15 Agustus 2024
15:32 WIB
Ekspor Komoditas Unggulan CPO, Batu Bara, Besi Baja Kompak Anjlok, Kenapa?
Meski nilai ekspor pada Juli 2024 naik 6,55% secara bulanan pada Juli 2024, namun ternyata kinerja ekspor komoditas unggulan Indonesia kompak mengalami penurunan, baik secara bulanan ataupun tahunan.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Buruh menurunkan tandan buah sawit (TBS) dari mobil truk di Pelabuhan Rakyat Lalosalo, Desa Sei Pancang, Kecamatan Sebatik Utara, Nunukan, Kaltara, Minggu (29/3). Antara Foto/M Rusman/Asf/pd/15.
JAKARTA - Kinerja ekspor komoditas nonmigas yang selama ini menjadi unggulan Indonesia, yaitu batu bara, besi dan baja, serta crude palm oil (CPO) dan turunannya, kompak mengalami penurunan pada Juli 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ketiga komoditas unggulan itu nilai ekspornya kontraksi, baik secara bulanan (mtm) maupun secara tahunan (yoy). Salah satu alasannya, karena terjadi pelemahan permintaan dari negara tujuan ekspor.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, di antara ketiga komoditas tersebut ekspor CPO paling anjlok, baik secara nilai maupun volume ekspornya. Menurutnya, inilah yang mencerminkan penurunan permintaan global terhadap komoditas unggulan RI, terutama CPO dan turunannya.
"Data yang kami rekam tercatat penurunan volume CPO lebih dalam dibandingkan penurunan nilainya, mengindikasikan bahwa ini lebih ditopang penurunannya disebabkan oleh adanya pelemahan permintaan dari negara tujuan ekspor," ujarnya, Kamis (15/8).
Seperti disampaikan, dari ketiga komoditas unggulan RI, ekspor CPO dan turunannya lah yang paling anjlok. Nilai ekspornya pada Juli 2024 hanya US$1,39 miliar atau anjlok 36,37% ketimbang ekspor pada Juni 2024 yang senilai US$2,18 juta, dan anjlok 39,22% dibandingkan Juli 2023 yang senilai US$2,28 miliar.
Baca Juga: Neraca Dagang RI Kembali Susut Per Juli 2024 Menjadi US$0,47 M
Volume ekspor CPO dan turunannya pun turun cukup drastis. BPS mencatat, volume ekspor pada Juli 2024 hanya sebanyak 1,62 juta ton. Jauh lebih kecil ketimbang volume ekspor pada Juni 2024 yang sebanyak 2,67 juta ton, dan pada Juli 2023 yang sebanyak 2,75 juta ton.
"Ekspor CPO dan turunannya memang mengalami penurunan cukup signifikan, terutama ke negara India yang secara bulanan turun 59,31% dan secara tahunan turun 67,50%," terang Amalia.
Tidak hanya India, ekspor CPO dan turunannya ke negara lain juga mengalami penurunan. Amalia menyebutkan ekspor ke China anjlok 49,56% (mtm) dan 30,04% (yoy), serta ekspor ke Pakistan juga turun 17,78% (mtm) serta turun 18,62% (yoy).
Berikutnya, untuk ekspor batu bara (HS 2701) pada Juli 2024 mencapai US$2,49 miliar. Nilai itu turun tipis 0,07% dibandingkan ekspor Juni 2024 yang senilai US$2,49 miliar, dan turun sebesar 2,49% dibandingkan ekspor Juli 2023 yang senilai US$2,56 miliar.
BPS mencatat terjadi penurunan volume ekspor batu bara pada Juli 2024 menjadi sebanyak 34,11 juta ton. Padahal, tahun lalu Indonesia berhasil mengekspor sebanyak 32,26 juta ton batu bara pada Juli 2023, lalu pada Juni 2024 sebanyak 32,66 juta ton.
Baca Juga: Nilai Impor Juli 2024 Naik 17,82%, Bahan Baku Penolong Jadi Kontributor Terbesar
Amalia menjelaskan, ekspor komoditas batu bara juga menurun, terutama ekspor ke Jepang, Filipina dan Vietnam. Sayangnya, dia tidak memberikan rincian penurunan nilai ekspornya ke masing-masing negara.
"Kalau untuk komoditas batu bara yang turun adalah ekspor ke negara Jepang, Filipina dan Vietnam," imbuhnya.
Kemudian, ekspor komoditas besi dan baja pada Juli 2024 mencapai US$2,03 miliar. Nilai ekspor itu kontraksi 3,28% dibandingkan Juni 2024 yang senilai US$2,10 miliar, dan kontraksi 8,07% dibandingkan capaian ekspor besi dan baja pada Juli 2023 yang senilai US$2,21 miliar.
Dari segi volume ekspor besi dan baja, BPS mencatat terjadi sedikit kenaikan secara tahunan, namun turun secara bulanan. Pada Juli 2024, volume ekspornya mencapai 1,64 juta ton, sedangkan bulan sebelumnya 1,66 juta ton, dan pada Juli 2023, ekspornya hanya 1,54 juta ton.
Jadi secara keseluruhan, Plt Kepala BPS menyampaikan, kinerja ekspor komoditas nonmigas unggulan Indonesia pada Juli 2024 mengalami kontraksi, lantaran didorong oleh penurunan nilai ekspor yang dibarengi dengan anjloknya volume ekspor imbas dari adanya pelemahan permintaan negara mitra dagang.
"Pada Juli 2024, nilai ekspor komoditas unggulan ini mengalami penurunan nilai ekspor," kata Amalia.