17 Oktober 2023
16:28 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Bank Indonesia melaporkan, penyaluran kredit baru oleh perbankan pada September 2023 terindikasi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Terlihat dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru pada September 2023 tercatat sebesar 92,6%.
Capaian SBT tersebut lebih tinggi ketimbang SBT penyaluran kredit baru pada Agustus yang hanya sebesar 86,2%. BI mengidentifikasi, sejumlah faktor utama turut memengaruhi penyaluran kredit baru selama September 2023.
“Faktor utama tersebut antara lain permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa (17/10).
Berdasarkan kategori bank, peningkatan penyaluran kredit baru pada September 2023 diprakirakan terjadi pada seluruh kategori bank. Seperti Bank Umum (BU) yang naik dari 86% menjadi 91,8%; Bank Pembangunan Daerah (BPD) dari 84,6% menjadi 100%; serta Bank Umum Syariah (BUS) dari 91,5% menjadi 100%.
Kemudian, berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit baru pada September 2023 terindikasi meningkat pada Kredit Investasi dari SBT 56,9% menjadi 77,7%; dan Kredit Konsumsi Lainnya dari SBT 67,1% menjadi 70,9%. Sementara Kredit Modal Kerja turun dari SBT 79,5% menjadi 73,3%; dan Kredit Konsumsi (KPR) dari SBT 73,1% menjadi 54,5%.
Baca Juga: BI Revisi Turun Kredit Perbankan 2023 Mentok Di Level 9-11%
Dengan capaian September 2023, BI menilai, penyaluran kredit baru selama periode kuartal III/2023 terhitung meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Terindikasi dari SBT prakiraan penyaluran kredit baru kuartal III/2023 hasil survei periode September 2023 yang bernilai positif (95,6%), sedikit meningkat dari 95% pada kuartal Il.
Berdasarkan kategori bank, dibandingkan kuartal sebelumnya, peningkatan penyaluran kredit baru terindikasi pada Bank Pembangunan Daerah yang berkisar SBT 100%. Sementara, Bank Umum dan Bank Umum Syariah, masing-masing relatif stabil di kisaran 95,4% dan 94,5%.
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan penyaluran kredit baru terjadi pada hampir seluruh jenis kredit, yakni kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi lainnya. Hanya kredit konsumsi (KPR) yang mengalami penurunan.
“Berdasarkan hasil survei September 2023, kebijakan penyaluran kredit baru untuk keseluruhan kuartal III/2023 secara umum sedikit lebih ketat. Hal ini terindikasi dari SBT perubahan kebijakan penyaluran kredit kuartal III/2023 yang tercatat positif sebesar 0,1%,” papar laporan.
Spesifik, berdasarkan jenis penggunaan, kebijakan penyaluran kredit yang lebih ketat diprakirakan terjadi pada Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, dan Kredit Konsumsi Lainnya, sementara KPR diprakirakan lebih longgar.
Namun, Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan BI September 2023 memperkirakan, penyaluran kredit baru akan melambat pada Oktober 2023.
Terindikasi dari nilai SBT prakiraan penyaluran kredit baru Oktober 2023 sebesar 85,3% atau menurun dibanding September 2023.
Perlambatan penyaluran kredit baru pada Oktober 2023 diprakirakan terjadi pada kategori Bank Umum dengan SBT 83,8%. Adapun kategori Bank Umum Syariah dan Bank Pembangunan Daerah diprakirakan relatif stabil dengan kisaran SBT 100%.
“Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan pada Oktober 2023 diprakirakan terjadi pada Kredit Investasi (SBT 71,9%) dan Kredit Konsumsi Lainnya (SBT 61,9%),” sebut laporan yang sama.
Penyaluran Kredit RT September 2023
Erwin juga menyampaikan, permintaan pembiayaan baru rumah tangga (RT) terindikasi turun tipis pada September 2023, kendati masih stabil. Terindikasi dari responden RT yang menambah pembiayaannya melalui utang/kredit pada September 2023 sebesar 11,5% dari total responden, relatif stabil dibandingkan dengan 11,9% di bulan sebelumnya.
Sementara itu, pemenuhan pembiayaan yang berasal dari bank umum per September 2023 mencapai pangsa sebesar 40,4%, atau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 39,8%.
“(Selain perbankan), alternatif sumber pembiayaan lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan rumah tangga yaitu koperasi dan leasing, dengan pangsa masing-masing sebesar 18,6% dan 16,3%,” jabarnya.
Berdasarkan jenis penggunaan, mayoritas pembiayaan yang diajukan oleh responden rumah tangga pada September 2023 adalah Kredit Multi Guna (KMG) dengan pangsa sebesar 37,9% dari total pengajuan pembiayaan baru.
Baca Juga: Bank Mandiri Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Kredit Perbankan RI Ke 8%
Jenis pembiayaan lainnya yang diajukan oleh responden adalah Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebesar 18,8%; kredit peralatan rumah tangga 12,3%; Kredit Pemilikan Rumah (KPR) 11,1 %; dan kartu kredit 5,1%.
“Berdasarkan hasil survei periode September 2023, permintaan kredit rumah tangga yang terjaga terutama didukung oleh peningkatan pengajuan KPR,” sebutnya.
Menurut tingkat pengeluaran responden, mayoritas pengajuan pembiayaan pada Agustus 2023 masih dilakukan oleh rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp3-5 juta/bulan, yaitu sebesar 42,8% dari total pengajuan, relatif stabil dibanding bulan sebelumnya.
Sementara pengajuan dari rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp1-3 juta/bulan terpantau menurun dengan pangsa sebesar 37,3%. Di sisi lain, pengajuan dari rumah tangga dengan tingkat pengeluaran di atas Rp5 juta/bulan terpantau meningkat pada Agustus 2023 dengan pangsa sebesar 19,9%.
Menurut tingkat pengeluaran responden, mayoritas pengajuan pembiayaan pada September 2023 dilakukan oleh rumah tangga dengan tingkat pengeluaran Rp3-5 juta/bulan, yaitu sebesar 39,6% dari total pengajuan, namun tidak setinggi bulan sebelumnya (42,8%).
Pengajuan pembiayaan terbesar selanjutnya berasal dari rumah tanga dengan tingkat pengeluaran Rp1-3 juta/bulan dengan pangsa 35,1%; diikuti rumah tangga dengan tingkat pengeluaran di atas Rp5 juta/bulan dengan pangsa sebesar 25,4%, meningkat dari bulan sebelumnya (19,9%).
Sementara itu dalam waktu 3 hingga 6 bulan ke depan, pemenuhan pembiayaan yang berasal dari bank umum diprakirakan meningkat dibandingkan periode sebelumnya.
Penyaluran Kredit Korporasi September 2023
Adapun di sisi korporasi, Erwin mengungkapkan, kebutuhan pembiayaan korporasi pada September 2023 terindikasi meningkat. Hal tersebut tercermin dari SBT pembiayaan korporasi sebesar 16,1 %, atau meningkat dibandingkan SBT 14,7% pada Agustus 2023.
Kebutuhan pembiayaan korporasi pada September 2023 terindikasi meningkat. Hal tersebut tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 16,1 %, meningkat dibandingkan SBT 14,7% pada Agustus 2023.
Peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama didorong oleh sektor Konstruksi (SBT 3,9%), Perdagangan (1,8%), dan Jasa Pendidikan (1,2%).
“Peningkatan kebutuhan pembiayaan yang terjadi terutama digunakan untuk aktivitas operasional, membayar kewajiban jatuh tempo, serta mendukung aktivitas investasi,” terangnya.
Responden menyampaikan, kebutuhan pembiayaan pada periode laporan utamanya masih dipenuhi dari dana sendiri (50,7%), yang tercatat menurun dibandingkan Agustus 2023 (62,0%).
Sementara itu, disusul pembiayaan yang bersumber dari perbankan dalam negeri (13,4%), serta sumber pembiayaan yang berasal dari pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik (11,9%) terindikasi meningkat dibandingkan bulan Agustus 2023.
Baca Juga: OJK: Kredit Perbankan Juli 2023 Tumbuh 8,54%
“Responden menyampaikan alasan pemilihan sumber pembiayaan terutama dipengaruhi oleh aspek kemudahan dan kecepatan perolehan dana (79,1%), serta biaya suku bunga yang lebih murah (14,9%),” bebernya.
BI memperkirakan, kebutuhan pembiayaan korporasi 3 bulan yang akan datanq (Desember 2023) cenderung meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya dengan SBT 28,1%. Pertumbuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional (78,9%) dan mendukung aktivitas investasi (25,6%)
Responden menyampaikan, pemenuhan kebutuhan dana tiga bulan mendatang mayoritas masih dipenuhi dari dana sendiri (64,4%), meski tidak setinggi bulan sebelumnya (74,8%). Diikuti pembiayaan dari pengajuan kredit baru ke perbankan dalam negeri (18,9%) yang meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
“Sementara itu, pembiayaan yang bersumber dari pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik (13,3%) terindikasi lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya,” pungkasnya.