c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

07 Oktober 2025

12:57 WIB

China Hentikan Sementara Impor Sarang Burung Walet RI, Barantin Buka Suara

Badan Karantina Indonesia (Barantin) mengungkapkan telah menyiapkan dua langkah strategi menghadapi penghentian sementara impor sarang burung walet oleh China.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">China Hentikan Sementara Impor Sarang Burung Walet RI, Barantin Buka Suara</p>
<p id="isPasted">China Hentikan Sementara Impor Sarang Burung Walet RI, Barantin Buka Suara</p>

Pekerja industri sarang burung walet sedang melakukan proses pembersihan dan quality control. Sumber: Humas Barantin

JAKARTA - Deputi Bidang Karantina Hewan Badan Karantina Indonesia (Barantin) Sriyanto menyampaikan saat ini Barantin tengah menyiapkan langkah jangka pendek dan jangka panjang dalam merespons isu keamanan pangan sarang burung walet yang diekspor ke China.

Sebelumnya, pemerintah China melalui General Administration of Customs of the People's Republic of China/ GACC (Administrasi Umum Kepabeanan Republik Rakyat Tiongkok) menerapkan batas maksimal kandungan aluminium dalam produk sarang burung walet Indonesia yang diekspor ke negara tersebut sebagai salah satu faktor keamanan pangan yang mutlak untuk dipenuhi, yakni sebesar 100mg/kgm (ppm - part per million).

Imbas penerapan keamanan pangan ini, sebanyak 11 perusahaan sarang burung walet Indonesia telah dikenai sanksi oleh GACC berupa penghentian sementara izin ekspor produk sarang burung walet ke China.

“Tentu ini sangat merugikan Indonesia, karena sebenarnya ketentuan tersebut belum disepakati oleh pemerintah Indonesia sebagai mitra dagang utamanya dalam produk sarang burung walet,” ungkap Sriyanto dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (7/10).

Menurut Sriyanto, penetapan standar batas maksimal tersebut belum disepakati bersama dengan pemerintah Indonesia, meskipun Negeri Tirai Bambu beralasan memberikan jaminan atas isu keamanan pangan dengan metode generalisasi atas penetapan batas maksimal kandungan aluminium pada substansi material lainnya.

Baca Juga: Kemendag Dorong Peningkatan Ekspor Sarang Burung Walet Ke China  

Sementara itu, ia menjelaskan, pada tahun 2013 Indonesia dan China sudah menandatangani kesepakatan perdagangan sarang burung walet dalam bentuk Protokol Persyaratan Higienitas, Karantina, dan Pemeriksaan Untuk Importasi Produk Sarang Burung Walet dari Indonesia ke China.

"Menindaklanjuti kesepakatan tersebut, pemerintah Indonesia telah menyusun berbagai kebijakan dalam rangka fasilitasi pemenuhan persyaratan ekspor sarang burung walet dari Indonesia ke China, sehingga pada tahun 2015 ekpor perdana sarang burung walet dari Indonesia ke China berhasil dilaksanakan," tutur Sriyanto.

Sejak saat itu, kata Sriyanto, kondisi usaha ekspor sarang burung walet Indonesia ke China pun mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Hingga saat ini sebanyak 51 perusahaan telah memperoleh izin GACC untuk menjual produk sarang burung walet mereka ke China. Total kapasitas produksi dari 51 perusahaan yang telah mengantongi izin GACC tersebut mencapai 694,29 ton per tahun.

Selain itu, terdapat 4 perusahaan dalam tahapan pendaftaran ke GACC, dan 15 perusahaan lainnya sedang berbenah mempersiapkan diri untuk memenuhi persyaratan dalam rangka pendaftaran ke GACC melalui aplikasi CIFER (China Import Food Enterprises Registration).

Dua Langkah Stragegis
Sriyanto mengatakan, Barantin akan menjalankan dua langkah strategis yaitu jangka pendek dan jangka panjang untuk mengatasi isu keamanan pangan pada sarang burung walet Indonesia.

Penyelesaian jangka pendek akan dilakukan melalui audit investigasi keamanan pangan pada pemrosesan produk sarang burung walet dan mengoordinasikan hasil kesimpulan audit kepada GACC.

Audit investigasi terhadap jaminan keamanan pangan pada 9 perusahaan telah selesai dilaksanakan dan berada dalam tahap verifikasi oleh pemerintah China melalui GACC. Hasil audit terhadap 9 perusahaan tersebut secara bertahap telah diserahkan ke GACC yaitu pada tanggal 20 Juni, 11 Juli dan 17 September. Sedangkan, 2 perusahaan lainnya sedang berlangsung.

"Selain itu, Barantin juga menerapkan kebijakan seperti pengujian kandungan aluminium pada setiap pengiriman produk sarang sarang burung walet ke China dengan menggunakan metode ICP-MS dengan mengacu kepada standar keamanan pangan pemerintah China, GB 5009; 268-2016," tambah Sriyanto.

Kemudian pengenaan SOP tertentu kepada raw material yang diketahui secara alami mengandung kadar aluminium tinggi. Hal ini menurut Sriyanto sebagai mitigasi risiko ditemukannya kadar aluminium yang berlebih dalam produknya.

Salah satu di antara SOP tersebut adalah penghilangan bagian kakian sarang burung walet yang merupakan bagian perlekatan dengan dinding yang diketahui sebagai sumber kadar aluminium yang tinggi.

"Terhadap seluruh perusahaan eksportir sarang burung walet ke China juga diimbau untuk melaksanakan uji laboratorium sebagai screening terhadap kualitas raw material dikaitkan dengan kandungan aluminium," kata Sriyanto.

Baca Juga: Kementan Minta Masyarakat Tingkatkan Budidaya Sarang Burung Walet Untuk Ekspor

Sementara untuk penanganan jangka panjang, menurut Sriyanto, Barantin sedang menyusun kajian mengenai kandungan aluminium pada raw material sarang burung walet dengan berbagai kondisi ekosistem yang menjadi latar belakang tempat sarang burung walet. Sebanyak 907 sampel sudah diambil dan 880 sampel sudah selesai pengujian kadar aluminum dengan metode ICP-MS berdasarkan GB 5009; 268-2016.

Hasil kajian tersebut akan digunakan sebagai bahan dalam melaksanakan bilateral meeting dengan pemerintah China dalam penentuan batas maksimal kandungan aluminium pada produk sarang burung walet.

Sriyanto menambahkan, Barantin juga mendorong pelaku usaha untuk mendiversifikasi tujuan ekspor ke negara lain. Selama ini, terdapat beberapa negara yang telah menjadi tujuan ekspor sarang burung walet Indonesia, seperti Amerika Serikat, Australia, Vietnam, Malaysia, Kanada, Jepang, Perancis, dan HongKong.

Menurut dia, penguatan ekspor ke negara-negara tersebut patut dicoba, mengingat ekspor komoditas ini ke China kian menurun tiap tahunnya. Sementara, di sisi biaya justru lebih tinggi jika dibandingkan negara lain.

Biaya yang lebih tinggi ini disebabkan persyaratan yang lebih detil. Karena itu, pemerintah menyarankan untuk menggenjot tujuan ekspor lainnya yang persyaratannya tidak sedetil China. Dengan demikian, biaya bisa dipangkas dan margin lebih kompetitif.

"Kami pemerintah tentu bersama-sama dengan Kementerian/Lembaga terkait, sesuai dengan Agenda Prioritas Presiden Prabowo mendorong pelaksanaan hilirisasi produk sarang burung walet yang tentu justru bisa memberikan nilai tambah yang lebih besar," pungkas Sriyanto.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar