c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

15 Mei 2024

10:29 WIB

Ekonom Mandiri Optimistis Surplus Dagang April Capai US$3,2 M

Ekonom Bank Mandiri memproyeksikan surplus perdagangan RI mencapai sebesar US$3,2 miliar pada April 2024.

Penulis: Khairul Kahfi

<p>Ekonom Mandiri Optimistis Surplus Dagang April Capai US$3,2 M</p>
<p>Ekonom Mandiri Optimistis Surplus Dagang April Capai US$3,2 M</p>

Truk trailer melintas di kawasan penumpukan kontainer (container yard) PT Terminal Petikemas Surabaya di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/12/2023). Antara Foto/Didik Suhartono

JAKARTA - Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan, surplus perdagangan RI mencapai sebesar US$3,2 miliar pada April 2024. Dengan demikian, proyeksi capaian surplus dagang bulan tersebut akan lebih rendah daripada bulan sebelumnya.

“(Capaian) surplus dagang April 2024 lebih kecil dibandingkan surplus perdagangan sebesar US$4,47 miliar yang tercatat pada 24 Maret,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima, Jakarta, Selasa (14/5). 

Andry menerangkan, surplus kinerja perdagangan tersebut akan didukung oleh masih berlanjutnya permintaan ekspor mineral, khususnya batu bara, ke Vietnam, Tiongkok, dan India. Selain itu, permintaan AC juga mendukung capaian ekspor ke India. 

“Permintaan dari India didorong oleh meningkatnya penggunaan AC seiring dengan memanasnya iklim,” ujarnya.

Pada April 2024, Andry memproyeksi, ekspor Indonesia akan tumbuh positif sebesar 5,12% (yoy). Kinerja pengapalan ini pun terlihat membaik ketimbang bulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar -4,19% (yoy).

Sementara itu, kinerja impor akan tumbuh double digit sebesar 11,34% (yoy) per April 2024. Kondisi ini jauh lebih baik ketimbang kinerja impor bulan sebelumnya yang terpantau anjlok sebesar -12,76% (yoy).

Secara komoditas, kinerja ekspor logam mulia dan perhiasan pada April 2024 diperkirakan tetap tinggi. Meski secara keseluruhan ekspor nonmigas Indonesia terindikasi mengalami penurunan. 

“Hal ini disebabkan tingginya harga logam mulia pada April dan Mei dibandingkan bulan-bulan sebelumnya,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga mengamati bahwa kinerja perdagangan ekspor yang positif pada April 2024 juga tercermin dari rendahnya base effect perhitungan di April 2023. 

Saat itu, ekspor terkontraksi sebesar -29,4% (yoy) akibat penurunan drastis ekspor non-migas, khususnya penurunan permintaan dari Tiongkok sekitar -30.35% (yoy).

Adapun, Andry memperkirakan, kinerja impor akan relatif stagnan pada April 2024. Namun, karena rendahnya base effect kinerja impor pada April 2023, kinerja impor saat ini akan tampak terlihat positif. 

Hal tersebut juga dibuktikan dengan PMI Indonesia pada April 2024 yang berada di angka 53,7 poin atau masih berada di zona ekspansi. Kendati trennya menurun dibandingkan 55 poin pada Maret 2024. 

“Kami mengamati masih adanya permintaan bahan baku dan barang konsumsi karena kondisi perekonomian dalam negeri yang kuat,” terangnya.

Harga Komoditas Global Masih Menguntungkan
Secara umum, Andry juga menyampaikan, harga-harga komoditas di pasar dunia memang mengalami koreksi. Namun, level harga yang terbentuk pada komoditas tersebut dinilai masih menguntungkan.

Adapun, penyebab koreksi harga komoditas karena sudah melampaui batas (overshot), kebijakan kontraksi moneter, dan pelemahan ekonomi global. Strategi perusahaan di sektor komoditas, seperti CPO, karet, batu bara dan nikel adalah melakukan efisiensi. 

“Agar margin keuntungan tidak turun dan bertahan di tengah volatilitas harga yang tinggi,” ucapnya.

Data Office of Chief Economist (OCE) Bank Mandiri menunjukkan, per 13 Mei 2024, rata-rata harga CPO FOB Malaysia berada di kisaran US$855,3/ton (ytd) atau lebih tinggi dari proyeksi di kisaran US$761,8/ton. 

Kemudian, rerata harga batu bara Newcastle berada di kisaran US$129,6/ton (ytd) atau lebih tinggi dari proyeksi di kisaran US$117,3/ton. Adapun rerata harga emas juga berada di kisaran US$2.158,3/troy ons (ytd) atau lebih tinggi dari proyeksi di kisaran US$1.836/troy ons. 

Ada juga rata-rata harga nikel LME berada di kisaran US$17.196,7/ton (ytd) atau lebih tinggi dari proyeksi di kisaran US$16.842/ton. Sementara rata-rata harga karet SOCOM berada di kisaran US$1,6/kg (ytd) atau lebih tinggi dari proyeksi di kisaran US$1,4/kg. 

Di sisi lain, pelemahan kondisi ekonomi global mulai berimbas pada capaian neraca perdagangan. Sejauh ini, kinerja neraca perdagangan masih mencetak surplus, meski dengan nilai yang terus menurun. 

Andry pun mengingatkan, potensi risiko ke depan bagi ekonomi masih besar dengan masih berlangsungnya gejolak geopolitik global, kenaikan harga energi dan pangan. Serta tekanan dari keluarnya investasi portfolio asing yang menyebabkan penguatan dolar AS. 

“Dengan demikian, suku bunga acuan belum akan turun dalam waktu dekat,” ucapnya. 

OCE Mandiri pun memperkirakan, ekonomi Indonesia masih cukup resilien menghadapi gejolak global. Berakhirnya rangkaian tahapan Pilpres akan mendorong keyakinan pelaku ekonomi untuk melakukan ekspansi. 

Selain itu, tahapan Pilkada yang akan segera dimulai juga dapat mendorong pertumbuhan konsumsi. “Proyeksi Bank Mandiri, ekonomi Indonesia masih akan mencatat pertumbuhan yang sehat pada 5,06% pada tahun 2024,” paparnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar