25 Oktober 2025
11:04 WIB
Buah Dari Surat Cinta Bahlil, INPEX Segera Tenderkan EPC Blok Masela
Di hadapan eks-Menteri ESDM Jero Wacik dan Arcandra Tahar, Bahlil beberkan progres pengembangan lapangan gas raksasa di Kepulauan Tanimbar, yakni Blok Masela.
Penulis: Yoseph Krishna
Peresmian Fase Front-End Enginering Design (Feed) Proyek LNG Abadi Blok Masela, Maluku di Jakarta, Kamis (28/8/2025). Dok Instimewa
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan ada progres yang cukup signifikan dari pengembangan lapangan gas raksasa di Kepulauan Tanimbar, yakni Blok Masela.
Setelah mendapat surat teguran dari Menteri Bahlil, INPEX Corporation selaku operator Blok Masela pun langsung melancarkan tender Front End Engineering Design (FEED). Hal itu ia ungkapkan di hadapan eks-Menteri ESDM Arcandra Tahar dan Jero Wacik.
"Kemarin di INPEX, ini saya lapor kepada menteri senior, mereka sudah tender FEED, lalu di 2026 mereka tender EPC-nya (Engineering, Procurement, and Construction)," sebut Bahlil dalam acara Penghargaan Subroto 2025 di Jakarta, Jumat (24/10).
Baca Juga: INPEX Rogoh Rp16 Triliun Untuk CCS Di Blok Masela
Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) itu menegaskan pemerintah bakal mengambil Blok Masela jika tidak ada progres yang signifikan untuk menuju onstream.
Tak hanya INPEX, Bahlil juga bakal menerapkan hal yang sama kepada seluruh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) hulu minyak dan gas bumi (migas) jika memang mereka lambat dalam pengembangan lapangan yang dikelola.
"Kalau kalian tidak tender, terpaksa negara harus ambil alih. Saya keluarkan surat teguran pertama dan alhamdulillah dengan surat teguran itu barang semakin cepat. Yang lain-lain juga akan seperti itu karena ini perintah negara, kita butuh produksi," tegasnya.
Blok Masela sendiri diharapkan bisa mengambil peran krusial dalam meningkatkan ketahanan energi di Indonesia, Jepang, maupun negara Asia lainnya, termasuk menghasilkan pasokan energi rendah karbon yang stabil dalam jangka panjang.
Adapun volume produksi Liquified Natural Gas (LNG) di Masela secara tahunan diestimasikan mencapai 9,5 juta ton. Berdasarkan hitung-hitungan INPEX Corporation, angka tersebut setara lebih dari 10% impor LNG tahunan yang dilakukan oleh Negeri Sakura.
Di samping 9,5 juta ton LNG, Blok Masela yang terletak sekitar 170 km-180 km Barat Daya Kabupaten Kepulauan Tanimbar juga diperkirakan bisa memasok gas lokal lewat pipa hingga kisaran 35.000 barel kondensat per hari.
Tak sampai situ, perusahaan asal Negeri Sakura itu juga tak menutup kemungkinan untuk mengembangkan proyek Carbon Capture and Storage (CCS) di blok gas jumbo milik Indonesia tersebut.
Percepat Keputusan Investasi Akhir
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto pada kesempatan terpisah mengungkapkan pihaknya telah mendorong INPEX Corporation agar turut mempercepat keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/FID) menjadi 2026 atau lebih cepat dari target tahun 2027.
Dorongan itu seiring dengan dimulainya inisiasi Onshore LNG Front End Engineering Design (FEED OLNG) untuk proyek LNG Abadi di Blok Masela oleh INPEX Masela, Ltd bersama PT Pertamina Hulu Energi Masela dan Petronas Masela Sdn. Bhd.
"Inisiasi ini diharapkan menjadi fondasi yang kokoh dengan segera disepakatinya Perjanjian Jual Beli Gas (PPJG) menuju Final Investment Decision (FID) di tahun depan," ucap Djoko beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Raksasa Migas Negeri Sakura Mulai Garap FEED Blok Masela
Selain itu, dorongan agar INPEX mempercepat FID menjadi tahun 2026 juga sejalan dengan upaya pencapaian target besar Blok Masela, yakni onstream pada tahun 2030.
"Ya, tahun depan. Harus tahun depan, ini kan kita percepat," ujarnya.
Djoko meyakini, FID proyek LNG Abadi bisa terealisasi pada tahun depan mengingat ada kemajuan progres infrastruktur pada blok migas yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku Selatan tersebut.
Misalnya pada Onshore LNG, progresnya sudah mencapai 40%. Kemudian Subsea Umbilicals, Risers, and Flowlines (SURF) sebesar 80%, hingga gas export pipeline di angka 80%. Karena itu, dirinya memperkirakan FID proyek LNG Abadi bisa berlangsung sekitar pertengahan tahun 2026.
"Pokoknya tahun depan, tergantung itu berapa berapa persen. Kalau sudah 100% ini kan berapa bulan ini, 6 bulan saja ini sudah 40%. Ya pertengahan tahun depan lah," tandas Djoko Siswanto.