26 Mei 2025
14:23 WIB
BI Ungkap Cara Stabilkan Rupiah Di Tengah Volatilitas Tinggi
BI menegaskan bank sentral siap mengerahkan seluruh instrumen yang dimiliki untuk menstabilkan rupiah di tengah volatilitas yang tinggi.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso ditemui wartawan di Kantor Pusat BI, Jakarta, Senin (26/5). ValiDnewsID/Fitriana Monica Sari
JAKARTA - Nilai tukar rupiah tercatat menguat tipis di tengah ketidakpastian pasar global. Mengutip data Bloomberg, pada Senin (26/5) siang, rupiah menguat sebesar 2,50 poin atau 0,02% ke level Rp16.215 per dolar Amerika Serikat (AS).
Di tengah volatilitas tinggi ini, Bank Indonesia (BI) menyatakan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui berbagai langkah strategis.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menegaskan bank sentral siap mengerahkan seluruh instrumen yang dimiliki untuk menstabilkan rupiah.
“BI akan all out untuk membuat rupiah itu lebih stabil, dan tentunya BI sudah akan mengoptimalkan instrumen yang ada, melakukan intervensi di pasar offshore, melakukan intervensi di pasar spot, pasar DNDF, dan juga apabila diperlukan BI akan melakukan transaksi, terutama pembelian di pasar SBN di dalam negeri,” kata Denny kepada wartawan di Kantor Pusat BI, Jakarta, Senin (26/5).
Lebih lanjut, Denny menyebut, salah satu strategi yang menjadi andalan BI saat ini adalah kebijakan smart intervention.
Baca Juga: Seiring Kekhawatiran Kebijakan Tarif Trump: Dolar AS Melemah, Rupiah Menguat
Kebijakan ini adalah intervensi cermat dan terukur yang difokuskan pada pasar non-deliverable forward (NDF) dan pasar offshore.
Hasilnya, pendekatan ini mulai menunjukkan hasil yang positif. Berdasarkan pantauan terhadap data kinerja mata uang Asia selama bulan Mei 2025, rupiah tercatat mengalami penguatan sebesar 2,6% hingga tanggal 26 Mei.
“Bulan Mei 2025 (selama month to date), kita lihat di sini bahwa rupiah... Indonesia rupiah sampai dengan tanggal 26, itu mengalami penguatan 2,6%. Kemudian di atasnya Indonesia, ada Thailand menguat 2,95%. Ada Malaysia menguat 2,64%. Di bawah Indonesia, ada Singapura menguat 1,9%. Kemudian, Filipina menguat 1,03%,” urainya.
Menurutnya, kinerja positif rupiah ini menempatkannya sebagai salah satu mata uang dengan performa terbaik di kawasan Asia Tenggara.
Di sisi lain, lanjut Denny, pelemahan justru terjadi pada mata uang India dan dolar Hongkong.
Tantangan Belum Reda
Ke depan, Bank Indonesia terus berkomitmen untuk menjaga mekanisme penawaran dan permintaan di pasar. Selain itu, menjaga supaya rupiah tetap dalam volatilitas yang stabil dari waktu ke waktu.
Pasalnya, BI menyadari tantangan global belum mereda. Ketidakpastian yang masih tinggi membuat stabilisasi nilai tukar menjadi prioritas utama.
“Intinya sekarang bagaimana kita bisa membuat rupiah stabil dulu ya. Karena memang sama-sama kita ketahui, sebagaimana juga dengan pendapat atau pandangan dari Pak Gubernur, bahwa perkembangan global masih tidak pasti,” tutur Denny.
Baca Juga: Modal Asing Masuk, Investor Borong Instrumen Investasi RI Rp14,73 T Pekan Ini
Denny juga menuturkan stabilitas domestik menjadi kunci dalam menghadapi gejolak eksternal. Untuk itu, BI terus mendorong penguatan ekonomi dalam negeri, menjaga inflasi tetap rendah dan terkontrol, serta memastikan nilai tukar bergerak stabil.
“Bank Indonesia komit untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi. Sehingga, semuanya itu membuat Indonesia mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap ketidakpastian yang sedang terjadi di pasar global ini,” pungkasnya.