05 April 2025
10:36 WIB
Dampak Tarif Impor Trump, Powell: Inflasi Persisten
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan terdapat kemungkinan inflasi persisten. Begini pendapat Powell soal tanggapan The Fed soal tarif impor Presiden Trump.
Penulis: Fin Harini
Ketua bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve atau The Fed), Jerome Powell, menyampaikan konferensi pers di Washington, Amerika Serikat, pada Rabu (27/07/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Elizabeth Frantz
ARLINGTON - Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat (4/4) atau Sabtu (5/4) WIB memproyeksi inflasi akibat tarif impor Presiden Donald Trump bersifat lebih persisten.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengumumkan besaran tarif impor dari berbagai negara yang masuk ke AS pada Rabu (2/4) petang waktu setempat.
Tak terkecuali, Indonesia juga dikenai tarif impor dengan besaran 32%. Besaran tarif impor tersebut terpampang pada papan pengumuman yang ditunjukkan oleh Trump, bersebelahan dengan tarif impor yang diberlakukan Indonesia kepada AS sebesar 64%.
"Meskipun tarif sangat mungkin menghasilkan setidaknya kenaikan inflasi sementara, ada kemungkinan juga bahwa dampaknya bisa lebih persisten," kata Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat (4/4), di Arlington, Virginia, dilansir dari Yahoo Finance.
Baca Juga: Hadapi Tarif Impor 32%, INDEF Beri 7 Langkah Cepat yang Harus Diambil Indonesia
Ia menilai inflasi lebih persisten lantaran ekonomi mencerna tarif impor yang jauh lebih besar dari yang diharapkan. Tarif impor yang diumumkan Trump menjadi yang paling tinggi dalam lebih dari 100 tahun.
"Hal yang sama kemungkinan besar akan terjadi pada dampak ekonomi, yang akan mencakup inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat,” imbuhnya.
Pengakuan bahwa inflasi berpotensi lebih persisten berbeda dari sikap yang diambil Powell bulan lalu dalam konferensi pers dengan wartawan, di mana ia mengatakan bahwa "kasus dasar"-nya adalah bahwa setiap inflasi tambahan dari serangkaian tarif Trump akan bersifat "sementara."
Pemangkasan Suku Bunga
Powell menjelaskan selama sambutannya di sebuah acara di Arlington bahwa Fed tidak terburu-buru untuk mengambil tindakan apa pun terkait suku bunga karena banyaknya ketidakpastian.
Menurutnya terlalu dini untuk mengatakan apa yang akan menjadi jalur yang tepat untuk kebijakan moneter.
"Kita menghadapi prospek yang sangat tidak pasti dengan risiko yang meningkat dari pengangguran yang lebih tinggi dan inflasi yang lebih tinggi," imbuhnya.
Kondisi ini menjauhkan dari target Fed untuk inflasi 2% dan lapangan kerja maksimum, yang menunjukkan keputusan sulit yang akan diambil oleh bank sentral AS dan tidak melakukan apa pun untuk menghentikan pertumpahan darah global di pasar saham.
Powell berbicara saat pasar ekuitas dari Tokyo ke London hingga New York terus merosot yang telah menghapus sekitar 10% indeks saham utama AS sejak Trump mengumumkan serangkaian tarif baru pada mitra dagang di seluruh dunia pada hari Rabu.
Para investor telah menantikan pidato Powell untuk mencari arah kebijakan Fed untuk mendukung pasar seperti yang telah dilakukannya pada saat-saat tekanan pasar yang ekstrem sebelumnya.
Peluncuran tarif Trump minggu ini juga mengejutkan pasar, memicu kekalahan terburuk dalam satu hari di saham AS sejak dimulainya krisis covid-19 pada Maret 2020. Saham jatuh lagi pada Jumat, memperdalam gejolak pasar.
Para ekonom bergegas merevisi perkiraan mereka dengan cara yang menghadirkan tantangan ganda bagi bank sentral yakni inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat. Bahkan beberapa ekonom memperkirakan resesi AS.
Baca Juga: Kena Tarif Impor AS 32%, Apa Saja Komoditas Ekspor Indonesia?
Para pedagang bereaksi dengan meningkatkan jumlah pemangkasan suku bunga yang mereka harapkan dari bank sentral tahun ini menjadi empat kali, karena mereka bertaruh kekhawatiran resesi akan lebih besar daripada kekhawatiran tentang kenaikan harga. Mereka memperkirakan pemangkasan pertama akan dilakukan pada bulan Juni.
Pada saat yang sama, Trump, meningkatkan tekanan pada Powell untuk menurunkan suku bunga.
"Ini akan menjadi waktu yang TEPAT bagi Ketua Fed Jerome Powell untuk memangkas Suku Bunga. Ia selalu 'terlambat', tetapi ia sekarang dapat mengubah citranya, dan dengan cepat," Trump memposting di media sosial, menambahkan, "POTONG SUKU BUNGA, JEROME, DAN BERHENTILAH BERPOLITIK!"