c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

15 Januari 2025

17:44 WIB

Desember 2024, Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Kian Susut

BPS mencatatkan penurunan surplus neraca perdagangan Indonesia yang hanya senilai US$2,24 miliar. Jumlah ini turun dibandingkan surplus November 2024 senilai US$4,37 miliar.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Desember 2024, Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Kian Susut</p>
<p id="isPasted">Desember 2024, Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Kian Susut</p>

Suasana aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Pelindo, Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (28/9/2024). Sumber: AntaraFoto/Muhammad Adimaja

JAKARTA - Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus di Desember 2024 sebesar US$2,24 miliar. Jumlah tersebut anjlok US$2,13 miliar dibanding November 2024 yang mencapai US$4,37 miliar. Meski nilai surplus menyusut, namun ini jadi surplus yang ke 56 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Surplus pada Desember 2024 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas, di mana komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan nabati (HS15), serta besi dan baja (HS72)," kata Amalia dalam konferensi pers rilis BPS, Rabu (15/1).

Pada saat yang sama, menurut Amalia, untuk neraca komoditas migas justru alami defisit sebesar US$1,76 miliar pada Desember 2024. Sementara defisit migas di bulan November diketahui senilai US$1,26 miliar. Komoditas yang menyumbang defisit neraca migas di akhir tahun 2024 tersebut adalah hasil minyak dan minyak mentah.

Baca Juga: Turun 2,24%, Nilai Ekspor Desember 2024 Sentuh US$23,46 M

Berikutnya jika dilihat dari negara penyumbang surplus terbesar selama Desember 2024, tercatat oleh BPS yaitu Amerika Serikat (AS) mencapai US$1,75 miliar atau naik dari bulan sebelumnya yang hanya US$1,53 miliar.

Negara terbesar penyumbang surplus kedua adalah India senilai US$1,02 miliar atau turun dari November 2024 senilai US$1,12 miliar. Dan ketiga terbesar adalah Filipina senilai US$641 juta atau turun dari November 2024 yang mencapai US$770,2 juta.

"Dengan AS surplus terbesar karena kontribusi dari komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85) US$320 juta, pakaian dan aksesorinya rajutan (HS61) US$225,3 juta, pakaian dan aksesori bukan rajutan (HS62) US$221,7 juta," terang Amalia.

Surplus perdagangan dengan India ditopang dari komoditas bahan bakar mineral (HS27) senilai US$482,8 juta, komoditas besi dan baja (HS72) senilai US$237,7 juta, dan komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) senilai US$118,5 juta.

Sementara dengan Filipina, surplus berasal dari komoditas kendaraan dan bagiannya (HS87) senilai US$219,7 juta, bahan bakar mineral (HS27) senilai US$187,7 juta, dan lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) senilai US$48 juta.

Penyumbang Defisit Terbesar
Amalia juga menyampaikan tiga negara sebagai penyumbang defisit terdalam selama Desember 2024, pertama adalah Tiongkok yang menyumbang defisit hingga US$1,499 miliar atau defisit secara signifikan dari November 2024 yang hanya US$286 juta.

Defisit juga disumbang dari perdagangan dengan Australia sebesar US$493 juta yang juga semakin besar dibanding bulan sebelumnya senilai US$323 juta. Dan, ketiga adalah Brasil dengan defisit mencapai US$329 juta atau semakin kecil dibandingkan bulan lalu US$344,6 juta.

Baca Juga: Ekspor Nonmigas Desember 2024 Turun, Begini Kondisi Ekspor CPO Dan Biji-Besi

"Komoditas penyumbang defisit terbesar ada Desember 2024 untuk Tiongkok karena didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84) US$1,668 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85) US$1,306 miliar, dan plastik dan barang dari plastik (HS39) US$298 juta," lanjut Amalia.

Sedangkan komoditas penyumbang defisit perdagangan dengan Australia di Desember 2024 tercatat dari bahan bakar mineral (HS27) senilai US$148 juta, logam mulia dan perhiasan/permata (HS71) senilai US$98,8 juta, dan komoditas binatang hidup (HS01) senilai US$86,3 juta.

Adapun dengan Brasil diketahui defisit neraca perdagangan terjadi karena komoditas gula dan kembang gula (HS17) senilai US$196 juta, ampas dan sisa industri makanan (HS23) senilai US$159 juta, dan kapas (HS51) senilai US$29,4 juta.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar