23 April 2025
14:00 WIB
BKPM Janji Turun Tangan Atasi Ormas Ganggu BYD Di Subang
BKPM bakal berkomunikasi dengan BYD untuk menyelesaikan gangguan ormas dalam proses pembangunan pabrik di Subang, Jawa Barat. Setelahnya, BKPM bakal berkoordinasi dengan Satgas Anti Premanisme.
Editor: Khairul Kahfi
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan ditemui di Jakarta, Rabu (23/4/2025). Antara/Muzdaffar Fauzan
JAKARTA - Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menegaskan, bakal melakukan komunikasi dengan salah satu investor sektor otomotif asal China, yakni BYD, untuk menyelesaikan persoalan gangguan organisasi masyarakat (ormas) dalam proses pembangunan pabrik di Subang, Jawa Barat.
"Hari ini akan coba mengontak kawan-kawan dari BYD bagaimana situasinya," kata Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan di Jakarta, Rabu (23/4) melansir Antara.
Dia mengatakan, setelah menjalin komunikasi dengan pihak BYD, BKPM bakal berkoordinasi dengan Satgas Anti Premanisme supaya aktivitas meresahkan bisa ditangani secara efektif.
Lebih lanjut, menurutnya, BKPM secara konsisten menyatakan bahwa aksi premanisme dan pungutan liar sangat mengganggu bukan hanya dari sisi kenyamanan bagi pengusaha, namun juga bakal membuat citra buruk iklim investasi Indonesia di mata dunia.
"Bisa saja di-pick up oleh siapa pun tentang Indonesia itu tidak aman, Indonesia itu premanisme," katanya.
Baca Juga: Soal Ormas Ganggu Investasi, Rosan Hanya Sebut Perlu Ada Diskusi
Nurul Ichwan menyampaikan, dalam kondisi ekonomi global saat ini, seharusnya Indonesia meningkatkan daya saing, supaya lebih mudah menarik minat investor asing.
"Dalam situasi sekarang, menarik investasi tidak mudah, semua negara makin protektif," ujar dia.
Adapun kabar adanya gangguan dari ormas berbentuk premanisme pada pabrik perusahaan mobil listrik asal China itu sebelumnya disampaikan Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno.
“Sempat ada permasalahan terkait premanisme ormas yang mengganggu pembangunan dari sarana produksi BYD (di Subang)," ungkap Eddy melalui unggahan video di Instagram dikutip Rabu (23/4).
Eddy mengungkap pembangunan pabrik BYD di Subang, Jawa Barat sempat diganggu ormas berbentuk aksi premanisme. Kabar ini didapatkannya saat memenuhi undangan Pemerintah China dalam rangkaian kunjungan di Shenzhen, China.
"Pemerintah perlu tegas untuk kemudian menangani permasalahan ini, jangan sampai investor datang ke Indonesia dan merasa kemudian tidak mendapatkan jaminan keamanan, hal yang paling mendasar bagi investasi untuk masuk ke Indonesia,” imbuhnya.
Investasi besar BYD di kota mandiri terintegrasi untuk kawasan industri dan komersil di Indonesia, Subang Smartpolitan, diprediksi akan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Indonesia. BYD dikabarkan akan menggelontorkan investasi hingga Rp11,7 triliun.
Dukung Tumpas Tindakan Premanisme
Terpisah, Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko mendukung Gubernur Jawa Barat untuk menumpas tindakan premanisme yang dapat mengganggu investasi. Secara khusus, dia menyinggung kasus premanisme yang terjadi pada pembangunan fasilitas manufaktur BYD di Subang, Jawa Barat.
“Saya mendukung apa yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat, tumpas saja itu,” ujar Moeldoko melansir Antara, Selasa (22/4).
Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu menyayangkan tindak premanisme yang terjadi pada pembangunan pabrik yang digadang-gadang akan menjadi pabrik otomotif terbesar di ASEAN tersebut.
"Jangan sampai pengangguran makin banyak tapi malah, di satu sisi kan ironis, kita perlu peluang untuk bekerja, ada orang (investor) datang memberikan peluang, diganggu sama yang lain... Nah ini enggak benar,” jelasnya.
Baca Juga: Tertibkan Ormas Minta THR, Pemerintah Bakal Koordinasi Dengan Aparat Hukum
Menurut dia, alih-alih mengganggu, masyarakat seharusnya turut ambil andil dalam menciptakan iklim investasi yang baik. Sebab dengan hadirnya investasi, akan terbuka pula lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat.
“Saya mengimbau supaya di tengah situasi iklim dunia usaha yang relatif perlu perhatian, maka kita semua, masyarakat Indonesia harus menciptakan iklim investasi yang baik," tambahnya.
Dia menyampaikan, pabrik EV tersebut tidak hanya akan menciptakan ribuan lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan transfer teknologi dan keahlian di bidang manufaktur EV.
Dengan demikian, akan mendorong pertumbuhan industri pendukung di sektor EV, bahkan membuka peluang baru bagi perusahaan lokal untuk terlibat dalam rantai pasokan global EV.
BYD berencana membangun ekosistem EV yang komprehensif di Subang Smartpolitan, termasuk pusat penelitian dan pengembangan serta fasilitas pelatihan yang dilengkapi dengan teknologi terkini yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Saat ini, luas lahan pabrik BYD adalah 108 hektare (Ha) dan telah memutuskan pengembangan serta penambahan baru menjadi 126 Ha.
Rencananya BYD Indonesia akan menambah kapasitas produksi dari yang awalnya 150.000 unit per tahun. Kemudian terbuka untuk pengembangan fasilitas baterai dan kendaraan jenis Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium di awal tahun depan.
Disebutkan penambahan kapasitas produksi ini rencananya akan menambah total tenaga kerja dari sebelumnya 8.700 orang menjadi 18.814 orang. Pembangunan pabrik ini ditargetkan akan memulai produksi komersialnya pada awal 2026.