26 Mei 2025
20:21 WIB
BI: Sektor Keuangan Bisa Ambil Tiga Langkah Untuk Dukung Ekonomi Sirkular
Lembaga keuangan diharapkan mampu melihat potensi nilai jangka panjang serta tingkat risiko yang lebih rendah dari model bisnis sirkular
Penulis: Fin Harini
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti. Sumber: BI
JAKARTA – Lembaga keuangan diharapkan mampu melihat potensi nilai jangka panjang serta tingkat risiko yang lebih rendah dari model bisnis sirkular. Setidaknya ada tiga langkah strategis yang bisa diambil industri keuangan untuk mendukung pengembangan ekonomi sirkular.
Hal tersebut diungkapkan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti dalam sambutannya dalam gelaran Asia-Pacific Rural and Agricultural Credit Association (APRACA) – Regional Policy Forum dan the 78th Executive Committee Meeting di Bali (26/5) yang mengusung tema “The Strategic Role of Agricultural Finance in Advancing the Circular Economy".
Langkah pertama adalah memperluas akses pembiayaan melalui pengembangan solusi inovatif yang mampu mengatasi hambatan terkait agunan. Berikutnya, industri keuangan bisa menciptakan dan mengembangkan produk-produk keuangan yang selaras dengan prinsip dan praktik ekonomi sirkular.
Ketiga, memperkuat kapasitas lembaga keuangan, khususnya di wilayah perdesaan, guna meningkatkan pemahaman dalam melakukan penilaian terhadap model bisnis berbasis ekonomi sirkular, ramah iklim, dan bersifat nontradisional.
Baca Juga: Uni Eropa Sarankan Indonesia Fokus 3 Sektor Ekonomi Sirkular
“Dengan dukungan perangkat serta pemahaman yang lebih komprehensif, lembaga keuangan diharapkan dapat mampu melihat potensi nilai jangka panjang serta tingkat risiko yang lebih rendah dari model bisnis sirkular tersebut," ungkap Destry.
Meningkatnya tekanan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dan kebutuhan untuk memitigasi dampak negatif perubahan iklim terhadap sektor pertanian, telah mendorong konsep ekonomi sirkular yang tidak hanya 'ambil-buat-buang' namun juga mendorong upaya regenerasi sistem secara alami.
BI menilai, pada isu lingkungan global, ekonomi sirkular hadir sebagai solusi fundamental yang mendukung komitmen dunia untuk mencapai target iklim dan Sustainable Development Goals.
Deputi Destry menambahkan, saat ini, Bank Indonesia telah berperan aktif dalam mendukung pengembangan ekonomi sirkular melalui berbagai kebijakan strategis. Salah satunya dengan mendorong sektor hijau melalui kebijakan makroprudensial yang mendukung pembiayaan berkelanjutan.
BI juga memperkenalkan inklusi keuangan digital bagi petani, termasuk melalui penerapan sistem pembayaran berbasis kode QR nasional (QRIS) yang bebas biaya untuk usaha mikro dan kecil.
“BI juga mengembangkan model pembiayaan berbasis klaster dengan menjalin kemitraan bersama lembaga-lembaga strategis. Salah satu contoh adalah Desa Penglipuran di Bali, yang menjadi model integratif antara pariwisata dan pertanian sirkular, didukung oleh ekosistem pembayaran digital yang inklusif,” imbuhnya.
Ekonomi Sirkular Sektor Pertanian
Sejalan dengan hal itu, Chairman Agricultural Development Bank of China (ADBC) yang saat ini menjabat Chairman APRACA, Qian Wenhui menyampaikan tiga makna strategis dari ekonomi sirkular di sektor pertanian.
Pertama, ekonomi sirkular bisa mengatasi keterbatasan sumber daya alam melalui penerapan model sistem tertutup yang mengubah limbah menjadi sumber daya yang bernilai tambah, selain mengurangi tekanan terhadap lingkungan dan dampak ekologi.
Kedua, pendekatan ini mendukung ketahanan pangan melalui penerapan praktik pertanian berkelanjutan, seperti substitusi pestisida kimia dengan alternatif ramah lingkungan serta penerapan sistem tumpangsari.
Baca Juga: PLN Optimalkan 1,2 Juta Ton FABA Untuk Dukung Ekonomi Sirkular
Ketiga, ekonomi sirkular berkontribusi terhadap pencapaian target iklim, baik dalam konteks emisi karbon maupun netralitas karbon, antara lain melalui pemanfaatan kembali limbah pertanian, penggunaan biogas, pengurangan emisi gas rumah kaca, serta perlindungan terhadap keanekaragaman hayati.
APRACA merupakan forum internasional beranggotakan total 95 lembaga dari 24 negara di Asia Pasifik yang terdiri dari regulator maupun Lembaga Keuangan. APRACA dibentuk dengan tujuan untuk mendorong kerja sama dan memfasilitasi pertukaran informasi dan keahlian di bidang rural and agriculture financing.
Hadir pula dalam forum ini Deputi Gubernur Bank Sentral dari Bangladesh Bank, National Bank of Cambodia, dan Nepal Rastra Bank.