02 Juni 2025
20:25 WIB
BKPM Tawarkan Investasi Sektor Farmasi, Rumah Sakit, Dan Ekraf Di Bali
Dari realisasi gabungan PMA dan PMDN di Bali, secara umum dominasi investasi bergerak di sektor tersier. Farmasi, Rumah Sakit, Dan Ekraf Di Bali dinilai bisa berpotensi baik, selain sektor tersier.
Editor: Rikando Somba
Proyek pembangunan Hotel Grand Inna Bali Beach yang masuk dalam proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali. Sumber: kek.go.id |
DENPASAR - Industri farmasi, industri pembangunan rumah sakit, dan ekonomi kreatif memiliki peluang besar menarik investasi di Bali. Ini lah yang ditawarkan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kepada investor asing.
“Itu yang akan kami tawarkan agar investor itu tidak hanya di sektor tersier,” kata Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Dedi Latip di sela pembukaan pameran bisnis dan UMKM Bali Jagadhita 2025 di Denpasar, Bali, Senin (2/6).
Dari realisasi gabungan PMA dan PMDN di Bali secara umum dominasi investasi bergerak di sektor tersier. Agar daerah bisa menarik investasi, maka perlu mengangkat investasi berkelanjutan atau ramah lingkungan sesuai tuntutan investasi saat ini.
Namun, kini, BKPM menawarkan kesemua jenis industri itu agar bisa tertampung di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar sebagai KEK pertama di tanah air sekaligus sektor pariwisata yang menjadi sektor terbesar pada ekonomi Pulau Dewata.
Berdasarkan pemaparan, realisasi investasi pada 2024 di Bali mencapai Rp36,5 triliun, terdiri dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp24,21 triliun, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp12,31 triliun. Sedangkan selama triwulan I-2025, realisasi investasi di Bali mencapai Rp12,26 triliun, sebanyak Rp7,70 triliun di antaranya adalah PMA dan sebesar Rp4,55 triliun adalah PMDN.
Apabila dirinci, hotel dan restoran menduduki posisi puncak yakni hampir 30%. Sedang 24% investasi di perumahan, kawasan industri, dan perkantoran. Kemudian jasa lainnya sebesar 15%, transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar 8,5% dan sisanya perdagangan dan reparasi.
“Bagaimana supaya tidak spesifik ke hotel dan restoran atau tersier lain. Ini coba kami dorong salah satunya mengundang PMA berharap mereka dukung hilirisasi dan mendukung yang sudah eksis,” ucapnya.

Hargai Tata Ruang
Di kesempatan berbeda, Gubernur Bali Wayan Koster meminta seleksi ketat investasi agar menghargai tata ruang, budaya hingga memprioritaskan sumber daya manusia (SDM) lokal.
“Kami tengah giat memberdayakan sumber daya lokal baik ekonomi, pelaku usaha dan sumber daya manusia agar berpihak ke sumber daya lokal,” kata Koster di sela Pameran Bisnis Bali Jagadhita 2025 ini.
Baca juga: Pemerintah Minta PLN 'Gercep' Cari Investor Untuk Sukseskan RUPTL
Arak Buleleng Tembus Pasar China
Menurut dia, pembangunan ekonomi Bali harus memperkuat fondasi lokal misalnya peningkatan ekspor produk lokal unggulan yang berbasis budaya dan alam. Produk lokal unggulan berorientasi ekspor itu di antaranya garam tradisional, kopi organik, serta kerajinan.
Ia berharap Pameran Bali Jagadhita yang dilaksanakan selama Juni-Juli 2025 menjadi media untuk mempromosikan potensi investasi di Bali yang digelar sejak 2020. Tahun ini, ajang tersebut mengangkat tiga fokus utama yakni perdagangan, investasi dan pariwisata melalui pendekatan ekonomi hijau dan berkelanjutan.
Dikutip dari Antara, Gubernur Koster optimistis Bali menjadi salah satu tujuan investasi karena ekonomi di Pulau Dewata yang stabil setelah sempat minus pada 2020 akibat dampak pandemi covid.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I-2025 mencapai 5,52% atau melampaui pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional yang mencapai 4,87%.