JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap, komoditas dengan andil pendorong inflasi terbesar selama Ramadan dan Idulfitri dalam tiga tahun terakhir didominasi oleh jenis pangan bergejolak dan harga yang diatur pemerintah (
administered price).
"Perlu diwaspadai kenaikan harga beberapa komoditas akibat tingginya permintaan menjelang Ramadan dan Idulfitri, seperti daging ayam ras, tarif angkutan udara, telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, beras, dan emas perhiasan," ujar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (3/3).
Baca Juga: BPS Ungkap Perkiraan Inflasi Pada Momen Ramadan 2025Mendetail, BPS mencatat, deretan komoditas pendorong inflasi terbesar di tahun 2022 terdiri dari minyak goreng (0,19%), bensin (0,16%), daging ayam ras (0,09%), dan tarif angkutan udara (0,07%).
Sementara itu, komoditas pendorong inflasi di tahun 2023 didominasi oleh barang dengan harga yang diatur pemerintah, seperti tarif angkutan udara (0,09%), angkutan antarkota (0,03%), serta bensin (0,03%).
Terakhir di tahun 2024, giliran komoditas dengan jenis pangan bergejolak yang mendorong inflasi nasional, yang terdiri dari bawang merah (0,14%), telur ayam ras (0,9%), daging ayam ras (0,9%), dan beras (0,9%).
Menyorot komoditas utama yang dapat dikatakan penting bagi masyarakat secara umum yakni beras, Amalia mengatakan, komoditas pangan utama Indonesia tersebut nyatanya tidak selalu menjadi pendorong inflasi setiap tahun.
"(Inflasi) beras ada di (momen Ramadan-Idulfitri) Maret dan April 2023, tetapi tidak ada di bulan Maret 2022. (Adapun) di bulan Maret 2024, telur ayam ras, daging ayam ras, dan beras adalah penyumbang inflasi pada saat Ramadan tahun lalu," jelasnya.
Meski demikian, Amalia mengingatkan, terdapat beberapa komoditas yang perlu menjadi perhatian menjelang Ramadan sekaligus Idulfitri di tahun ini, berkaca pada data pendorong inflasi yang terjadi pada Januari 2025.
Deretan komoditas yang dimaksud di antaranya cabai merah yang mengalami inflasi 2,27%, cabai rawit (61,67%), minyak goreng (0,54%), bensin (0,36%), dan emas perhiasan (0,42%).
"Untuk tahun ini kita lihat tentunya nanti (dilaporkan) pada saat awal April akan kami umumkan saat rilis inflasi, mana komoditas yang memberikan sumbangsih terhadap inflasi di bulan Maret 2025," ungkap Amalia.
Baca Juga: BPS Ingatkan Potensi Cabai dan Daging Ayam Ras Dorong Inflasi Saat RamadanSebelumnya, Amalia sempat memperingatkan adanya potensi harga tinggi pada komoditas dalam kelompok komponen harga bergejolak, terutama komoditas cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras, menjelang masuk bulan Ramadan dan Idulfitri 2025.
Kenaikan harga-harga komoditas tersebut juga berpotensi mendorong kenaikan inflasi, sehingga perlu diwaspadai keseimbangan suplai agar harga terkendali.
Pada Januari 2025, Amalia menuturkan, ada inflasi komponen harga bergejolak yang cukup moderat di level 3,07%.
Sementara itu dari indeks perkembangan harga (IPH) BPS menurut provinsi, yang mengalami IPH tertinggi pada Januari 2025 adalah Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 7,34%, Bali sebesar 7,24%, DKI Jakarta sebesar 5,99%, Bengkulu sebesar 5,65%, dan Sumatra Barat sebesar 5,01%.