c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

11 Februari 2025

20:54 WIB

Bukan Manufaktur, Sektor Ini Perlu Digenjot Indonesia

Ekonom menilai sektor manufaktur tidak lagi sesuai dengan kondisi SDM di Indonesia. Menurutnya, Indonesia harus mengejar sektor berbasis layanan sehingga pertumbuhan ekonomi inklusif bisa terjadi.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Bukan Manufaktur, Sektor Ini Perlu Digenjot Indonesia</p>
<p id="isPasted">Bukan Manufaktur, Sektor Ini Perlu Digenjot Indonesia</p>

Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu dalam kegiatan Mandiri Investment Forum 2025 (MIF) di Jakarta, Selasa (11/2/2025). (ANTARA/Imamatul Silfia)

JAKARTA - Profesor Ekonomi Politik Internasional Harvard Kennedy School, Dani Rodrik mengungkapkan, jika Indonesia ingin menguasai atau berperan besar dalam rantai suplai global, maka yang perlu dikejar saat ini bukan investasi di sektor manufaktur, melainkan sektor layanan dalam suplai global, sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Dani menjelaskan, sektor yang sebaiknya dikejar oleh Indonesia agar mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif adalah lapangan kerja seperti layanan retail, logistik, pergudangan, pendidikan, dan kesehatan. Pasalnya sektor manufaktur saat ini telah banyak berubah, yakni tidak padat karya namun padat modal. Sementara penduduk Indonesia sangat banyak.

"Kalau mengejar strategi pertumbuhan, bukan sektor manufaktur yang kita fokuskan, tapi sektor-sektor itu bisa memberikan pertumbuhan yang inklusif, sehingga Indonesia harus fokus meningkatkan produktivitasnya," ujar Dani dalam Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, Selasa (11/2).

Baca Juga: Indonesia Perlu Kembangkan Sektor Jasa Untuk Hadapi Tantangan OECD

Sektor manufaktur saat ini sulit mencari pasar ekspor, selain itu untuk investasi dibutuhkan modal yang besar. Menurutnya, keuntungan dari sektor manufaktur sangat bergantung pada sumber daya manusia. Saat ini sudah banyak manufaktur yang menerapkan otomasi, namun SDM Indonesia dianggap belum mampu menerapkan secara tepat

Oleh karena itu, Ia mendorong agar Indonesia membangun sektor yang telah disebut tadi, karena sesuai dengan SDM dengan jumlah yang banyak dan tidak mengandalkan pasar luar negeri.

"Karena Indonesia negara yang menengah ke bawah, jadi tidak ada jalan pintas. Bukan berarti Indonesia tidak boleh fokus pada perubahan nilai global manufaktur, tapi pertumbuhan cepat tidak akan diperoleh dari manufaktur bagi Indonesia," jelasnya.

Baca Juga: Kemenperin Luncurkan Roadmap Pengembangan Jasa Industri, Sasar 4 Aspek Ini

Lebih lanjut, Wakil Ketua DEN RI, Mari Elka Pangestu tak mengelak dengan pernyataan Dani. Menurutnya memang Indonesia harus mengejar sektor jasa layanan seperti retail, konstruksi, pendidikan, perdagangan, kesehatan. Saat ini sektor-sektor tersebut masih didominasi pekerja secara informal.

Ia pun mengusulkan agar sektor-sektor informal yang saat ini menguasai tenaga kerja bisa dimodernisasi, sekaligus pemerintah berperan menerbitkan kebijakan untuk merestriksi. Modernisasi tersebut bisa dilakukan dengan mendatangkan atau mengimpor talenta terbuka untuk mengembangkan kemampuan SDM Indonesia melalui pelatihan-pelatihan.

"Kita harus terbuka mengimpor talenta-talenta asing. Saya tidak tahu apakah ada visa emas atau golden visa, kita masih mencoba hal ini dan ini sangat menarik sekali untuk diciptakan banyak sekali layanan," jelas Mari.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar