10 Januari 2025
18:13 WIB
BlackRock Mundur dari Net Zero Asset Managers Initiative
BlackRock, pengelola aset terbesar di dunia, pada Kamis mengumumkan keputusannya untuk keluar dari Net Zero Asset Managers Initiative (NZAMI).
Kantor pusat BlackRock di Kota New York, New York, NY, USA (17/5/2022). Shutterstock/Tada Images
JAKARTA - BlackRock, pengelola aset terbesar di dunia, pada Kamis mengumumkan keputusannya untuk keluar dari Net Zero Asset Managers Initiative (NZAMI). Langkah ini mengikuti jejak beberapa perusahaan Wall Street lainnya yang mundur dari kelompok investor berorientasi lingkungan di tengah tekanan dari politisi Partai Republik.
BlackRock, yang mengelola aset sekitar US$11,5 triliun, sebelumnya bergabung dengan NZAMI karena dua pertiga klien globalnya berkomitmen untuk mengurangi emisi hingga nol bersih.
"Namun, keanggotaan kami di beberapa organisasi ini telah menimbulkan kebingungan tentang praktik BlackRock dan membuat kami menjadi subjek penyelidikan hukum dari berbagai pejabat publik," tulis BlackRock dalam surat kepada klien yang ditinjau oleh Reuters, dikutip Jumat (10/1).
Meski demikian, perusahaan ini menegaskan bahwa keputusan keluar dari NZAMI tidak akan mengubah cara mereka mengembangkan produk dan solusi untuk klien atau bagaimana mereka mengelola portofolio.
"Manajer portofolio aktif kami tetap menilai risiko terkait iklim yang material," tambahnya.
Baca Juga: Morgan Stanley Keluar Dari Koalisi Perbankan Untuk Net-Zero Emisi Karbon
NZAMI sendiri memiliki lebih dari 325 anggota yang mengelola aset senilai lebih dari US$57,5 triliun, sebagaimana tercantum di situs webnya. Para anggota berjanji untuk mendukung target nol emisi gas rumah kaca pada 2050, termasuk melalui pengaruh dalam pemungutan suara pada rapat perusahaan.
Dalam beberapa minggu terakhir, sejumlah pemberi pinjaman besar Wall Street telah keluar dari organisasi serupa yang berfokus pada perbankan terkait iklim. Langkah ini terjadi menjelang kembalinya Donald Trump sebagai Presiden AS dan penguasaan Kongres oleh Partai Republik.
Pada Desember lalu, Komite Kehakiman Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dipimpin Partai Republik meminta informasi dari BlackRock dan puluhan manajer aset lainnya yang terlibat dalam NZAMI.
Sebelumnya, pada November, BlackRock bersama pesaingnya digugat oleh Texas dan 10 negara bagian lainnya yang dipimpin Partai Republik dengan tuduhan bahwa aktivisme mereka mengurangi produksi batu bara dan meningkatkan harga energi.
BlackRock membantah tuduhan tersebut. "Gugatan ini justru menghalangi investasi pada perusahaan yang dibutuhkan konsumen," ujar mereka.
Baca Juga: Menkeu: Pembiayaan Untuk Mitigasi Perubahan Iklim Dunia Masih Jadi Isu
Sementara itu, Vanguard, salah satu pengelola dana pasif besar lainnya, telah keluar dari NZAMI pada 2022. Namun, manajer aset dari State Street dan JPMorgan mengonfirmasi bahwa mereka tetap menjadi anggota NZAMI.
Seorang juru bicara NZAMI menyatakan bahwa setiap penarikan investor sangat mengecewakan. "Risiko iklim adalah risiko finansial. NZAMI ada untuk membantu investor mengelola risiko ini dan meraih manfaat dari transisi ekonomi menuju nol bersih," tulisnya melalui email.
Leslie Samuelrich, presiden Green Century Funds yang memutuskan keluar dari NZAMI pada 2023, menyayangkan langkah perusahaan besar seperti BlackRock. "Kepergian mereka mengecewakan mengingat realitas perubahan iklim yang mendesak dan perlunya tindakan bertanggung jawab secara lingkungan dari perusahaan di Amerika Serikat," katanya.
Langkah-langkah seperti NZAMI, yang dibentuk pada 2020 dan mendapatkan dorongan dari Konferensi Iklim PBB 2021, awalnya diterima dengan baik. Namun, upaya ini kemudian mendapat kecaman dari pejabat Partai Republik, terutama dari negara bagian penghasil energi.
Dalam suratnya kepada klien, BlackRock menegaskan bahwa upaya investasi berkelanjutan mereka tetap didorong oleh kebutuhan klien. "Kami yakin transisi energi adalah kekuatan besar yang membentuk perekonomian dan pasar," tulis perusahaan tersebut.