c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

22 Mei 2025

08:00 WIB

China Minta Bahan Baku Kayu Indonesia, HIMKI Beri Peringatan Ini

HIMKI menyebut pemerintah harus memperkecil luasan penampang kayu 'mentah' yang diekspor. Tujuannya untuk menghilirisasi produk dari kayu dan turunannya di dalam negeri.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Khairul Kahfi

<p class="query-text-line ng-star-inserted" id="isPasted">China Minta Bahan Baku Kayu Indonesia, HIMKI Beri Peringatan Ini</p>
<p class="query-text-line ng-star-inserted" id="isPasted">China Minta Bahan Baku Kayu Indonesia, HIMKI Beri Peringatan Ini</p>

Ilustrasi - Ekspor kayu olahan sebanyak kurang lebih 2.256 meter kubik berupa plywood dan moulding asal Kalimantan Utara produksi PT. Intracawood Manufacturing. Antara/HO-Karantina Pertanian Tarakan

JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan aturan baru yang membatasi luasan penampang kayu untuk ekspor. Artinya, HIMKI meminta pemerintah memberikan kebijakan pembatasan ekspor kayu dengan ukuran tidak terlalu besar.


Menurutnya, pembatasan luas penampang tersebut diperlukan agar Indonesia dapat menghilirisasi produk kayu dan bisa memenuhi kebutuhan industri furnitur di dalam negeri.


Sobur menceritakan, pihaknya beberapa waktu lalu menerima permohonan dari para produsen olahan kayu asal China yang membutuhkan bahan baku kayu dari Indonesia.


“Ada satu permohonan dari China pada kami, tapi tidak dalam konteks mebel, tapi semacam bahan baku. Peraturan kita membatasi luas penampang supaya industri hilirnya tumbuh, tapi China kesulitan dengan bahan baku dan meminta pandangan dari kita supaya bahan baku impornya tidak lagi diatur dengan luas penampang,” ujar Sobur saat ditemui di Kantor Kemendag usai acara Peluncuran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2026, Jakarta, Rabu (21/5).


Baca Juga: Mendag Sebut Penjualan Furnitur Indonesia Kalah Saing Dari Vietnam


Sementara ini, Indonesia tengah menerapkan pembatasan ekspor luas penampang kayu 15.000 mm². Dengan menerima permohonan China tersebut, Sobur pun melihat adanya peluang baru Indonesia untuk mengekspor kayu sebagai bahan baku dengan luas penampang yang lebih kecil.


Sobur menyatakan, jangan sampai Indonesia justru mengekspor kayu dengan penampang yang terlalu luas. Dia menilai, situasi ini dapat merugikan negara lewat hilangnya devisa dan mengurangi pasokan bahan baku bagi industri di dalam negeri.


“Itu juga salah satu peluang untuk naikin ekspor. Yang penting bahan baku dari kita, justru semangatnya diperkecil (luas penampang kayu). Kalau bahan bakunya impor, dia (China) menggunakan fasilitas di Indonesia untuk wood working, kemudian masuk lagi ke negara kita, maka devisa negara yang masuk ke China sangat besar sekali,” ujarnya.


Oleh karena itu, Sobur mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan aturan baru yang meregulasi pembatasan ekspor luas penampang kayu yang diperkecil. Semula dari 15.000 mm², ia mengusulkan agar kembali turun seperti sebelumnya menjadi 4.000 mm².


“Saya di lapangan dan teman-teman HIMKI mendukung bahwa kalau bisa perluasan penampang itu diperkecil sekali. Spirit kita dulu cuma 4.000 mm², kemudian naik sampai 10.000 mm², sekarang direlaksasi di 15.000 mm². Jadi spirit industri hilirnya sebetulnya terganggu. Seharusnya kita sudah ekspor barang jadi,” tandas Sobur.


Ekspor Hutan Indonesia 2024
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan yang diolah Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), ekspor produk kehutanan pada 2024 mencapai US$12,73 miliar. Capaian ini turun tipis ketimbang tahun sebelumnya yang berhasil mencapai US$12,75 miliar. 


Baca Juga: Khawatir Dikuasai Impor, Industri Mebel Minta Pemerintah Kerek TKDN Jadi 80%


Kinerja ekspor produk kayu pada 2024 didorong oleh produk kertas yang mencapai US$4,05 miliar dan pulp yang tercatat sebesar US$3,56 miliar. 


Selanjutnya, produk panel kayu menorehkan angka US$2,28 miliar, diikuti oleh furnitur yang meraih US$1,58 miliar. Adapun, spesifik ekspor furnitur menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,9% (yoy), setelah sebelumnya mengalami penurunan secara berkelanjutan. 


Selain itu, produk bahan bangunan prefabrikasi juga mencatatkan lonjakan signifikan, dengan pertumbuhan mencapai 61,8%, mencapai total US$4,49 juta.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar