c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

17 Maret 2025

12:25 WIB

BPS: Neraca Perdagangan RI Februari 2025 Surplus US$3,12 M

BPS mencatat neraca dagang barang Indonesia mengalami surplus di Februari 2025 sebesar US$3,12 miliar. Jumlah tersebut anjlok US$380 juta dibanding Januari 2025 yang mencapai US$3,49 miliar. 

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p dir="ltr" id="isPasted">BPS: Neraca Perdagangan RI Februari 2025 Surplus US$3,12 M</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">BPS: Neraca Perdagangan RI Februari 2025 Surplus US$3,12 M</p>

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus selama Februari 2025 sebesar US$3,12 miliar, Jakarta, Senin (17/3). Dok tangkapan layar

JAKARTA - Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan, neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus selama Februari 2025 sebesar US$3,12 miliar. Jumlah tersebut anjlok US$380 juta dibanding Januari 2025 yang mencapai US$3,49 miliar.

Meski nilai surplus dagang tersebut menyusut, capaian ini jadi surplus yang ke-58 bulan beruntun yang berhasil Indonesia cetak sejak Mei 2020.

"Surplus pada Februari 2025 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas yang sebesar US$4,84 miliar, dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah Lemak dan Minyak Hewan Nabati (HS15), kemudian Bahan Bakar Mineral (HS27), serta Besi dan Baja (HS72)," kata Amalia dalam konferensi pers rilis BPS, Jakarta, Senin (17/3).

Baca Juga: BPS: Januari 2025, RI Cetak Surplus Dagang US$3,45 M

Pada saat yang sama, Amalia mengungkapkan, neraca perdagangan komoditas migas mengalami defisit sebesar US$1,72 miliar pada Februari 2025. Komoditas yang menyumbang defisit neraca migas di Februari 2025 adalah hasil minyak dan minyak mentah.

Berikutnya, Amerika Serikat (AS) menjadi negara penyumbang surplus terbesar selama Februari 2025 mencapai US$1,57 miliar, atau naik dari bulan sebelumnya yang hanya US$1,56 miliar.

Negara terbesar penyumbang surplus kedua adalah India senilai US$1,26 miliar, atau naik dari Januari 2025 senilai US$768,5 juta. Dan ketiga terbesar adalah Filipina senilai US$753,3 juta, atau naik dari Januari 2025 yang mencapai US$729 juta.

"Dengan negara AS tentu surplus didorong oleh pertama mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85) US$291,1 juta; pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS61) US$215 juta; dan alas kaki (HS64) US$207,7 juta," terang Amalia.

Surplus perdagangan dengan India ditopang dari komoditas bahan bakar mineral (HS27) senilai US$499 juta; lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) senilai US$388,5 juta; dan besi dan baja (HS72) senilai US$129,8 juta.

Sementara dengan Filipina, surplus berasal dari komoditas kendaraan dan bagiannya (HS87) senilai US$238,2 juta,; bahan bakar mineral (HS27) senilai US$198,7 juta; dan lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) senilai US$71,6 juta.

Penyumbang Defisit Terbesar
Di sisi lain, Amalia juga menyampaikan, tiga negara sebagai penyumbang defisit dagang terdalam selama Februari 2025. Pertama, Tiongkok yang menyumbang defisit hingga US$1,75 miliar, sedikit menurun dibanding Januari 2025 yang defisit sebesar US$1,77 miliar.

Baca Juga: China Sumbang Defisit Terbesar Neraca Dagang RI, Imbas Perang Dagang Dengan AS?

Defisit juga disumbang dari perdagangan dengan Australia sebesar US$428,6 juta, yang terpantau membesar dibanding bulan sebelumnya senilai US$205,6 juta. Dan, ketiga adalah Brasil dengan defisit mencapai US$168,1 juta, atau meningkat dibandingkan bulan lalu yang sekitar US$58,6 juta.

"Komoditas penyumbang defisit terbesar pada Februari 2025 untuk Tiongkok karena didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84) US$1,353 miliar; mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85) US$1,289 miliar; dan kendaraan dan bagiannya (HS87) US$343,6 juta," lanjut Amalia.

Sedangkan, komoditas penyumbang defisit perdagangan dengan Australia di Februari 2025 tercatat dari bahan bakar mineral (HS27) senilai US$205,5 juta; biji logam, terak, dan abu (HS26) senilai US$142,4 juta; dan komoditas serealia (HS10) senilai US$101,5 juta.

Adapun dengan Brasil diketahui defisit neraca perdagangan terjadi karena komoditas ampas dan sisa industri makanan (HS23) senilai US$144,1 juta; kapas (HS52) senilai US$38,3 juta; dan gula dan kembang gula (HS17) senilai US$33,3 juta.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar