c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

17 Juli 2024

14:50 WIB

BI Tahan BI Rate Di Level 6,25%

Bank Indonesia (BI) masih menahan BI Rate di level 6,25% pada Juli 2024. Begitu pula dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility tetap 7,00%

<p>BI Tahan BI Rate Di Level 6,25%</p>
<p>BI Tahan BI Rate Di Level 6,25%</p>

Pegawai berjalan keluar gedung saat jam istrahat tiba di Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (20/3/2024). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 6,25%. Adapun level suku bunga moneter ini posisinya bertahan sejak April lalu.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16 dan 17 Juli 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers RDG BI Edisi Juli 2024, Jakarta, Rabu (17/7).  

BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility di level 5,50%, serta suku bunga Lending Facility tetap berada di kisaran 7,00%. Ia menerangkan, keputusan mempertahankan BI Rate pada level 6,25% konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability.

"Sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025," katanya.

Perry melanjutkan, fokus kebijakan jangka pendek BI didukung dengan penguatan operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran masuk modal asing. Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga," paparnya.

Baca Juga: Pengusaha Gusar Rupiah Masih Kisaran Rp16 Ribu Per Dolar AS

Lebih lanjut, Gubernur BI menyampaikan, kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran. Selain itu, untuk memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.

Dia juga menyampaikan, BI memiliki 5 upaya untuk memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Tujuannya, untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Pertama, penguatan strategi operasi moneter yang pro-market untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dalam stabilisasi nilai tukar rupiah. Upaya yang ditempuh, yaitu dengan penguatan struktur suku bunga di pasar uang rupiah untuk menjaga daya tarik imbal hasil dan meningkatkan aliran masuk portofolio asing ke aset keuangan domestik.

Juga, mengoptimalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) untuk mendukung aliran modal asing dan nilai tukar rupiah.

Kedua, penguatan strategi stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas, baik pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan jika diperlukan pada pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.  

Ketiga, penguatan strategi transaksi term-repo SBN dan swap valas yang kompetitif guna menjaga kecukupan likuiditas perbankan.

Keempat, penguatan publikasi assessment transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman suku bunga kredit berdasarkan sektor prioritas kebijakan insentif likuiditas makroprudensial.

Kelima, penguatan inovasi dan akseptasi layanan pembayaran digital, serta inklusi ekonomi dan keuangan UMKM, termasuk literasi dan perlindungan konsumen melalui penyelenggaraan FEDBI yang berkolaborasi dengan penyelenggaraan Karya Kreatif Indonesia pada Agustus 2024 mendatang.

Baca Juga: LPEM FEB UI: Inflasi Dan Rupiah Stabil, BI Perlu Tahan BI Rate

Berikutnya, Perry menyampaikan BI terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk memitigasi dampak risiko masih tingginya ketidakpastian global. Adapun koordinasi ditempuh dengan menggelar program gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

"Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal juga diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan momentum pertumbuhan ekonomi, termasuk koordinasi dalam menjaga stabilitas moneter, stabilitas pasar SBN dalam rangka untuk menarik aliran masuk portofolio asing," imbuhnya.

Perry menuturkan, BI juga akan mempererat sinergi kebijakan dengan KSSK untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, dan mendorong kredit pembiayaan kepada dunia usaha. Selain itu, penguatan kerja sama internasional pada area kebanksentralan, antara lain melalui konektivitas sistem pembayaran dan transaksi menggunakan mata uang lokal.

Adapun transaksi menggunakan mata uang lokal itu diperkuat dengan penandatanganan kerja sama Local Currency Transaction (LCT) dengan Korea Selatan dan Uni Emirat Arab (UEA).

"Serta, fasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas, bekerja sama dengan pariwisata dengan instansi terkait," tutup Gubernur BI. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar