c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

15 Agustus 2024

17:08 WIB

Defisit Neraca Perdagangan Indonesia - Tiongkok Melebar di Juli 2024

BPS mencatatkan defisit neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok kembali terjadi di Juli 2024 sebesar US$1.707 miliar. Defisit neraca dagang didominasi tingginya impor kode HS 84, 85, dan 87.

Penulis: Erlinda Puspita

<p>Defisit Neraca Perdagangan Indonesia - Tiongkok Melebar di Juli 2024</p>
<p>Defisit Neraca Perdagangan Indonesia - Tiongkok Melebar di Juli 2024</p>

Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (8/7/ 2024). Antara Foto/Indrianto Eko Suwarso

JAKARTA - Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A Widyasanti melaporkan Indonesia kembali mengalami defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok pada Juli 2024 sebesar US$1.707 miliar. Defisit ini tercatat semakin besar dibanding Juni 2024 senilai US$682 miliar, maupun defisit Juli 2023 sebesar US$635,7 miliar. 

"Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dengan beberapa negara. Tiga terdalam di antaranya dengan Tiongkok senilai US$1.707 miliar, Australia senilai US$602 miliar, dan Singapura senilai US$402 miliar," ujar Amalia dalam paparannya di Rilis BPS, di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Kamis (15/8). 

Defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok ini diperoleh dari tingginya importasi Indonesia selama Juli 2024 senilai US$6.528 miliar, sedangkan ekspor hanya mencapai US$4.821 miliar.

Secara detail, Amalia menyampaikan, komoditas penyumbang defisit terbesar dari Tiongkok pada Juli 2024 adalah mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) senilai US$1.520,7 miliar, lalu mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) senilai US$1.231 miliar, dan kendaraan dan bagiannya (HS 87) senilai US$343 miliar. 

Baca Juga: Ekspor Komoditas Unggulan CPO, Batu Bara, Besi Baja Kompak Anjlok, Kenapa?

Bahkan, BPS juga mencatat defisit neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif untuk sektor non migas selama Januari-Juli 2024, yang terbesar berasal dari perdagangan dengan Tiongkok. Torehan defisit tersebut mencapai US$7,12 miliar. 

Defisit ini makin melebar jika dibandingkan dengan periode Januari-Juli 2023 yang tercatat sebesar US$0,69 miliar. 

Berdasarkan data yang diperoleh Validnews, defisit neraca dagang Indonesia sudah terjadi sejak tahun 2018, namun nilainya semakin kecil. Lengkapnya, pada tahun 2018 tercatat defisit neraca dagang senilai US$18,4 miliar, tahun 2019 senilai US$16,9 miliar, dan tahun 2020 defisit senilai US$7,8 miliar. 

Baca Juga: Peluang Ekspor Durian, Indonesia Masih Tunggu Persetujuan Tiongkok

Kemudian pada tahun 2021 tercatat defisit neraca dagang senilai US$2,4 miliar, tahun 2022 defisit senilai US$1,8 miliar. Baru pada tahun 2023 mengalami surplus dagang dengan Tiongkok senilai US$2,05 miliar. 

Jika dilihat dari kode HS yaitu mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84), nilai impornya sejak tahun 2021 hingga 2023 adalah US$12,5 miliar (2021), US$16,16 miliar (2022), dan US$14,6 miliar (2023). Berikutnya komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) yaitu US$11,8 miliar (2021), US$14,47 miliar (2022), dan US$13,55 miliar (2023). 

Terakhir untuk komoditas kendaraan dan bagiannya (HS 87) yaitu US$1,5 miliar (2021), US$2,04 miliar (2022), dan US$2,05 miliar (2023).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar