c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

21 April 2025

11:51 WIB

BPS: Surplus Neraca Perdagangan RI Maret 2025 Naik Jadi US$4,33 M

Indonesia mengalami surplus di Maret 2025 sebesar US$4,33 miliar. Jumlah tersebut naik US$1,23 miliar dibanding Februari 2025 yang mencapai US$3,12 miliar. 

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p dir="ltr" id="isPasted">BPS: Surplus Neraca Perdagangan RI Maret 2025 Naik Jadi US$4,33 M</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">BPS: Surplus Neraca Perdagangan RI Maret 2025 Naik Jadi US$4,33 M</p>
Suasana aktivitas bongkar muatan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (15/6/2021). Antara Foto/Asprilla Dwi Adha/foc

JAKARTA - Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus di Maret 2025 sebesar US$4,33 miliar. Jumlah tersebut naik US$1,23 miliar dibanding Februari 2025 yang mencapai US$3,12 miliar. 

Dengan demikian, surplus yang terjadi pada Maret 2025 menjadi surplus yang ke-59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Surplus pada Maret 2025 lebih ditopang oleh surplus dari komoditas nonmigas yang sebesar US$6 miliar, dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah pertama Lemak dan Minyak Hewan Nabati (HS15), Bahan Bakar Mineral (HS27), serta Besi dan Baja (HS72)," kata Amalia dalam konferensi pers rilis BPS, Jakarta, Selasa (21/4).

Baca Juga: BPS: Neraca Perdagangan RI Februari 2025 Surplus US$3,12 M

Pada saat yang sama, dia menginformasikan, neraca perdagangan komoditas migas alami defisit sebesar US$1,67 miliar pada Maret 2025. Komoditas yang menyumbang defisit neraca migas di Maret 2025 tersebut adalah hasil minyak dan minyak mentah.

Berikutnya, jika dilihat dari negara penyumbang surplus terbesar selama Maret 2025, tercatat oleh BPS yaitu Amerika Serikat (AS) mencapai US$1,98 miliar atau naik dari bulan sebelumnya yang hanya US$1,57 miliar.

Negara terbesar penyumbang surplus kedua adalah India senilai US$1,04 miliar atau turun dari Februari 2025 senilai US$1,26 miliar. Dan ketiga terbesar adalah Filipina senilai US$714,1 juta atau turun dari Februari 2025 yang mencapai US$754,1 juta.

"Dengan negara AS tentu surplus didorong oleh pertama mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85) US$465 juta; alas kaki (HS64) US$239,7 juta; serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) US$238,7 juta," terangnya.

Surplus perdagangan dengan India ditopang dari komoditas bahan bakar mineral (HS27) senilai US$456,2 juta; lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) senilai US$257,5 juta; dan besi dan baja (HS72) senilai US$130,3 juta.

Sementara dengan Filipina, surplus berasal dari komoditas kendaraan dan bagiannya (HS87) senilai US$238,4 juta; bahan bakar mineral (HS27) senilai US$173,7 juta; dan lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) senilai US$88 juta.

Penyumbang Defisit Terbesar
Amalia juga menyampaikan tiga negara sebagai penyumbang defisit terdalam selama Maret 2025. Pertama, China yang menyumbang defisit hingga US$1,11 miliar, dari Februari 2025 sebesar US$1,76 miliar.

Defisit juga disumbang dari perdagangan dengan Australia sebesar US$353,2 juta yang turun dibanding bulan sebelumnya senilai US$427,9 juta. Ketiga, Thailand dengan defisit mencapai US$195,4 juta dibandingkan bulan lalu surplus US$104,2 juta.

"Komoditas penyumbang defisit terbesar pada Maret 2025 untuk Tiongkok karena didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84) US$1,44 miliar; mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85) US$1,3 miliar; serta kendaraan dan bagiannya (HS87) US$351,8 juta," lanjut Amalia.

Baca Juga: Desember 2024, Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Kian Susut

Sedangkan, komoditas penyumbang defisit perdagangan dengan Australia di Maret 2025 tercatat dari serealia (HS10) senilai US$103,7 juta; logam mulia dan perhiasan/permata (HS71) senilai US$91,2 juta; serta bahan bakar mineral (HS27) senilai US$83,4 juta.

Adapun dengan Thailand diketahui defisit neraca perdagangan terjadi karena gula dan kembang gula (HS17) senilai US$96,5 juta; plastik dan barang dari plastik (HS39) senilai US$68,7 juta; serta mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84) senilai US$68,5 juta.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar