bagus,” tuturnya. 

Secara umum, kondisi ini merupakan hal positif dari sisi fiskal. Pasalnya, pemerintah telah menggunakan APBN untuk menstabilkan harga makanan dalam bentuk bantuan sosial (bansos) dalam bentuk pemberian ayam, telur, sampai beras yang tujuannya untuk menurunkan beban masyarakat kelompok paling rentan dan miskin. 

“Jadi itu adalah sesuatu yang kita akan terus (lakukan). Selain, fiskal juga memberikan reward kepada daerah-daerah yang berhasil menstabilkan inflasinya pada level yang rendah, karena itu penting untuk masyarakat,” paparnya. 

Daya Beli Masih Aman
Kemudian, Menkeu Sri menyampaikan, daya beli masyarakat Indonesia masih relatif baik dan berada di level stabil-tinggi. Terlihat dari Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) dan Indeks Penjualan Riil (IPR) Agustus 2024, yang masing-masing naik ke level 124,4 poin dan tumbuh 5,8% (yoy) menjadi 215,9 poin.

“Tidak ada koreksi (daya beli) yang tiba-tiba menurun tajam. Ini artinya di kelompok masyarakat yang di-capture atau direkam melalui indeks consumer confidence, apakah kepercayaan konsumen, maupun dari sisi ritel, masih menunjukkan adanya aktivitas yang cukup konstan atau stabil,” jelasnya. 

Adapun, kondisi kelas menengah juga masih cenderung aman. Meski terdapat masyarakat kelas menengah yang turun kelas menjadi kelompok rentan, namun masih ada kelompok miskin yang naik menjadi aspiring middle.

“Jadi dalam hal ini kita melihat adanya dua indikator, yang miskin naik, tapi yang kelas menengah turun. Penurunan kelas menengah biasanya karena inflasi. Dengan inflasi tinggi, maka garis kemiskinan naik,” ucapnya.

Baca Juga: September Deflasi 0,12%, Ekonom Nilai Tak Sehat

Pihaknya juga siap mendalami fenomena PHK saat ini. Di samping, angkatan kerja atau lapangan kerja baru dalam tiga tahun terakhir mencapai 11 juta lebih. Adapun situasi ini menunjukkan ekonomi Indonesia yang sedang bertransformasi.

“Kalau sekarang banyak FDI itu adalah pada area hilirisasi, itu mungkin area yang job creation-nya berbeda dengan area di mana labor intensive seperti alas kaki, tekstil, garmen, yang dulu memang menjadi area penciptaan kesempatan kerja,” sebutnya.

Pemerintah juga melihat efek teknologi yang ikut memengaruhi lapangan kerja dan struktur ekonomi saat ini. Ia menegaskan, pemerintah akan memberikan dukungan yang tepat untuk menjaga masyarakat rentan.

“Kita akan terus memperhatikan agar masyarakat yang paling rentan mendapatkan dukungan, apakah itu dalam bentuk bantuan sosial atau pelatihan, dan di sisi lain memperbaiki iklim investasi sehingga muncul lapangan kerja baru,” jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar