29 September 2025
20:36 WIB
Bos Antam Blak-Blakan Banyak Emas Yang Diimpor Dari Singapura
Impor terpaksa dilakukan karena tak ada kewajiban pertambangan swasta untuk menjual emas mereka ke Antam.
Penulis: Yoseph Krishna
Pramuniaga menunjukkan emas batangan Aneka Tambang (Antam) di sebuah gerai emas di Pasar Sumur Batu, Jakarta, Kamis (18/4/2024). Antara Foto/M Risyal Hidayat
JAKARTA - Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Achmad Ardianto mengungkapkan saat ini masih banyak produk emas Antam yang diimpor dari negara tetangga, terutama Singapura.
Shortage emas yang dialami oleh emiten pertambangan pelat merah berkode saham ANTM itu jadi penyebabnya. Sekarang ini, jelas Achmad, Antam hanya mampu menambang 1 ton emas per tahun dari Pongkor, Jawa Barat.
Sementara kebutuhan masyarakat tahun lalu saja mencapai 37 ton dan sampai akhir 2025 ini diproyeksi melebihi 40 ton. Sehingga, salah satu pemenuhannya ialah dengan mengimpor dari Singapura.
Tapi sebelum itu, Antam juga menerapkan sistem buyback, yakni membeli kembali emas-emas yang dimiliki oleh masyarakat untuk dilebur dan dicetak dengan versi baru. Tapi, opsi itu hanya bisa memenuhi 2,5 ton kebutuhan emas per tahun.
Baca Juga: Erick Thohir: Penjualan Emas Freeport Ke Antam Bukti Sinergi Dalam Hilirisasi
"Jadi, emas-emas masyarakat yang dulu dibeli di Antam, kemudian mereka butuh cash dijual kembali ke Antam, itu menjadi sumber bagi kami untuk dicetak dengan versi yang baru, itu hanya 2,5 ton satu tahun dapatnya. Jadi, kita masih shortage banyak," tutur Achmad dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Senin (29/9).
Di samping itu, ANTM juga menyerap emas dari perusahaan-perusahaan lain, seperti Indo Muro Kencana, NHM, dan perusahaan tambang emas lain. Perusahaan tersebut mulanya memurnikan emas di Antam, lalu perseroan menawar emas yang telah dimurnikan tersebut.
Tapi, Achmad menyayangkan belum ada regulasi yang mewajibkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk menjual emas ke PT Aneka Tambang Tbk. Jadi, perusahaan tambang emas di Indonesia masih sangat fleksibel untuk menjual produk mereka, termasuk ke luar negeri.
"Tawar menawar di sini ada elemen pajak juga yang membuat perusahaan tambang lebih fleksibel bagi mereka untuk mengekspor dibanding menjual kepada Antam," jelas dia.
Selain itu, perusahaan-perusahaan tambang juga menginginkan Antam membeli produk secara bundling, bukan hanya emas, tetapi juga perak dalam satu paket. Pasalnya, mereka kesulitan jika ingin menjual produk perak tanpa ada emas di dalamnya.
"Dengan bundling ini (emas dan perak), ada pajak juga yang muncul di situ PPN 13%, yang itu berat bagi mereka (perusahaan)," kata Achmad.
Dengan tidak adanya kewajiban perusahaan tambang emas menjual produk mereka kepada ANTM, maka Anggota Holding BUMN Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) tersebut terpaksa mendatangkan emas dari luar negeri guna memenuhi kebutuhan.
Baca Juga: OJK Ungkap Tiga Alasan Indonesia Resmikan Bullion Bank
"Tadi ada buyback, local sourcing, kemudian yang ketiga adalah impor emas judulnya. Dari mana Antam mengimpornya? Dari semua perusahaan atau lembaga yang terafiliasi LBMA," sambungnya.
Impor emas yang dilakukan Antam, lanjutnya, berasal dari lembaga-lembaga berbentuk bullion bank, refinery, maupun trader emas internasional. Achmad mengakui, pembelian emas dilakukan pada lembaga-lembaga dari Singapura dan Australia.
"Dengan harga apa? Dengan harga pasar. jadi, semuanya itu sebenarnya transparan dan bisa dilacak. Lalu kenapa Antam impor? Ya judulnya terpaksa," tegas Achmad Ardianto.