c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

07 Februari 2024

13:53 WIB

BI Tegaskan Keputusan BI Rate tak Mengekor FFR

BI senantiasa mempertimbangkan keputusan BI Rate berdasarkan data komprehensif, utamanya dari dalam negeri.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

BI Tegaskan Keputusan BI Rate tak Mengekor FFR
BI Tegaskan Keputusan BI Rate tak Mengekor FFR
Logo Bank Indonesia. Shutterstock/dok

JAKARTA - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menegaskan, dalam rangka penurunan suku bunga domestik, otoritas moneter Indonesia tidak akan menunggu keputusan moneter negara lain. BI senantiasa mempertimbangkan keputusan berdasarkan data komprehensif, utamanya dari dalam negeri.

Hal ini pun menjawab banyak pertanyaan yang diajukan banyak pihak kepada BI terkait proyeksi penurunan BI Rate selanjutnya. Dia mencontohkan, banyak pihak yang percaya penurunan BI Rate ke depan akan bergantung pada kebijakan Fed Fund Rate (FFR).

“Banyak sekali pertanyaan, kapan BI nurunin suku bunga (BI Rate), apa nunggu The Fed nurunin suku bunga? Jawabannya, enggak selalu harus seperti itu, kita prinsipnya data dependence (bergantung data domestik),” katanya dalam forum diskusi ‘Economic Outlook 2024’, Jakarta, Rabu (7/2).

Destry menekankan, BI tidak akan ragu menurunkan suku bunganya, asal pertimbangan semua data domestik sudah cukup bagus dan siap. Dengan demikian, BI tidak akan latah mengekor kebijakan moneter negara lain dalam mengatur salah satu langkah dalam bauran kebijakan ini.

“Kalau everything di domestik (data ekonomi) sudah oke, saat kita harus menurunkan bunga, ya kita turunkan bunga. Walaupun The Fed belum menurunkan suku bunganya,” ujarnya.

Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6% pada Desember 2023

Keputusan ini pun sempat dilakukan BI, saat The Fed menaikkan suku bunga secara agresif 550 basis poin (bps) dan menjadi level tertingginya hingga saat ini. Sebagai info, The Fed AS telah menaikkan suku bunganya sebanyak 11 kali sejak Maret 2022, dan tetap bertahan di posisi 5,25-5,50% sejak September 2023.

Untuk perbandingan, Destry mengingatkan, BI hanya memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 250 bps di saat yang sama. Per Agustus 2022, BI-7DRR berada dipatok sebesar 3,5%; dan saat ini BI-Rate bertahan di kisaran 6% per Januari 2024

Destry pun menyampaikan, BI memperkirakan FFR akan mulai menurun pada semester II/2024 mendatang. Bahkan, pasar sempat mengekspektasikan penurunan ini akan terealisasi lebih cepat di Maret 2024, kendati kandas karena beban ekonomi AS yang masih belum sesuai target.

“Data ekonomi Maret AS masih kuat, sehingga mereka masih takut dengan masalah inflasi, karena inflasinya (AS) masih belum turun ke level target (inflasi AS) 2%,” jelasnya. 

Paparan BI menunjukkan, asumsi lintasan FFR (upper bound) akan menurun sejak kuartal III/2024. Perhitungan BI, FFR akan turun dari level 5,5% di kuartal II/2024 menjadi 3,75% di kuartal IV/2025, atau penurunan sekitar 25 bps di setiap kuartalnya.

Karena itu, sambungnya, fokus kebijakan BI tidak hanya terpaku pada sisi moneter saja. Lebih dari itu, BI juga turut mengoptimalkan kebijakan lain seperti makropudensial hingga sistem pembayaran.

“Sehingga di sini, dalam bauran kebijakan, kebijakan moneter kita akan fokus pada proses stability, baik terkait dengan inflasi, nilai tukar, dan cadangan devisa,” urainya.  

Baca Juga: Buka 2024, BI Pertahankan BI Rate 6,00%

Untuk kebijakan makropudensial, BI akan fokus pada kebijakan pro-growth dengan memberikan insentif perbankan yang akan menyalurkan dana kredit kepada sektor-sektor prioritas. Sehingga akan sangat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk untuk mendukung upaya pertumbuhan yang inklusif.

BI juga mengakui, kebijakan-kebijakan pro-growth tersebut sudah berlaku efektif dan telah dimanfaatkan oleh perbankan di Indonesia sebanyak Rp164 triliun. Kemudian, BI juga telah berusaha menciptakan keseimbangan antara kredit dan sumber pembiayaannya. 

Tak ketinggalan, BI juga turut mengakselerasi sistem pembayaran digital macam QRIS hingga BI-Fast sehingga mempermudah transaksi sekaligus mempercepat perputaran dana.

“Kebijakan lainnya, apakah itu pendalaman pasar keuangan, kebijakan UMKM, dan pengembangan ekonomi syariah, itu semua akan ditujukan untuk pertumbuhan. Ini semua kita optimalkan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tegasnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar