c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

24 Februari 2025

18:02 WIB

Danantara Dan Peluang Percepatan Transisi Energi Indonesia

Lahirnya BPI Danantara dinilai memunculkan peluang akselerasi transisi energi lewat perluasan pembangkit listrik energi terbarukan, hingga penciptaan ekosistem kendaraan listrik.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Danantara Dan Peluang Percepatan Transisi Energi Indonesia</p>
<p id="isPasted">Danantara Dan Peluang Percepatan Transisi Energi Indonesia</p>

Foto udara kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) on grid Selong kapasitas 7 MWp yang dioperasikan Vena Energy di Kelurahan Geres, Kecamatan Labuhan Haji, Selong, Lombok Timur, NTB, Senin (15/7/2024). Antara Foto/Ahmad Subaidi  

JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang baru saja diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto bisa mengakselerasi proses peralihan energi di Indonesia menuju energi bersih.

Menurut dia, kehadiran Danantara bisa dimaksimalkan untuk mempercepat dan memperluas sebaran pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT). Misalnya, lewat pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan sistem terapung di danau maupun bendungan.

"Bisa juga dengan dana Timur Tengah itu untuk mempercepat pembangkit surya, terutama di danau-danau atau floating solar PV," tutur Bhima kepada Validnews, Senin (24/2).

Baca Juga: Transisi Energi di Indonesia Terhadang Anggaran

Selain itu, Bhima juga menilai BPI Danantara dapat mendorong investasi proyek battery energy storage system (BESS) yang bisa mengatasi intermitensi dari pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.

"Kemudian juga battery storage karena Saudi Arabia juga sebenarnya tertarik untuk mendorong battery storage ya, untuk penyimpanan energi terbarukan," sambungnya.

Tak sampai situ, BPI Danantara disebutnya juga dapat dimanfaatkan untuk menciptakan skema pensiun dini PLTU batu bara yang masih sejalan dengan agenda transisi energi.

Selama ini, PT PLN merasa kesulitan untuk merancang taktik pensiun dini PLTU batu bara karena biaya yang selangit. Tetapi kini, perusahaan pelat merah yang juga tergabung dalam BPI Danantara bisa mendapat bantuan untuk menyuntik mati PLTU batu bara.

"Danantara bisa dimanfaatkan juga untuk skema pensiun dini PLTU batu bara karena selama ini kan kalau PLN melakukan sendiri terlalu berat, bisa dibantu dengan skema Danantara ini," tambah dia.

Lebih lanjut, Bhima juga meyakini lahirnya BPI Danantara bisa memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Terlebih, apabila BPI Danantara mampu mengakuisisi smelter-smelter nikel swasta untuk menjadi badan usaha pelat merah.

Baca Juga: Prabowo Optimis Danantara Jadi Dana Kekayaan Negara Terbesar di Dunia

Misalnya saja PT Gunbuster Nickel Industry yang terancam bangkrut, menurutnya BPI Danantara harus mengakuisisi saham mayoritas atas badan usah yang terafiliasi dengan perusahaan asal Tiongkok, yakni Jiangsu Delong Nickel Industry Co.

Dengan akuisisi saham itu, dia optimis fasilitas pemurnian nikel yang sudah dibangun PT GNI bisa dikoneksikan dengan pabrik baterai milik Indonesia Battery Corporation (IBC).

"Menghubungkan hilirisasinya GNI ini dengan di tingkat tengah, bahkan bisa langsung dihubungkan dengan misalnya pabrik baterai milik IBC, hingga Hyundai, dan LG. Jadi, rantai pasokya terhubung kalau Danantara mengakuisisi GNI," tandas Bhima Yudhistira.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar