c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

01 Agustus 2025

18:24 WIB

BPS Ungkap Alasan Ekspor Sawit Naik Tapi NTP Perkebunan Turun

Laporan BPS menunjukkan adanya penurunan NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Juli 2025. Hal ini berbanding terbalik dengan nilai dan volume ekspor yang naik selama 2025.

Penulis: Erlinda Puspita

<p id="isPasted">BPS Ungkap Alasan Ekspor Sawit Naik Tapi NTP Perkebunan Turun</p>
<p id="isPasted">BPS Ungkap Alasan Ekspor Sawit Naik Tapi NTP Perkebunan Turun</p>

Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kota Bengkulu, Bengkulu, Kamis (10/10/2024). Antara Foto/Muhammad Izfaldi

JAKARTA - Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menyampaikan, kenaikan ekspor minyak kelapa sawit di sisi nilai maupun volume, tidak langsung berdampak pada kenaikan kesejahteraan petani di sektor perkebunan yang diukur dari Nilai Tukar Pertanian (NTP) subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR). Ini karena subsektor perkebunan terdiri dari banyak komoditas.

Pudji menjelaskan, kelompok petani yang masuk dalam subsektor perkebunan rakyat terdiri dari petani kopi hingga cengkeh. Sehingga penurunan harga komoditas perkebunan lainnya turut mempengaruhi perubahan pada NTPR.

“Yang masuk dalam subsektor perkebunan rakyat ini di antaranya adalah termasuk petani kopi, petani kakao, petani tebu, petani cengkeh, dan juga petani kelapa sawit, dan masih banyak petani komoditas lainnya,” jelas Pudji dalam Konferensi Pers Rilis BPS, Jumat (1/8).

Baca Juga: Nilai Tukar Petani Mei 2025 naik 0,07%, Ini Penyebabnya

Sementara itu, ia menyebut bahwa komoditas perkebunan lainnya selain minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) tengah mengalami penurunan harga.

“Sehingga turunnya NTPR ini lebih disebabkan karena penurunan harga komoditas kopi, kemudian komoditas kakao, tebu, dan cengkeh. Meskipun saat ini harga kelapa sawit mengalami kenaikan. Jadi karena komoditas lainnya juga mengalami penurunan, ini yang menyebabkan NTPR turun,” sambung Pudji.

Berdasarkan laporan BPS, ekspor CPO dan turunannya sepanjang Januari-Juni 2025 mencapai US$11,43 miliar atau naik 24,81% dari Januari-Juni 2024 yang hanya US$9,16 miliar. Kenaikan tersebut juga sejalan dengan kenaikan total volume ekspor CPO dan turunannya, yaitu naik 2,69% dari 10,72 juta ton pada Januari-Juni 2024 menjadi 11,00 juta ton.

Dari kenaikan nilai dan volume ekspor CPO tersebut, maka rata-rata kenaikan unit value tercatat sebesar 22,21% atau dari US$861,65/ton pada Januari-Juni 2024 menjadi US$1.053,03/ton di Januari-Juni 2025.

Sedangkan untuk NTPR mengalami penurunan sebesar 1,67% pada Juli 2025 dibandingkan Juni 2025. NTP subsektor NTPR mengalami penurunan terdalam dibandingkan NTP subsektor lainnya.

Baca Juga: Maret 2025, Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan Merosot 0,57%

BPS mencatat NTP pada Juli NTP nasional pada Juli 2025 mencapai 122,64 atau naik 0,76% dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami kenaikan sebesar 1,18% lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,42%.

Kenaikan NTP Juli 2025 dipengaruhi oleh naiknya NTP di dua subsektor pertanian, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,60% dan Subsektor Tanaman Hortikultura sebesar 6,51%. Sementara itu tiga subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,67%; Subsektor Peternakan sebesar 0,36%; dan Subsektor Perikanan sebesar 0,17%.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar