30 September 2025
15:24 WIB
Pembiayaan Danantara Dalam Waste To Energi Jadi Solusi Atasi Krisis Sampah
Inovasi pengolahan sampah menjadi sumber energi (waste to energy) baik dan tepat agar segera dilaksanakan.
Penulis: Fin Harini
Sebuah mesin pengolah sampah menjadi bahan bakar yang berada di di Desa Talunombo Kec. Sapuran kab. Wonosobo. Instagram/ahmadluthfi_official
JAKARTA – Timbulan sampah menjadi salah satu persoalan yang saat ini dialami oleh Indonesia. Makin bertambahnya volume hampir di seluruh daerah membuat Indonesia bisa dikategorikan darurat sampah.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, terdapat dua aspek yang dirasa menjadi persoalan terkait sampah, yakni keterbatasan ketersediaan lahan pembuangan dan kedua adalah berdampak buruk pada kesehatan.
“Bila terus dibangun tempat pembuangan akhir (TPA) maka jadi perhatian adalah apakah daerah masih punya banyak lahan? Kemudian lagi munculnya masalah kesehatan ke masyarakat sebab keberadaan TPA,” ujar Fabby kepada media beberapa waktu lalu.
Oleh sebab itu, ia menilai, inovasi pengolahan sampah menjadi sumber energi (waste to energy) baik dan tepat agar segera dilaksanakan. Apalagi, lanjutnya, program ini telah diinisiasi sejak pemerintahan sebelumnya.
Baca Juga: Prabowo Minta Program Waste to Energy Rampung 18 Bulan
Kendati demikian, Fabby mengemukakan, implementasi pengolahan sampah menjadi energi memerlukan pembiayaan besar. Untuk itulah dukungan subsidi pendanaan dari pemerintah perlu ada.
“Dalam waste to energy perlu dipikirkan sisi dari mulai pengolahan sampah tersebut hingga jadi energi, lalu siapa yang berminat untuk membelinya, mengambilnya. Dari hulu ke hilir inilah yang memerlukan biaya besar,” ucap Fabby.
Fabby menuturkan, rencana kebijakan pemerintah saat ini dengan menggerakkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk menstimulus pembiayaan waste to energy bisa menjadi solusi.
Dengan begitu, pengawasan terhadap pelaksanaan program waste to energy jadi lebih sistematis dan bisa dipertanggungjawabkan hasilnya.
“Sedangkan prospek penerapan pengolahan sampah jadi sumber energi di kota-kota di Indonesia rasanya cukup potensial dan siap melaksanakannya,” kata Fabby.
Sebagai informasi, Indonesia pada 2024 menghasilkan timbulan sampah per hari mencapai 9.738,65 ton. Data ini termuat dalam Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN). Sepanjang tahun, timbulan sampah bahkan mencapai 34,21 juta ton.
Sisa makanan menjadi jenis sampah paling banyak, dengan porsi sebesar 39,25% dari total timbulan sampah. Jenis sampah berikutnya adalah sampah plastik dengan persentase 19,73%, kayu/ranting 12,58% dan kertas/karton 11,23%.
Jenis sampah lainnya adalah logam sebesar 3,46%, kain 2,55%, kaca 2,38%, karet/kulit 2,11% dan lainnya 6,71%.
Rumah tangga menjadi penghasil sampah terbesar yakni 53,74% dari total timbulan sampah. Lalu, pasar menjadi penyumbang sampah terbesar berikutnya dengan sumbangan 14,48%, diikuti Kawasan 11,95%, perniagaan 10,49%, fasilitas publik 3,76% dan lainnya 1,61%.
Baca Juga: Proyek Sampah Jadi Energi Potensial, JP Morgan Minta Ini ke RI
Koordinasi
Sebelumnya, BPI Danantara disebut berperan dalam pembiayaan proyek waste to energy. Dengan fungsi koordinatif ini, praktisi pengelolaan sampah Bijaksana Junerosano menilai Danantara dapat menyatukan pemerintah pusat, daerah, dan sektor swasta agar pelaksanaan program berjalan sistematis, transparan, dan berkelanjutan.
Peran tersebut penting untuk memastikan proyek waste to energy tidak terhambat oleh kendala pembiayaan, pasokan sampah, maupun risiko pencemaran. Jika koordinasi ini konsisten, program diyakini bisa membantu Indonesia mengatasi krisis sampah sekaligus mendukung transisi energi menuju Net Zero Emission 2060.