01 Oktober 2025
20:56 WIB
Danantara Kumpulkan Patriot Bond Rp50 Triliun Untuk EBT-Waste Energy
Obligasi patriot atau patriot bond merupakan surat utang perdana yang diterbitkan oleh Danantara, yang ditargetkan menghimpun dana hingga Rp50 triliun.
Penulis: Fin Harini
CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani usai Rapat Koordinasi Persiapan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, di Kantor BKPM, Jakarta, Rabu (1/10/2025). Antara/Putu Indah Savitri
JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) berhasil mengumpulkan dana obligasi patriot (patriot bond) senilai Rp50 triliun, yang akan digunakan untuk proyek energi baru dan terbarukan (EBT), serta konversi sampah menjadi energi (Waste to Energy).
“Ya, pokoknya dananya sudah tercapai Rp50 triliun, fokus untuk Waste to Energy dan juga energi baru terbarukan,” ujar CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani di sela Rapat Koordinasi Persiapan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, di Kantor BKPM, Jakarta, Rabu (1/10), dikutip dari Antara.
Obligasi patriot atau patriot bond merupakan surat utang perdana yang diterbitkan oleh Danantara, yang ditargetkan menghimpun dana hingga Rp50 triliun.
Baca Juga: Pembiayaan Danantara Dalam Waste To Energi Jadi Solusi Atasi Krisis Sampah
Patriot bond diterbitkan dalam dua seri, yaitu seri dengan jangka tenor lima tahun dan tujuh tahun. Kedua seri tersebut menawarkan imbal hasil sebesar 2%.
Saat ini, kata Rosan, dana yang terkumpul melalui patriot bond akan difokuskan untuk proyek Waste to Energy, yang sudah diluncurkan oleh Danantara pada Selasa (30/9). Rosan menargetkan, pada akhir Oktober, Waste to Energy sudah memulai proses tender.
“Harapannya pada akhir Oktober ini kami akan mulai proses untuk tendernya Waste to Energy, tetapi untuk patriot bond itu sudah selesai,” imbuhnya.
Pemerintah berencana membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) pada 33 lokasi di berbagai daerah Indonesia.
CIO Danantara Pandu Sjahrir pada Agustus menjelaskan patriot bond merupakan instrumen pembiayaan strategis yang lazim digunakan di berbagai negara untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional.
Beberapa negara yang telah menggunakan skema obligasi patriot itu, di antaranya Jepang dan Amerika Serikat. Dilansir dari Investopedia, pemerintah AS menerbitkan patriot bond usai serangan teroris pada menara kembar WTC pada September 2021.
Adanya patriot bond, Pandu menjelaskan, negara dapat memperoleh sumber pendanaan jangka menengah hingga panjang yang stabil, sementara pelaku usaha memiliki akses kepada instrumen investasi yang aman dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.
Baca Juga: Bos Danantara: PLN Bakal Dapat Subsidi Untuk Serap Listrik Dari PLTSa
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (30/9), Danantara telah menerima cukup banyak janji dari para taipan terkaya di negara ini untuk menyerap penerbitan obligasi patriot senilai Rp50 triliun (US$3 miliar), menurut sumber yang mengetahui masalah ini.
Antara 40 dan 50 investor akan berpartisipasi dalam penawaran ini, beberapa di antaranya berkomitmen masing-masing sebesar Rp3 triliun, menurut sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena pembicaraan ini bersifat tertutup.
Sebelumnya pada Agustus, Danantara mengatakan bahwa para pemimpin bisnis menukar keuntungan jangka pendek dengan warisan abadi, yakni membangun bangsa kita.
Hal ini merujuk pada keanehan penawaran ini, yakni Danantara meminta investor untuk membeli obligasi tersebut meskipun kuponnya lebih rendah dari tingkat pasar yang berlaku. Obligasi berjangka lima dan tujuh tahun ini akan memiliki kupon 2%, kurang dari setengah obligasi pemerintah yang memberikan imbal hasil di atas 5%.
Para taipan kemungkinan akan menggunakan kas mereka sendiri untuk membayar obligasi tersebut saat ini, tetapi beberapa sedang mencari pinjaman dari bank-bank BUMN, PT Bank Mandiri dan PT Bank Negara Indonesia, untuk membantu mendanai pembelian mereka, kata sumber tersebut.
Mereka kemungkinan perlu membayar bunga lebih dari 6% untuk pinjaman tersebut, meskipun pembicaraan masih dalam tahap awal dan detailnya dapat berubah, tambah mereka.
Danantara berupaya menerbitkan obligasi tersebut pada 1 Oktober, menurut beberapa orang yang mengetahui rencana tersebut pada bulan Agustus. Namun, penerbitan tersebut berpotensi mundur lantaran masih menjalani proses persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan untuk menetapkan harga obligasi sebesar ini sekaligus, menurut beberapa orang yang mengetahui situasi terbaru.