21 Februari 2025
13:51 WIB
Erick Thohir: Penjualan Emas Freeport Ke Antam Bukti Sinergi Dalam Hilirisasi
Fasilitas pemurnian Freeport memiliki kapasitas produksi mencapai 50 ton emas per tahun. Antam akan menyerap sebanyak 30 ton
Pengiriman perdana emas batangan PT Freeport Indonesia (PTFI) ke Antam sebanyak 125 kilogram dengan kadar kemurnian 99,99 persen, Rabu (12/2/2025). ANTARA/ PT Freeport Indonesia
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan dimulainya penjualan emas hasil olahan dari PT Freeport Indonesia (PTFI) ke PT Aneka Tambang (Antam), merupakan bentuk sinergi hilirisasi untuk ekonomi nasional. Penjualan emas olahan Freeport seberat 125 kilogram ke Antam merupakan bagian dari kontrak kerja sama selama lima tahun, dengan nilai mencapai US$12,5 miliar.
Menurut Erick, hal ini bagian sinergi Mining Industry Indonesia (MIND ID) dalam hilirisasi emas dan mengurangi impor. Erick mengatakan, fasilitas pemurnian Freeport memiliki kapasitas produksi mencapai 50 ton emas per tahun, yang mana Antam akan menyerap sebanyak 30 ton.
"Kerja sama ini memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional. Hilirisasi adalah opsi yang tidak bisa ditawar," ujar Erick dalam keterangan di Jakarta, Jumat (21/2).
Erick menyampaikan, langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang mendorong Kabinet Merah Putih menjalankan program strategis, termasuk swasembada energi dan hilirisasi sumber daya alam.
Dengan langkah strategis ini, Erick optimistis hilirisasi sektor pertambangan, khususnya emas, dapat semakin memperkuat posisi Indonesia di pasar global serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
"Cadangan emas kita itu nomor enam terbesar di dunia, sekitar 2.600 metrik ton, tapi untuk cadangan emas batangan, kita berada di peringkat 43 dunia," ucap Erick.
Dengan kerja sama Freeport dan Antam, lanjut Erick, Indonesia tidak harus mengirimkan raw material, melainkan semua sudah bisa diproses di dalam negeri dan memberikan nilai tambah bagi ekonomi nasional. Menurut Erick, kerja sama ini akan memberikan dampak besar bagi ketahanan ekonomi Indonesia.
"Freeport memproduksi 50 ton emas, dan Antam menyerap 30 ton. Dampaknya luar biasa karena mampu menghemat cadangan devisa hingga ratusan triliun rupiah dalam lima tahun," kata Erick.
Erick menambahkan, penjualan emas ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian jual beli logam emas antara Freeport dan Antam yang telah disepakati pada awal November lalu. Kerja sama ini juga diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Antam terhadap impor bahan baku logam mulia, terutama emas batangan.
Di sisi lain, Direktur Utama Antam Nico Kanter menjelaskan, sinergi yang dijalin bersama PT Freeport Indonesia ini merupakan wujud hilirisasi industri emas di Indonesia. Kerja sama ini membantu Antam meningkatkan sourcing bahan baku emas dari dalam negeri. Emas dari Freeport nantinya akan diolah di pabrik pengolahan dan pemurnian untuk diproses menjadi produk logam mulia Antam.
"Dengan adanya kepastian sourcing bahan baku emas dalam negeri di tengah momentum rekor tertinggi, harga emas akan memberikan kepastian kepada masyarakat mengenai ketersediaan produk logam mulia Antam. Kami terus mengoptimalkan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan tentunya akan meningkatkan kinerja Antam," kata Nico.
Hulu-Hilir
Seperti diketahui, PT Freeport Indonesia (PTFI) mengirimkan emas batangan perdana dari fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) Smelter PTFI ke PT Aneka Tambang Tbk di Pulogadung, Jakarta sebanyak 125 kilogram atau senilai Rp207 miliar dengan kadar kemurnian 99,99%.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dalam siaran pers di Timika, Kamis, mengatakan, Pengiriman emas batangan perdana PTFI ke PT Antam merupakan langkah penting dalam upaya hilirisasi emas di Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah untuk memaksimalkan nilai tambah sumber daya alam dan mewujudkan Indonesia emas 2045.
"PT Freeport Indonesia menjadi perusahaan tambang tembaga terintegrasi hulu hilir pertama yang memurnikan lumpur anoda menjadi emas batangan murni," katanya.
Menurut Tony, insiden yang terjadi di salah satu fasilitas kompleks Smelter PTFI tidak membuat perusahaan berhenti untuk menjalankan komitmen perusahaan untuk hilirisasi pertambangan.
"Pembangunan Precious Metal Refinery (PMR) telah selesai dan memproduksi emas murni merupakan bukti keseriusan PTFI dalam menjalankan hilirisasi," ujarnya.
Dia menjelaskan, PTFI berhasil memproses sekitar 12,56 ton lumpur anoda dari PT Smelting. Dari proses tersebut dihasilkan emas batangan 189 kilogram, di mana 125 kilogram fine gold purity 99,99%, sementara 64 kilogram masih akan di casting ulang agar memenuhi standar fine gold purity.
Tony menambahkan, sebagai perusahaan yang memiliki pengolahan dan pemurnian terintegrasi dalam negeri mulai hulu hingga hilir, PTFI telah mewujudkan hilirisasi tembaga, hilirisasi emas dan dalam waktu dekat akan menyusul hilirisasi perak.
"PMR PTFI menjadi salah satu produsen emas murni batangan di Indonesia dengan kapasitas pemurnian sekitar 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun serta platinum group metals yaitu 30 kilogram platinum, 375 kilogram paladium," im buhnya.
Dia mengatakan, melalui kemitraan strategis, PTFI dan Antam berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam membangun industri pertambangan nasional yang berdaya saing.
"Hilirisasi dalam negeri menjadi kunci untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar sehingga dapat mempercepat terwujudnya visi Indonesia Emas 2045," ujarnya.