25 Maret 2025
20:21 WIB
Bitcoin Pulih Dan Akan Menguat Jelang Penutupan Kuartal I/2025
Bitcoin (BTC) kembali menunjukkan tanda-tanda pemulihan menjelang pekan terakhir kuartal I/2025. Dalam 24 jam terakhir, Bitcoin tercatat berada di angka $86.482 atau naik 1,74%.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Khairul Kahfi
Seorang mahasiswa memantau pergerakan harga pasar koin digital di Bandung, Jawa Barat, Jumat (13/9/2024). Antara Foto/Raisan Al Farisi
JAKARTA - Memasuki pekan terakhir kuartal pertama 2025, Bitcoin (BTC) kembali menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Per 25 Maret 2025, pukul 14.33 WIB, Bitcoin tercatat berada di angka $86.482 atau naik 1,74% dalam 24 jam terakhir.
Financial Expert Ajaib Panji Yudha mengungkap, salah satu indikator pemulihan Bitcoin adalah ada arus masuk yang kuat ke ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat.
Setelah lima minggu berturut-turut mengalami arus keluar, pekan lalu terjadi pembelian 8.775 BTC atau setara $744juta yang mengindikasikan kembalinya kepercayaan investor terhadap pasar aset kripto.
"Pekan ini, salah satu agenda penting yang menjadi perhatian investor adalah rilis laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) Index pada Jumat (28/3). PCE merupakan indikator inflasi yang menjadi preferensi The Fed dalam menentukan kebijakan moneter," kata Panji dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (25/3).
Baca Juga: Indodax: Penurunan Harga Kripto Saat Ramadan Dipengaruhi Psikologi Pasar
Jika inflasi AS menunjukan tren melandai, ada kemungkinan The Fed akan lebih longgar dalam kebijakan suku bunga. Berdasarkan alat prediksi FedWatch, akan ada peluang pemangkasan suku bunga di semester pertama 2025 dengan pertemuan FOMC pada Juni mendatang.
Berdasarkan data historis dari Coinglass, performa Bitcoin di kuartal I/2025 mengalami penurunan 6,62% dibandingkan periode tahun sebelumnya. Meski berada di zona negatif, tetapi data historis menunjukkan, Bitcoin memiliki peluang untuk menutup Maret dengan lebih positif.
Data tersebut menunjukkan Bitcoin berhasil membukukan kenaikan pada Maret, termasuk lonjakan sebesar 16,81% pada 2024 dan sekitar 22,96% pada 2023.
"Berdasarkan tren sebelumnya, bulan Maret sering kali menjadi periode pemulihan setelah volatilitas tinggi di awal tahun. Jika pola ini berlanjut, ada kemungkinan Bitcoin bisa menutup Maret 2025 dengan rebound yang lebih kuat," imbuh Panji.
Bitcoin pun berpeluang mengalami pemulihan lebih lanjut di kuartal kedua dengan adanya arus masuk ke Bitcoin, potensi pelonggaran kebijakan moneter The Fed, dan stabilisasi pasar global. Melihat tren historis, kuartal kedua sering kali menjadi periode yang lebih positif untuk Bitcoin.
Baca Juga: The Fed Pertahankan Suku Bunga, Pasar Kripto dan Saham AS Kompak Menghijau
Sejak 2013, rata-rata return pada periode kuartal kedua adalah naik 26,89% dengan median sekitar 7,38%. Bahkan Bitcoin sempat mengalami lonjakan signifikan pada 2019 hingga 159,36%.
Namun, investor perlu cermat melihat dampak dari kebijakan tarif AS yang akan berlaku mulai 2 April 2025 dan perkembangan regulasi terhadap ETF berbasis altcoin.
"Arus masuk ke Bitcoin-ETF serta sentimen yang lebih positif di pasar menunjukkan bahwa kuartal kedua bisa menjadi periode pemulihan bagi BTC. Namun investor perlu tetap waspada sambil memanfaatkan peluang yang ada dalam dinamika pasar aset kripto," terangnya.