c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

EKONOMI

22 April 2024

20:26 WIB

BPS dan Ekonom Sepakat Perang Iran-Israel Tak Ganggu Perdagangan RI

BPS dan para ekonom sama-sama yakin perang Iran-Israel tidak berdampak signifikan atau tidak mengganggu perdagangan internasional dengan Indonesia.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">BPS dan Ekonom Sepakat Perang Iran-Israel Tak Ganggu Perdagangan RI</p>
<p id="isPasted">BPS dan Ekonom Sepakat Perang Iran-Israel Tak Ganggu Perdagangan RI</p>

Ilustrasi. Kapal peti kemas milik negara asing sandar di dermaga JICT Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (24/3/2024). Antara Foto/Muhammad Adimaja 

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perang Iran VS Israel tidak menimbulkan dampak signifikan terhadap perdagangan internasional antara RI-Iran. Itu karena komoditas yang diperdagangkan pun porsinya lebih sedikit dibandingkan Indonesia dengan negara Timur Tengah lain seperti Arab Saudi, Oman, dan Uni Emirat Arab.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan secara nilai, ekspor dan impor pun kontribusinya minim. Ekspor RI ke Iran pada 2023 mencapai US$195,13 juta atau hanya 2,15% terhadap total ekspor RI ke Timur Tengah.

Sementara nilai impor Indonesia dari Iran pada 2023 sejumlah US$11,72 juta atau hanya 0,12% terhadap total impor dari Timur Tengah. Amalia pun menyebutkan RI-Iran memperdagangan sedikitnya tiga komoditas utama.

"Tiga komoditas utama yang Indonesia ekspor ke Iran antara lain buah-buahan, kendaraan dan bagiannya, serta berbagai produk kimia. Sedangkan, komoditas utama yang kita impor dari Iran adalah buah-buahan, bahan bakar mineral, serta bahan kimia organik," ujarnya dalam Rilis BPS, Senin (22/4).

Baca Juga: BPS Nilai Efek Perang Iran-Israel Ke Perdagangan RI Minim

Sebelumnya, Pengamat Ekonomi sudah menyoroti dampak konflik Iran VS Israel terhadap hubungan dagang Indonesia dengan dua negara tersebut. Pengamat Ekonomi meyakini dampak perang Timur Tengah tidak mengganggu perdagangan internasional antara RI dan Iran.

Lain halnya jika terjadi eskalasi perang. Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, eskalasi akan memberikan dampak terhadap kegiatan ekspor RI-Iran, meski dampaknya cenderung minim.

Yusuf menyebutkan untuk kegiatan ekspor, komoditas yang berkontribusi besar dalam ekspor Indonesia ke Iran adalah produk buah-buahan dengan kode HS 08. Jika terjadi perang berkelanjutan, maka menurutnya ekspor komoditas tersebutlah yang akan kena imbas.

"Tentu kalau kita bicara dampak, maka produk dengan kode inilah (HS Code 08) yang berpotensi terdampak jika memang terjadi ketegangan atau konflik lebih lanjut antara Iran dan Israel," ujarnya kepada Validnews, Jumat (19/4).

Meski ekspor RI-Iran berpotensi terganggu, menurut Yusuf, konflik Timur Tengah tidak berdampak langsung ke ekspor Indonesia secara keseluruhan. Itu karena kontribusi atau share produk ekspor Indonesia ke Iran relatif kecil.

Untuk kegiatan impor, selain tiga komoditas utama yang disebutkan BPS, Peneliti CORE menyebutkan Indonesia juga mengimpor produk karpet dan tekstil dari Iran. Ia menyarankan ke depannya, produk tekstil seharusnya bisa disubtitusi dengan produk besutan industri dalam negeri.

"Produk-produk karpet dan tekstil yang sebenarnya di dalam negeri bisa disubtitusi atau kalaupun mencari produk yang serupa bisa subtitusi dari impor di negara-negara Timur Tengah lainnya," kata Yusuf.

Sementara untuk hubungan dagang Indonesia dengan Israel, ia menyampaikan perlu ada konfirmasi lebih lanjut mengenai komoditas yang diekspor. Selain itu, teknisnya apakah komoditas diekspor langsung atau melewati beberapa negara sebelum sampai ke Israel.

Pada kesempatan terpisah, Peneliti INDEF Andry Satrio Nugroho juga menyampaikan pasar ekspor maupun impor Indonesia-Iran tergolong kecil. Itu sebabnya, ia meyakini perang Timur Tengah yang terjadi saat ini tidak terlalu berdampak pada hubungan dagang dengan Indonesia.

"Kalau (ekspor) Indonesia ke Iran tidak besar, dan malah banyak komoditas seperti buah-buahan, parts atau komponen kendaraan yang levelnya tidak besar. Kalau impor ada hewan hidup, bahan kimia, tapi itu juga tidak terlalu besar (porsinya), saya melihatnya begitu," kata Andry kepada Validnews pekan lalu.

Nilai dan Top Five Komoditas Impor RI-Iran
Pada kesempatan ini, Validnews memantau daftar komoditas yang diperdagangkan, khususnya impor, Indonesia dengan Iran melalui laman resmi Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk kegiatan impor RI-Iran, terjadi penurunan nilai impor selama 5 tahun terakhir.

Berdasarkan data BPS, impor Indonesia dari Iran sepanjang 2020-2024 mencapai US$68,98 juta. BPS mencatat total nilai berbagai produk yang diimpor dari Iran cenderung mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir.

Pada 2020, nilai impor RI-Iran mencapai US$17,71 juta. Kemudian pada 2021 nilai impornya naik menjadi US$21,63 juta. Pada 2022, impor menurun menjadi US$14,53 juta, lalu turun lagi pada 2023 menjadi US$11,72 juta. Sementara pada Januari dan Februari 2024, nilai impor dari Iran hanya di angka US$3,37 juta.

Selanjutnya, sepanjang 2022-2024, berdasarkan kode HS dengan dua digit angka, komoditas yang paling banyak diimpor yakni buah-buahan dengan kode HS 08.

Sebagai informasi, sejak 2022 sampai sekarang, BPS mencatat total ada 11.554 kode HS produk perdagangan Indonesia. Dari jumlah tersebut, produk atau komoditas dikelompokan menjadi 99 kode HS dengan dua digit angka.

Sepanjang 2022-2024, ada 73 jenis produk berdasarkan kode HS dua digit yang diimpor Indonesia dari Iran. Dari jumlah tersebut, ada lima komoditas utama yang impor tiap tahunnya.

Baca Juga: Pengamat: Hubungan Dagangan Indonesia-Iran Tak Akan Terganggu Konflik

Pada 2022, ada 17 jenis komoditas yang diimpor. Untuk Top Five, importasi didominasi oleh produk buah-buahan (HS 08) dengan nilai impor sejumlah US$5,21 juta. Kemudian disusul oleh bahan kimia anorganik (HS 28) dengan nilai impor US$4,11 juta.

Lalu, bahan bakar mineral (HS 27) dengan nilai impor US$2,49 juta. Kemudian bahan kimia organik (HS 29) dengan impor senilai US$891.750, serta instrumen optik, fotografi, sinematografi dan medis (HS 90) dengan nilai impor US$756.519.

Pada 2023, ada 34 jenis komoditas yang diimpor dari Iran. Top Five kommoditas yang mendominasi masih produk buah-buahan (HS 08) dengan nilai impor sejumlah US$5,93 juta.

Kemudian disusul dengan bahan bakar mineral (HS 27) dengan nilai impor US$3,05 juta. Lalu, bahan kimia organik (HS 29) senilai US$1,39 juta, instrumen optik, fotografi, sinematografi dan medis (HS 90) senilai US$528.284, serta kaca dan barang dari kaca (HS 70) senilai US$227.274.

Pada Januari-Februari 2024, ada 22 jenis komoditas yang diimpor dari Iran. Untuk Top Five komoditasnya, produk buah-buahan (HS 08) masih mendominasi dengan nilai impor sejumlah US$2,93 juta.

Kemudian disusul impor bahan bakar mineral (HS 27) dengan nilai impor US$320.422. Lalu, produk mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84), dengan impor senilai US$57.590, produk sayuran (HS 07) senilai US$33.855, dan bahan kimia organik (HS 29) dengan impor senilai US$16.915.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar