08 April 2025
12:36 WIB
BPS melaporkan RI alami inflasi Maret 2025 sebesar 1,65% (mtm). Inflasi ini terbesar dari kelompok perumahan, air, listrik, serta bahan bakar rumah tangga yang didominasi komoditas tarif listrik.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia mengalami inflasi sebesar 1,65% (month-to-month/mtm) pada Maret 2025. Dengan demikian, terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK), dari 105,48 poin pada Februari 2025 menjadi 107,22 poin di Maret 2025.
Adapun, inflasi tahunan sebesar 1,03% (year-on-year/yoy). Sedangkan inflasi nasional sepanjang tahun berjalan mencapai 0,39% (year-to-date/ytd).
"Tingkat inflasi Maret 2024 lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan Maret 2024," ungkap Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah dalam konferensi pers Rilis BPS, Jakarta, Selasa (8/4).
Baca Juga: BPS Ungkap Perkiraan Inflasi Pada Momen Ramadan 2025
BPS mencatat, pada Februari 2025, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,48% (mtm) dan mengalami penurunan IHK dari 105,99 poin menjadi 105,48 poin. Jika dibandingkan dengan inflasi Maret 2024 yang sebesar 0,52% (mtm), capaian inflasi saat ini mengalami kenaikan cukup tinggi.
Habibullah melaporkan, kelompok pengeluaran yang menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Maret 2025 adalah perumahan, air, listrik, serta bahan bakar rumah tangga dengan inflasi sebesar 8,45% (mtm).
Kelompok tersebut memegang andil inflasi sebesar 1,18%. Adapun komoditas yang mendorong secara dominan inflasi kelompok ini adalah tarif listrik dengan andil sebesar 1,18%.
Kemudian, kelompok pengeluaran terbesar didorong dari makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,24% dengan andil inflasi sebesar 0,37%. Disusul perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi sebesar 0,95% dengan andil inflasi sebesar 0,07%.
Habibullah menambahkan, komoditas lain yang menjadi penyumbang inflasi adalah bawang merah dengan andil inflasi 0,11%, cabai rawit dengan andil inflasi 0,06%, emas perhiasan dengan andil inflasi 0,05%, dan daging ayam ras dengan andil inflasi 0,03%.
Meski ada inflasi, BPS mengidentifikasi sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada Maret 2025, antara lain tarif angkutan udara dengan andil deflasi sebesar 0,04%.
Habibullah menambahkan, seluruh komponen mengalami inflasi secara bulanan. Komponen utama pendorong inflasi adalah komponen harga yang diatur pemerintah, yakni dengan inflasi sebesar 6,53% dengan andil terhadap inflasi sebesar 1,16%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah tarif listrik dan tarif angkutan antarkota.
Sementara untuk komponen inflasi tertinggi kedua berasal dari komponen bergejolak dengan inflasi sebesar 1,96% dan andilnya sebesar 0,33%.
"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen bergejolak adalah bawang merah, cabai rawit, daging ayam ras, beras, dan bawang putih," urai Habibullah.
Baca Juga: BPS Ungkap Deretan Komoditas Pendorong Inflasi Ramadan Dan Idulfitri
Terakhir, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,24% dengan andilnya sebesar 0,16%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen ini adalah emas perhiasan.
Secara bulanan, provinsi dengan inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 2,88% (mtm) dan inflasi terendah ada di Provinsi 0,08% (mtm).
"Secara umum, komoditas yang menyumbang inflasi Maret 2025 adalah komoditas pangan, yang merupakan komoditas kelompok makanan, minuman, dan tembakau," imbuh Habibullah.
Secara bulanan, kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi 1,24%, dengan andil inflasi sebesar 0,37% pada Maret 2025.
Beberapa komoditas dengan andil inflasi yang cukup besar adalah bawang merah, cabai rawit, dan daging ayam ras, dengan tingkat inflasi Maret 2025 masing-masing sebesar 24,07%, 13,67%, dan 1,64%
"Secara historis empat tahun terakhir, komoditas bawang merah dan daging ayam ras selalu mengalami inflasi pada momen Ramadan dan Idulfitri, kecuali pada Maret 2023 untuk bawang merah dan Mei 2022 untuk daging ayam ras," tandasnya.