c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

28 Februari 2025

15:40 WIB

Bukan Danantara, BEI Ungkap Tiga Alasan IHSG Terpuruk Seminggu Ini

Penurunan signifikan IHSG sepekan terakhir bukan semata-mata terkait Danantara. IHSG tersengat sentimen global, domestik, dan kondisi perusahaan emiten.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">Bukan Danantara, BEI Ungkap Tiga Alasan IHSG Terpuruk Seminggu Ini</p>
<p id="isPasted">Bukan Danantara, BEI Ungkap Tiga Alasan IHSG Terpuruk Seminggu Ini</p>

Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Antara Foto/Erlangga Brega.

JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan, penurunan signifikan yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan terakhir, bukan semata-mata terkait dengan peresmian Danantara. Pihaknya pun masih meyakini masih banyak ruang katalis bagi Danantara.

“Menurut saya (Danantara) cukup positif karena ada agility. Sehingga Bursa Efek Indonesia perlu juga memberikan support, ya terhadap pembentukan Danantara ini dan berikan waktu gitu ya,“ ucap Iman di kantornya, Jakarta, Jumat (28/2).

Dia mengungkapkan, IHSG yang tercatat mengalami penurunan hampir 5% atau tepatnya 4,67% secara pekanan (week-on-week/wow) pada periode 21-27 Februari 2025 disebabkan oleh tiga faktor. Yaitu faktor global, domestik, dan kondisi perusahaan emiten.

“Memang dari IHSG itu sangat banyak penyebabnya. Ini bukan hanya dari satu pihak (Danantara), ada tiga faktor utama yang memengaruhi (IHSG melemah), yaitu faktor global, domestik, dan kondisi korporasi itu sendiri," ujarnya.

Baca Juga: IHSG Ditutup Merah Usai Peluncuran Danantara

Pertama, IHSG tersengat dampak global dari ketegangan perdagangan internasional dan kebijakan The Fed. Iman menjelaskan, kondisi global saat ini memberikan dampak besar pada pergerakan pasar saham Indonesia. 

Dia mencontohkan, ketegangan perdagangan internasional terjadi seperti perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara mitra, sehingga memengaruhi aliran modal asing.

Menurutnya, saat ini banyak dana asing yang mengalir ke AS karena faktor keamanan. Kondisi ini pun pada gilirannya menekan pasar saham di negara berkembang, termasuk Indonesia.

“(Kepemimpinan) Trump 2.0 enggak gampang dan menarik, bahwa ya 70% dana itu fly to quality to US. Jadi emang juga enggak gampang. Asing itu sekarang masuk ke US ya, termasuk juga selalu ada acaman tarif kan, kemarin Meksiko sama Kanada, Kanada melawan, lalu muncul lagi gitu kan UE (Uni Eropa), jadi selalu ada cerita tentang tarif,” ucapnya.

Selain itu, kebijakan The Federal Reserve (The Fed) yang semula diharapkan dapat menurunkan suku bunga, ternyata tidak memberikan dampak seperti yang diharapkan. 

“Paling banyak (The) Fed akan turunin (suku bunga) tahun ini sekali gitu ya. Jadi sekarang kita tahu interest rate ini sensitif terhadap bursa, terhadap equity. Kalau interest yang naik di US,” terangnya.

Kedua, ketidakpastian ekonomi domestik dan dominasi asing. Dari sisi domestik, Iman mengungkapkan, komposisi investor di pasar modal Indonesia masih didominasi oleh investor asing, dengan proporsi mencapai 40%. 

Baca Juga: Kembali Dibuka Merah, IHSG Diprediksi Bergerak Melemah Hari Ini

Menurutnya, kondisi tersebut memengaruhi kestabilan IHSG. Lantaran, ketika investor asing menarik diri, pasar domestik yang lebih terbatas tidak mampu menopang pergerakan indeks.

“Kita musti aware bahwa sekarang ini 40%-nya asing. Sementara kalau turun terus ya, dari 60% itu ada hampir 40%-nya retail gitu kan. Kalau dulu terbalik di mana 70%-nya kita domestik dan retail, kalau turun semua langsung disapu sama domestik. Sekarang ini, begitu retail-nya (asing) mulai keluar, kondisi domestik makin terpuruk. Jadi ini yang terjadi di domestik,” sebut Iman. 

Faktor ketiga yaitu koreksi pasar dan laporan keuangan emiten. Iman mengungkapkan, meski ada beberapa emiten yang melaporkan kenaikan laba, namun hasil tersebut masih di bawah ekspektasi konsensus pasar. 

“Ada koreksi-koreksi terkait dengan rilis laporan keuangan, emiten-emiten kan (laporan) Desembernya sudah pada jadi ya, selesai. Walaupun beberapa emiten labanya naik, tapi mereka di bawah konsensus, analis kan punya konsensus. Jadi walaupun peningkatan, ada penurunan dari sisi konsensus,” tutur Iman.

Dengan begitu, dia menilai koreksi pasar dan laporan keuangan di banyak perusahaan emiten kian memberikan katalis negatif terhadap IHSG.

“Nah ini memang jadi (berdampak) ke kondisi-kondisi yang juga mempermarah,” tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar